Senin, 23 Maret 2015

Puisi "LEMBAR TAKDIR" | Karya Anwari WMK

LEMBAR TAKDIR

Di Lauh Mahfud kita jumpa
Bertukar senyum dan sapa
Lalu kita terseret kelana
Di bentangan cadas dunia

Pada satu titik engkau berdiri
Pada lain titik aku sendiri
Kita pun tertusuk duri sunyi
Dalam elegi senandung sepi

Pada malam semburat indah
Saat gerimis usai sudah
Purnama menyilau wajahmu
Kembali kutemukan dirimu

Lalu kita bersulang cahaya
Membasuh bilur semesta luka
Dunia pun adalah kita
Kita pun adalah dunia

Sejak kala itu pula
Epilog segala puisiku lara
Sebab aku telah tahu
Puisiku hanya untukmu

Kini engkau dan aku
Duduk di beranda senja
Sambil senandungkan lagu
Keagungan Tuhan tiada tara

(Sunter, Maret 2015)

Anwari WMK

Puisi "BUNGA KERING" | Karya Anwari WMK

BUNGA KERING

Malam rinai gerimis
Kala seorang perempuan
Menelisik takdir silam dirinya
Dalam telusur lembar buku harian

Kalimat demi kalimat dirinya
Kembali ia simak
Narasi demi narasi dirinya
Kembali ia sibak

Sekilas pungkas detak detik
Ia merapal ulang penuh
Lampau dirinya
Dalam gemuruh rindu syahdu

Saat membuka lembaran
Halaman tujuh delapan
Ia terkesima menatap
Sekuntum bunga kering

Jiwanya lantas menggemuruh
Mengenang riwayat bunga kering
Tanda cinta nan abadi
Seorang pemahat kata-kata

Malam terus merambat sukma
Perempuan itu terpelanting jauh
Ke pusar tengah samudera memori
Mengenang sang pemahat kata-kata

Pada akhir halaman kosong
Buku harian dirinya
Perempuan itu menoreh narasi:
"Abadi cintaku padamu kekasih
Meski kini engkau terbaring kaku
Di pusara sepi bisu
Cintaku padamu tak bermarjin
Pusaramu adalah epitaf jiwaku
Pusaramu kini abadi di hatiku
Aku menua serupa bunga kering
Tapi cintaku padamu
Takkan pernah layu mengering
Oh bunga kering
Engkaulah jembatan cinta
Untuk perjumpaan
Tak meruang, tak mewaktu"

Setelah itu
Jari-jemari perempuan itu
Tergetar sukma lara
Tak mampu lagi menulis apa-apa
Tubuhnya terguncang
Tangisnya tercekak
Airmatanya meleleh jatuh
Pelan perlahan

(Jakarta, Maret 2015)

Anwari WMK

Minggu, 22 Maret 2015

Puisi "SURAT" | Karya Anwari WMK

SURAT

Kepada anaknya di negeri rantau
Seorang ibu tua berkirim surat
Membincang terang ihwal hayat
Terajut pedih luka menyayat

"Anakku," ucapnya dalam surat
"Kesejatian cinta tak berkamus
Hanya rindu mercusuar kobarannya
Laksana kayu terbakar nyala api
Maka temukan kesejatian cintamu
Rawat penuh harap keagungannya
Jadilah engkau pecinta sejati
Berpendar cahaya laksana mentari"

Di negeri rantau, hingga kini
Surat nasehat itu tersimpan rapi
Surat itu mutiara sukma
Untuk memartabatkan makna cinta
Meski harus terbisukan kata-kata

(Maret 2015)

Anwari WMK