Kamis, 07 April 2011

Puisi "DI HARI NATAL" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

DI HARI NATAL

Pagi di Hari Natal, lelaki itu berkirim pesan kepada handai taulan: ucapan Selamat Natal.
Setelah itu, dengan celana kanvas abu-abu, kaos warna merah hati, topi warna coklat, dan sepatu olahraga, ia bersepeda mengelilingi kota, pada sebuah sudut di Jawa Timur.
Ia kembali menghirup udara pagi berhembus semilir kota tua, persis seperti pernah ia lakukan saat kecil dulu.
Seakan berkayuh takdir di atas sepeda, sungguh lelaki itu kini mengeja setiap ingatan perihal tikungan-tikungan jalan.

Ada denyut debar dalam dirinya.
Ia telah mendengar kabar tentang seorang perempuan, hidup menetap di kota tua itu.
Dan perempuan itu pun hingga kini mengisi semesta batin lelaki itu.
Berulang kali lelaki itu berkata pada angin malam, bahwa hatinya telah menjadi hamparan cinta untuk seorang perempuan, yang kini merajut takdir di kota tua itu.
Batin lelaki itu berkata:
"Hari ini aku datang ke kotamu, bukan untuk menjumpaimu.
Biarlah engkau dalam bahagia bersama keluargamu.
Aku datang ke kotamu untuk memberi pengakuan kepada setiap angin yang semilir, bahwa aku seorang pencinta sejati."

Lelaki itu terus bersepeda, menelusuri gang dan jalanan kecil, belokan dan tikungan.
Ketika kembali ke jalan raya, ia menyaksikan keramaian manusia menggeliat di pagi hari.
Angkot, becak, dokar, mobil dan sepeda motor berlalu lalang di jalan raya.
Terus mengayuh sepeda, lelaki itu kemudian berhenti di bawah pohon mangga.
Matanya menatap tajam papan nama sebuah sekolah, berdiri tegak di seberang jalan raya.
Sepi di Hari Natal, gerbang sekolah terkunci rapat.

Lama menatap papan nama sekolah, batin lelaki itu kembali berkata:
"Kasih, aku telah mendengar kabar, engkau mengabdikan hidupmu di sekolah ini.
Semoga engkau bahagia dengan pilihan hidup yang engkau lakoni sebagai seorang guru."

Mentari mulai merambah naik.
Sontak lelaki itu merogoh kacamata hitam dari tas pinggang.
Bergegas ia memakai kacamata hitam, sambil terus memandangi papan nama sekolah itu.
Batinnya kembali berkata dengan ucap nan lirih:
"Inilah pengakuanku padamu.
Bertahun-tahun aku melukis demi mengenangmu.
Engkau telah menjadi inspirasiku untuk mampu sampai pada tapal batas pemahaman tentang Tuhan, manusia dan alam semesta.
Pada malam-malam sepi saat ku melukis, selalu ada ngilu dalam jiwaku.
Tapi bayangmu hadir, mengobarkan semangat agar terpelihara tekad menuntaskan lukisan-lukisan.
Begitulah waktu bergulir, dari tahun ke tahun.
Bayangmu terus hadir menemaniku.
Engkau bagian dari proses lahirnya karya-karya bersukmakan keabadian."

Dari balik kacamata hitam, lelaki itu melelehkan airmata.
Pohon mangga turut merasakan, betapa sejatinya cinta lelaki itu.
Betapa.

Natal 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar