Rabu, 29 Juni 2011

Puisi "TAKDIR BERBARIS-BARIS" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

TAKDIR BERBARIS-BARIS

Takdir berbaris-baris
Laksana tentara di lapangan hijau
Takdir baik. Takdir buruk
Masih jua rapi berbaris-baris

Tiba- tiba,
Dari hamparan langit jauh
Komando tersiar menggelegar
Agar takdir sepenuhnya disiplin
Merawat laku tertabalkan
Sejak permulaan waktu

Dan saat baris-berbaris itu usai
Sekumpulan takdir saling bercakap
Tentang puspa ragam manusia
Dalam senandung pusaran nasib.
Sebagian manusia menggeletak
Di peraduan kepasrahan total
Sebagian lain menerima
Spiral pergumulan progresif
Bergelombang mengguncang
Dan yang lain lagi menolak
Setotal-totalnya takdir

Di atas ketinggian pohon
Burung nuri mendengar percakapan itu
Terkesima takjub memahamkan hayat
Betapa manusia sungguh
Leluasa menggapai pilihan bebas
Hingga kemudian sang manusia
Terperangkap berjuta labirin
Laku pikiran menggelembung
Sebagai belenggu-belenggu

Esok atau lusa
Takdir masih akan berbaris-baris
Laksana tentara di lapangan hijau
Dan kembali akan bercakap
Puspa ragam manusia.

Pare, akhir Juni 2012

Senin, 27 Juni 2011

Puisi ”BELOKAN JALAN" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

BELOKAN JALAN

Burung kutilang dalam sangkar
Di belokan jalan bersiul kegirangan
Berpuluh anak muda bersepeda
Melintasi belokan jalan itu

Seorang penarik becak bertanya:
"Wahai kutilang
Mengapa engkau terus bersiul
Tanpa henti kegirangan"

Sang kutilang menjawab:
"Ada turahan bahagia
Musti diungkapkan bersama siulan
Ratusan anak muda se-Nusantara
Hadir di perkampungan ini
Menajamkan kecerdasan linguistik
Agar mampu menaklukkan
Bahasa asing
Seluruh siulanku, untuk mereka"

Penarik becak tersenyum
Dan kembali berkata:
"Kutilang,
Teruslah kau bersiul
Teruslah bersiul".

Pare, akhir Juni 2011

Puisi "TERTEKUK PASRAH" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

TERTEKUK PASRAH

Pada seantero bentangan jalan
Waktu musnah hilang. Sirna.
Siang atau malam, sama saja
Jalanan dipaksa tertekuk pasrah

Ribuan atau jutaan roda
Menggelinding berputar
Menggilas jalanan
Siang atau malam, sama saja

Saat siang benderang
Jalanan terkoyak
Terik panas matahari
Ribuan jutaan roda
Terus menggilas.

Saat malam tiba
Hanya lampu temaram
Rela menebar empati
Menghayati perih jalan tergilas
Roda-roda menggelinding

Sungguh,
Jalan telah pertontonkan
Kepasrahan tak bertepi
Siang atau malam, sama saja

Lalu, kecelakaan lalu lintas
Merenggut jiwa
Jalan pun berduka
Untuk kemanusiaan sia-sia

Pada seantero bentangan jalan
Waktu musnah hilang. Sirna.
Siang atau malam, sama saja
Jalanan dipaksa tertekuk pasrah

Sragen, 26 Juni 2011

Minggu, 26 Juni 2011

Puisi "KEHENINGAN" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

KEHENINGAN

Saat pepohonan diam
Ketika danau tenang
Tatkala gunung kedinginan
Kala langit lesu semburat jingga
Alam takzim senandungkan
Keheningan nan syahdu

Kepongahan sontak luruh
Oleh napas alam yang
Mendatar dalam diam.
Para pendosa pun
Tiada mampu menahan
Tetesan airmata purba

Pada alam sunyi bisu
Ruang batin manusia
Ramai oleh gemuruh
Pengakuan akan dosa-dosa

Ooh keheningan
Engkau cambuk halilintar
Menggelegar di semesta jiwa
Menyingkap ulang
Nubuah kitab keabadian
Ihwal manusia mahluk langit
Pengais pengalaman bumi

Ooh keheningan
Ooh . . . . . .

Solo, 26 Juni 2011

Rabu, 22 Juni 2011

Puisi "NEGERI KETUHANAN"| Karya Anwari WMK


Puisi Karya
Anwari WMK

NEGERI KETUHANAN

Di sebuah negeri,
Tuhan disemayamkan
Pada puncak ketinggian ideologi
Negeri itu pun lalu mendaku
Sebagai ranah untuk
Sebuah bangsa yang religius

Lihat!
Segenap penanda
Ihwal keberadaan Tuhan
Dikonstruksi menyerupai
Keindahan alam
Rumah ibadah pun berdiri kokoh
Dalam dekapan keindahan alam

Tapi, penguasa politik negeri itu
Rajin mengingkari hakikat Tuhan
Melalui pestapora korupsi
Dalam kecamuk tiada tara
Kini, penguasa politik negeri itu
Menabalkan dirinya
Mercusuar kemunafikan

Ooh negeri ketuhanan
Ooh negeri ketuhanan

Juni 2011

Selasa, 21 Juni 2011

Puisi "BUAS DI ATAS BUAS" | Karya Anwari WMK


Puisi Karya
Anwari WMK

BUAS DI ATAS BUAS

Aku memang raja hutan
Adikuasa belantara
Tak ada binatang berani
Menantangku, melawanku
Tapi aku kini
Takut
Gentar
Ciut nyali
Kalau berhadapan dengan
Anggota DPR
Sebab mereka buas
Teramat buas

Jakarta, Juni 2011

Puisi "SUNYI SEPI" | Karya Anwari WMK


Puisi Karya
Anwari WMK

SUNYI SEPI

Pantai
Tersergap sunyi sepi
Angin berhembus lamban
Dedaunan melambai pelan
Dan langit pun mencium lautan

Tiba-tiba
Getar jiwa, gemuruh batin
Menggeliat tak berdefinisi
Betapa keindahan alam
Tak pernah sia-sia
Meski jari-jemari ketamakan
Tiada henti mencabik keindahan

Juni 2011

Senin, 20 Juni 2011

Puisi "PERAHU CINTA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

PERAHU CINTA

Perahu cinta berlayar
di samudera biru,
bersama pekik
burung-burung camar,
yang berteriak lantang
mengisahkan ihwal
kejayaan Nusantara purba.

Perahu cinta berlayar
terombang, terambing
di samudera biru,
tatkala Nusantara kini
hanyalah arkeologi
cumalah ornamen
mercusuar kejayaan lama
punah bersama
ceceran airmata rakyat
dalam pengap labirin
kuasa keculasan

Ooh perahu cinta,
teruslah berlayar
teruslah berlayar.
teruslah ..........

Juni 2011

Puisi "TUBUH MANUSIA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

TUBUH MANUSIA

PADA PERMULAAN WAKTU

Beribu tahun lamanya
Narasi agung itu berkumandang
Ihwal tubuh
Tercipta dari debu tanah

Kitab-kitab suci pun
Tiada henti berucap kata

:Pada tubuh yang debu tanah itu
Termaktub sukma ilahiah
Agar manusia senantiasa
Berdiri di garda depan
Kebangkitan peradaban agung
Tubuh itu rumah
Untuk setiap kehendak yang
Ilahiah

PADA PERGULIRAN WAKTU

Tetapi manusia juga aktor
Untuk kehendak bebas dalam
Drama kosmis tanpa akhir
Ia mampu menawar, mendesak.
Hingga tubuhnya sendiri
Ia relakan, ia biarkan
Berevolusi menjadi rumah
Untuk berjuta-juta senyawa
# Iri dengki
# Keculasan
# Kemunafikan

Tubuh yang ilahiah itu
Lalu drastis berubah
Menjadi tubuh yang iblis
Dan manusia pun masih
Memekik lantang
:Kehendak bebas
Kemauan bebas

PADA NESTAPA WAKTU

Airmata kemanusiaan menetes
Untuk sebuah sesal yang pilu
Mengapa manusia rela
Memilih menjadi iblis
Berdiri di puncak-puncak
Kediktatoran agung
Bersulang kebengisan
Bersama senandung lagu
Kebencian

Juni 2011

Minggu, 19 Juni 2011

Puisi "CAHAYA DALAM SANGKAR" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

CAHAYA DALAM SANGKAR

Hayat manusia terdenyut
Gelembung-gelembung obsesi
Demi merengkuh gapai
Terang benderang cahaya.
Dari zaman ke zaman
Benak manusia sesak oleh
Rindu harap pada cahaya

Dan kini adalah zaman
Tatkala selaksa cahaya datang
Melingkupi sekujur ruang waktu
Cahaya pun bertengkar tempur
Melawan gelap-gelap malam
Pada seantero kota besar
Keperkasaan gelap runtuh
Terlumatkan oleh
Terang benderang cahaya

Manusia lantas bersorak kegirangan
Saat cahaya tumpah ruah
Menerabas batas ruang waktu
Lalu, manusia merambah ufuk baru
Kesadaran semu
Cahaya-cahaya terpenjara
Ke dalam sangkar-sangkar

Cahaya pun teringkus nasib
Serupa burung dalam sangkar

Maka, simaklah kini,
Di pesta-pesta perkawinan
Terang cahaya dalam sangkar
Dirayakan, dimeriahkan
Dengan senandung aneka nyanyian

Ooh cahaya
Engkau kini teringkus
Teringkus.

Juni 2011

Jumat, 17 Juni 2011

Puisi "LUKISAN MASSA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

LUKISAN MASSA

Lelaki itu kian menua.
Bersama senandung dawai takdir
Ia masih berpusar dalam hikmat
Pencarian perburuan makna

Dan kian tergerus usia dia,
Lelaki itu semakin tak mampu
Melupakan lukisan massa
Hidup yang telah lampau.

Saat remaja,
Di pegunungan berhawa dingin
Hati lelaki itu tertambat pada
Senyum seindah bulan purnama
Milik seorang gadis
Waktu kemudian terseret tertatih
Dalam kembara tanpa batas
Pencarian perburuan makna
Hakikat kehidupan

Lelaki itu pun coba melupa
Senyum seindah bulan purnama
Tapi kian melupa,
Jiwa batinnya teriris perih.
Senyum seindah bulan purnama itu
Terlanjur berubah menjadi
Rasi bintang penunjuk jalan
Kemana makna musti dikais
Musti ditemukan

Makin tua lelaki itu,
Kian tersentak semburat memori
Senyum seindah bulan purnama
Makin tua lelaki itu
Makin gagap beranjak pergi
Menjauh dari
Lukisan masa nan lalu

Ooh sukma, ooh roh
Kuat kukuhkan dirimu
Mencerna segenap makrifat
Lukisan masa nan lampau

Juni 2011

Catatan:
Puisi ini ditulis sebagai penghormatan terhadap seorang kawan yang kini menyepi di antata ceruk-ceruk pengunungan Papua.

Kamis, 16 Juni 2011

Puisi "LEHER WAKTU" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

LEHER WAKTU

Kau tancapkan belati
Di leher waktu
Lalu semena-mena
Kau sembelih itu waktu
Darahnya mengucur
Seantero negeri
Tanpa henti, tiada henti

Lima tahun, sepuluh tahun
Darah itu terus berceceran
Hingga setiap bocah
Mampu merapal alfabeta
Tentang belati teramat ganas
Sadis menyembelih
Leher waktu

Wahai tuan pemimpin
Rakyat negeri ini terlunta
Oleh kalian yang cuma pesolek
Semakin bergincu kalian
Dalam lubang hitam
Pencitraan tiada tara
Belati itu kian jauh menancap
Mengiris leher waktu
Dan rakyat menahan
Luka perih penderitaan

Lihatlah kawanan burung,
Bersama pusaran waktu
Terperangkap pengap.
Dan kini hanya mampu
Senandungkan satu lagu;
Sia-sia
Sia-sia
Sia-sia
Sia-sia
Sia-sia
..........

Jakarta, Juni 2011

Catatan: puisi ini ditulis sebagai renungan terhadap demokrasi yang disia-siakan oleh rezim kekuasaan di Indonesia.

Selasa, 14 Juni 2011

Puisi "POHON KEJUJURAN" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

POHON KEJUJURAN

Nenek moyang kita
Telah tanam pohon kejujuran
Melalui legenda
Melalui cerita rakyat
Melalui ucap kata
Melalui petuah
Melalui laku tindakan

Saat gelombang pasang penjajahan
Datang menerjang
Nenek moyang kita
Mengobarkan perang
Sebab tahu, pohon kejujuran
Terancam tumbang

Saat tumpahan darah turut
Gelorakan proklamasi kemerdekaan
Pohon kejujuran kian kukuh ditanam
Pada hamparan persada Nusantara

Dalam bentangan konstitusi pun
Tertoreh abadi makna pohon kejujuran

Tapi perguliran waktu di kemudian hari
Mengubah tabiat pemerintahan.
Pohon-pohon kejujuran
Di kebun-kebun pemerintahan
Tumbang dan ditumbangkan oleh
Kehendak kuasa angkara murka
Hingga kemudian negeri ini pengap
Oleh ulah kaum kleptomania
Membawa negara berevolusi
Menuju kubangan kleptokrasi

Kini dengan puisi
Kita tanam kembali pohon-pohon kejujuran
Dengan puisi
Reboisasikan kembali pohon-pohon kejujuran

Juni 2011

Senin, 13 Juni 2011

Puisi "RINDU PULANG" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

RINDU PULANG

Bila engkau pergi jauh meninggalkan
Kampung halamanmu yang permai
Dan lalu mengecap kenikmatan dunia baru
Engkau bisa serta-merta meletakkan
Kampung halamanmu itu sebagai torehan
Dari kehidupan yang telah lampau

Tapi, engkau takkan pernah kuasa
Menampik gemuruh rindu menggelora jiwa.
Untuk kembali menengok kampung halamanmu
Sebab di kampung halamanmu itu
Terbentang senandung keabadian
Tentang manusia berkelindan dengan alam
Tentang manusia lebur dengan langit
Tentang manusia menyatu dengan gunung
Tentang manusia bersahabat rerumputan

Di kampung halamanmu yang permai itu
Engkau menggapai dan menemukan dirimu
Seutuhnya. Sejatinya. Sehakikinya
Maka, akuilah gemuruh rindumu pada
Kampung halamanmu nan permai

Juni 2011

Puisi "REMBULAN MENGINTIP" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

REMBULAN MENGINTIP

Diiringi nyanyian galaksi
Dan bintang gemintang yang menari
Rembulan datang mengintip bumi
Di keharibaan malam
» Saat bumi terlena belaian lembut dingin
» Saat air samudera tidur dalam damai
» Saat pepohonan bernapas dalam-dalam

Rembulan datang mengintip bumi
Sebab bumi menyimpan pesona rindu.
Di bumi itu, ada sebongkah cinta
Yang getarannya abadi
Bersama hembusan musim

Rembulan datang mengintip bumi
Rembulan datang mengintip bumi

Juni 2011

Minggu, 12 Juni 2011

Puisi "LENTERA HITAM" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

LENTERA HITAM

Pada tembok teras pembatas pantai
Tertulis frasa 'lentera hitam'
Saat pagi mulai merekah
Frasa itu mencolok oleh cahaya matahari

Kaum pelancong lantas berkerumun
Mengeja segala mungkin, segenap muskil
Makna frasa 'lentera hitam'
Hingga kemudian kawanan burung camar
Bercerita tentang nestapa seorang perempuan

Sepuluh tahun lalu, saat masih remaja
Kala malam berselimut gelap
Perempuan itu datang ke pantai ini
Demi menatap wajah seorang mayat
Kekasih yang tenggelam bersama
Kapal penuh sesak manusia
Perempuan itu tersedu bersama
Lentera hitam dalam genggam jemarinya

Lima tahun lalu, saat telah dipanggil ibu
Kala malam berselimut gelap
Perempuan itu datang ke pantai ini
Demi menatap wajah seorang mayat
Suami yang tenggelam bersama
Kapal penuh sesak manusia
Sekali lagi. Perempuan itu tersedu bersama
Lentera hitam dalam genggam jemarinya

Demikianlah. Begitulah.
Burung camar telah beberkan kisah
Ihwal frasa 'lentera hitam'
Dan empat perempuan tua
Dalam rombongan kawanan pelancong
Kini menundukkan kepala
Untuk sebuah empati
Turut berbela sungkawa

Juni 2012

Kamis, 09 Juni 2011

Puisi "PEREMPUAN BERKAKI INDAH" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

PEREMPUAN BERKAKI INDAH

Setiap lengkung senja mencipta kanopi langit
Seorang lelaki selalu melewati jalan berliku
Kanan kiri jalan semerbak oleh
Puspa ragam ribuan kembang

Lelaki itu pun senandungkan
Lagu keindahan cinta

Namun pada senja ini,
Lelaki itu terantuk sejuta tanya
Kembang-kembang ternyata
Tertunduk layu bersama
Batang-batangnya yang patah.

Tapi, ia juga heran
Mengapa ribuan kembang
Bahagia bersama batang-batangnya
Patah lunglai
"Wahai kembang,
Mengapa kalian bahagia
Bersama diri yang terpatah"
Begitu tanya lelaki itu.

Ribuan kembang serempak
Menjawab:
"Saat siang benderang
Seorang perempuan berkaki indah
Berlalu melintasi jalan ini
Keindahan kaki perempuan itu sungguh
Melampaui keindahan seluruh kembang
Perempuan itu juga
Menyanyikan lagu keindahan cinta
Persis serupa lagu engkau senandungkan
Senantiasa di jalanan berliku ini
Kami memberi hormat takzim
Hingga setiap kami berbatang patah"

Demi mendengar kisah ribuan kembang
Jangtung sang lelaki berguncang keras
Perempuan berkaki indah itu
Kekasihnya di masa nan lampau
Dan dulu di kala senja
Mereka bersama senandungkan lagu
Keindahan cinta

Kini,
Di antara ribuan kembang
Lelaki itu bisu tanpa kata
Ia terpelanting ke atas hamparan jiwa
Dalam rintihan sunyi sepi.

Juni 2011

Rabu, 08 Juni 2011

Puisi "PETIR DAN PEREMPUAN" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

PETIR DAN PEREMPUAN

Petir menyambar-nyambar
Di langit malam
Anak-anak kecil ketakutan
Pohon-pohon tak kuasa
Lalu bergetar
Binatang malam terciut nyali
Tiang-tiang di kejauhan sana
Seakan hendak rubuh
Dan langit pun
Meneteskan hujan rintik

Tiba-tiba
Perempuan bermata sendu
Berdiri di halaman
Menatap langit tak berbintang
Dan lalu berucap:
"Petir berhentilah engkau
Berteriak melingking
Berhentilah
Sekarang juga
Berhentilah"

Sontak semesta raya senyap
Perlahan langit malam
Semburatkan wajah indah
Saat rembulan mulai
Menampakkan wajah

Kepada bintang gemintang
Rembulan bertanya mengapa
Petir berhenti menyambar
Petir tunduk patuh
Pada ucap kata perempuan itu

Bintang gemintang menjawab:
"Malam ini adalah saat
Bagi perempuan itu
Kembali menulis puisi
Ihwal keabadian cinta
Terhadap lelaki
Tiada pernah ia miliki
Sudah sejak lama
Petir kagum takjub
Kepada cinta abadi
Bersemayam indah
Di hati perempuan itu"

Maka, bulan kini paham
Mengapa petir
Rela memupus egonya
Di hadapan perempuan
Bermata sendu itu

Juni 2011

Senin, 06 Juni 2011

Puisi "KEINDAHAN PUALAM" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Karya Anwari WMK

KEINDAHAN PUALAM

Perempuan dari langit
Jiwa batinnya bening
Melampaui keindahan
Pualam

Di luar jendela
Selaksa angin menyapa
Apakah perempuan itu
Merasakan damai bahagia

Dari kamarnya yang mewangi
Perempuan itu tersenyum
Lalu mengangguk
Tapi kemudian meneteskan
Airmata

Angin mulai gelisah
Dan lalu bertanya:
"Nestapa apa kembali terpilin
Hingga mengulang teteskan
Airmata?"

Perempuan itu tak menjawab
Hanya membentangkan
Catatan harian seorang bocah
Berkisah tentang takdir
Semburatkan nasib
Hingga terpelanting jauh
Dalam rawa-rawa ketidakadilan.
Bocah itu kini pengamen jalanan
Kecerdasannya yang agung
Terbengkalai sia-sia
Oleh belenggu kemiskinan nan lara

Perempuan dari langit
Jiwa batinnya bening
Melampaui keindahan
Pualam

Jakarta, Juni 2011

Minggu, 05 Juni 2011

Puisi "KABAR DARI ANGIN" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Karya Anwari WMK

KABAR DARI ANGIN

Angin melangkah patah-patah
Di pinggiran jalan
Pohon-pohon bertanya
Ada apa gerangan
Angin musti melangkah
Patah-patah

Burung-burung pun bertanya
Mengapa angin tak terbang saja
Melambung gapai ketinggian
Melampaui pucuk-pucuk pohon
Melintasi puncak-puncak gunung
"Tak perlu kau melangkah tertatih
Serupa itu"
Ucap kawanan burung

Angin lalu memberi penjelasan:
"Aku sudah melesat terbang
Menuju segenap pelosok negeri
Menebar pekabaran tentang
Politik sebagai kemuliaan
Sudah berulang kali kukatakan
Hingga terkuras segenap peluh
Hanya untuk menanam
Pohon-pohon keyakinan
Bahwa politik itu kemuliaan
Tapi para pemimpin negeri
Mengubah politik semata mesin
Tiada henti memberanakkan
Fitnah dan kebencian
Semua itu membuatku lelah
Lelah tiada tara"

Maka,
Pohon-pohon dan burung-burung
Kini paham, mengapa angin
Lantas melampah tertatih-tatih

Juni 2011

Sabtu, 04 Juni 2011

Puisi "BELATI RINDU" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

BELATI RINDU

Lelaki yang lunglai
Tertusuk belati rindu

Menatap dari ruang tamu
Di luar pintu
Bunga-bunga bermekaran
Lesu di halaman
Lelaki itu hanya mampu
Tertegun tanpa kata
Tanpa suara

Sudah tiga hari lamanya,
Bunga-bunga di halaman
Ditinggal pergi pengasuhnya
Perempuan cantik penyiram air
Saat pagi, kala sore

Perempuan pencinta bunga itu
Menelusuri jalanan panjang
Memenuhi panggilan pulang
Sang Penguasa Waktu

Terus menatap
Bunga-bunga bermekaran
Lesu di halaman
Lelaki itu kian lunglai
Tertusuk belati rindu

Wahai bunga-bunga
Wahai perempuan cantik
Kalian sungguh mendedah
Belati rindu
Tertancap dalam
Menghujam hati
Lelaki kian lunglai itu

Juni 2011

Kamis, 02 Juni 2011

Lima Puisi tentang Penyair | Karya Anwari WMK

Pengantar:
Sajak awal Januari 2011 hingga awal Juni 2011 telah berhasil ditulis lima puisi tentang penyair atau pujangga. Berikut ini, lima puisi tersebut ditampilkan secara bersama. Semoga memberi makna kepada publik pencinta puisi di mana pun mereka berada.
 
Salam Puisi
Anwari WMK
 
(1)
Puisi Karya
Anwari WMK
 
SELAMAT JALAN PENYAIR
 
Seorang penyair wafat
Dikelilingi kertas-kertas berserakan
Pada setiap kertas itu tertoreh
Berbait-bait puisi
 
Kini, kertas-kertas itu
Meneteskan airmata duka
Mengiringi kepergian sang penyair
Selamanya.
 
Kertas-kertas berserakan itu pun
Serempak berkata-kata:
 
“Selamat jalan penyair
Akan kami rawat rindu kepadamu
Masing-masing kami sebagai kertas
Harus terbang ke berbagai penjuru
Agar puisi-puisi yang engkau torehkan
Digdaya mengembalikan manusia
Kepada manusiaannya yang hakiki
Selamat jalan penyair.
Akan terus kami dekap
Rindu kepadamu
Selamat jalan.
Selamat jalan”
 
Tiba-tiba matahari tertegun
Angin berhenti bertiup
Alam memberi penghormatan terakhir
Kepada penyair itu.
 
Pada sebuah kapal,
Sambil meneteskan airmata
Seorang muda usia berkata:
“Akulah penerusmu penyair
Akulah penerusmu”
 
2011
 
(2)
Puisi Karya
Anwari WMK
 
PENA PENYAIR
 
dunia berselubung kotor
memaksa angin
berhenti mendesau
memaksa burung-burung
berhenti berkicau
di podium-podium politik
kehendak dan kata-kata
tertahbiskan sebagai bolduser
kian remuk redamkan dunia
dalam kubangan
tersangatkan kotor
 
tapi, di ujung pena penyair
dunia niscaya dibersihkan
di ujung pena penyair,
musti tergores
hikmah dan harapan
agar dunia pulang kembali
menuju kemurniannya yang azali
 
wahai penyair,
rawat kebeningan nurani
pena kalian
agar dunia tak kian
compang camping.
 
2011
 
(3)
Puisi Karya
Anwari WMK
 
PEREMPUAN ITU
 
Berambut panjang ikal mayang
Kala siang terancam hujan
Perempuan itu berbaju hitam
Melaju kencang di jalanan
Di atas motor warna merah hati
Rambutnya indah melambai-lambai
 
Tiba-tiba,
Mendung hitam mengubah gelagat
Hujan tak jadi diturunkan
Perempuan berbaju hitam
Terus dibiarkan melaju kencang
Di jalanan
Dan rambut ikal panjangnya
Terus melambai-lambai
 
Pohon pinus lantas bertanya
Mengapa mendung hitam
Menaruh hormat kepada
Perempuan itu
Lalu hujan ditunda kedatangannya
Membasahi sekujur bumi
 
Sambil bergelayut di semesta lazuardi,
Mendung menjawab:
"Dalam jiwa batin perempuaan
Bergaun hitam itu
Tertoreh keabadian cinta untuk
Seorang pujangga
Dan sang pujangga telah lama pergi
Menuju alam baqa
Langit memberi penghormatan
Sebab perempuan itu ikhlas
Merawat keabadian cinta"
 
Oh engkau perempuan
Engkau perempuan
Engkau ......
 
Jakarta, Juni 2011
 
(4)
Puisi Karya
Anwari WMK
 
PENYAIR TUA
 
kepada lelaki tua
gadis itu berkata:
“di pusara inilah
ibuku terbaring abadi
dalam damai biografi kematian
saat maut datang,
ibu tersenyum indah
seindah puisi-puisimu
bapak tua”
 
lelaki tua itu
lantas tergetar batinnya
matanya mulai berkaca-kaca
mengenang sosok perempuan
kini terbaring abadi
di pusara itu
ia pun berucap:
“antara aku dan ibumu
tak pernah saling memiliki
tak pernah saling dimiliki
tapi puisi-puisi cinta
yang tertoreh di sepanjang
hidupku
kutulis untuk ibumu”
 
pada pohon-pohon
di seputar pusara
burung-burung lalu
berhenti berkicau
takzim menyimak,
jeritan hati penyair tua
 
burung-burung kini saksi
untuk bilur-bilur luka
pada sekujur riwayat cinta
penyair tua
 
Jakarta, Mei 2011

(5)
Puisi Karya
Anwari WMK
 
WAFAT
 
telah wafaat
dan telah dikuburkan
secarik kertas
tempat dulu tertorehkan
puisi meneteskan airmata
 
para pelayat lantunkan doa
semoga secarik kertas itu
damai dalam kuburnya
sepotong pena berseru:
amien!
 
2011

Rabu, 01 Juni 2011

Puisi "PEREMPUAN ITU" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

PEREMPUAN ITU

Berambut panjang ikal mayang
Kala siang terancam hujan
Perempuan itu berbaju hitam
Melaju kencang di jalanan
Di atas motor warna merah hati
Rambutnya indah melambai-lambai

Tiba-tiba,
Mendung hitam mengubah gelagat
Hujan tak jadi diturunkan
Perempuan berbaju hitam
Terus dibiarkan melaju kencang
Di jalanan
Dan rambut ikal panjangnya
Terus melambai-lambai

Pohon pinus lantas bertanya
Mengapa mendung hitam
Menaruh hormat kepada
Perempuan itu
Lalu hujan ditunda kedatangannya
Membasahi sekujur bumi

Sambil bergelayut di semesta lazuardi,
Mendung menjawab:
"Dalam jiwa batin perempuaan
Bergaun hitam itu
Tertoreh keabadian cinta untuk
Seorang pujangga
Dan sang pujangga telah lama pergi
Menuju alam baqa
Langit memberi penghormatan
Sebab perempuan itu ikhlas
Merawat keabadian cinta"

Oh engkau perempuan
Engkau perempuan
Engkau ......

Jakarta, Juni 2011