Sabtu, 27 Desember 2014

Bening Sorot Matamu

BENING SOROT MATAMU

Mengenal dirimu
Anugerah tiada tara bagiku
Meski luka mencabik hayat
Tersayat ngilu tanpa jedah

Kini aku menua dalam renta
Terdekap seliput sepi bisu
Tapi bening sorot matamu
Seuntai indah pelipur laraku

Pada senja ini kutatap tajam
Rontok gugur dedaunan kering
Serupa dengan hayatku
Bakal merapuh bersama ajal

Dan bila ajal sungguh tiba
Jiwa batinku sepenuhnya ikhlas
Sebab telah pernah menatap
Bening sorot matamu

(Condet, 27 Desember 2014)

Anwari WMK

Jumat, 26 Desember 2014

Pasir dan Pantai



PASIR DAN PANTAI

Kala aku datang ke kotamu
Waktu sontak menyeretku
Hadir ke hamparan pantai
Menoreh kata di atas pasir: “Rindu”

Wahai kekasih berselaput lara
Sesungguhnya namamu namaku masyhur
Dalam alunan senandung pantai
Hingga bebutiran pasir, kian memutih

Engkau telah sepenuhnya paham
Bahwa akulah pencinta sejati
Bebutiran pasir pantai saksi
Tentang kesempurnaan rinduku

Maka, cinta kita utuh
Meski tak saling memiliki
Sebab antara engkau dan aku
Adalah pasir dan pantai

(26 Desember 2014)

Anwari WMK

Senin, 15 Desember 2014

Setoreh Sendu

SETOREH SENDU

Menyibak riuh stasiun kereta
Dia menjauhi gerbong
Menapak liku megapolitan
Disambut langit jingga

Jiwa raganya seutuhnya sampai
Pada titik pusar kehidupan
Tempayan bagi segenap ucap
Tergerigi sukma renta

Maka sontak dia terkenang
Gunung-gunung dan rerumputan
Gemericik air pancuran bambu
Lambaian daun-daun tembakau

Pada lengang kampung halaman
Dia tinggalkan setoreh sendu
Sesendu bunga-bunga tembakau
Terpetik dari tangkainya

Oktober 88 adalah
Tonggak waktu jiwa lara
Prolog musim semi rindu
Untuk pedih setoreh rindu

Desember 88
Jiwanya tercekik ngilu
Hanya paham frasa cinta
Nyala lilin ulang tahun

Pagi ini dia kembali menyulut lilin
Bukan untuk ulang tahun dirinya
Hanya untuk kekasih sendu
Tak dimiliki. Tak memiliki.

(Jakarta, Medio Desember 2014)

Anwari WMK

Pelakon Takdir

PELAKON TAKDIR

Aku dan engkau hanyalah
Pelakon-pelakon takdir
Keindahan fana purnama

Aku lalu merintih
Bersama narasi
Keindahan kata-kata

Dan engkau pun membacanya
Bersama senandung syahdu
Runtuh airmata

(Oktober 2014)

ANWARI WMK

Jumat, 03 Oktober 2014

Lapor

LAPOR

Kepada tuan filosof Aristoteles
Kepada tuan filosof Al-Farabi
Lapor:

Politik di Indonesia
Tanpa kebajikan

Politik di Indonesia
Pandir

Politik di Indonesia
Dungu

Politik di Indonesia
Pesta para maling

Politik di Indonesia
Kumpulan bandit

Politik di Indonesia
Gerombolan penculeng

Laporan
Selesai!

(Oktober 2014)

ANWARI WMK

Selasa, 30 September 2014

Tangkai Rindu

TANGKAI RINDU

Di penghujung September
Saat waktu tercabik sunyi
Seorang lelaki menggenggam
Setangkai mawar merah
Bersama jiwa rona pesona
Berjalan tegap di antara
Teduh pepohonan rindang

Kala langkahnya sampai
Di stasiun kereta api
Ia menatap orang-orang
Berkerumun mengepung
Kertas ukuran jumbo
Tertempel di dinding kusam
Dan suara lantas terpekik
Demi menyibak kabar
Kereta api tercabik maut
Di antara liuk rel dan rangkaian

Lelaki itu lantas tertunduk
Membisu tanpa kata
Hati dan jiwanya koyak
Serupa serpihan kaca retak
Runtuh airmatanya
Sempurna membasahi
Setangkai mawar merah

Dalam lipatan tahun
Ia masih terkenang
Senyum perempuan bidadari
Berpayung merah jambu
Menggenapi segenap relung waktu
Meski kian mengiris pilu duka
Dalam cekak kemarau sukma
Perih pedih tak bertapal batas

Sebelum wafat,
Lelaki itu menulis sepotong sajak:
“Tentang bunga cintaku
Abadi selamanya
Bertangkai keindahan rindu”

(September 2014)

ANWARI WMK

Catatan: Untuk seorang sahabat yang telah wafat. Kawan, menangis aku saat menulis sajak ini. Semoga bahagia engkau di dunia sana, bersama sang bidadari yang selalu engkau gambarkan: “senang berpayung merah jambu”.

Rabu, 10 September 2014

PENYIRAM MAWAR MERAH

PENYIRAM MAWAR MERAH

Lelaki itu berdiri kokoh
Di puncak ketinggian bukit hijau
Ia memandangi kejauhan lembah
Menatap sosok seorang perempuan
Menyiram berkuntum-kuntum
Kembang mawar merah

Seekor burung, terbang
Datang dari lembah
Menuju ketinggian puncak bukit
Untuk memberi mahkota pekabaran
Maka, berkatalah sang burung:

“Tahukah engkau, wahai lelaki
Saat perempuan itu menyiram
Kembang-kembang mawar merah
Dia menyiram bersama perih
Sambil bersenandung pedih
Menyanyikan puisi-puisi cinta
Puisi goresan penamu”

Demi mendengar kabar itu,
Tubuh sang lelaki bergetar
Wajahnya menunduk
Menatap tanah rerumputan
Tapi ia musti memenuhi takdir
Berjalan mengapai zona jauh
Menjejak pelataran panjang
Menerobos debu,
Menginjak lumpur,
Menentang angin
Dan halilintar
Ia terpilin kelana
Tak berujung akhir

Dan bila gerimis tiba
Sejenak ia menghentikan langkah
Berteduh secara sederhana
Lalu kembali menulis puisi cinta
Puisi untuk perempuan
Si penyiram mawar merah

[Gorontalo-Jakarta, 8 September 2014]

ANWARI WMK

Sabtu, 06 September 2014

Negeri Wadipalapa

NEGERI WADIPALAPA

Aku asing di Negeri Wadipalapa
Datang bersama teropong falsafah
Agar paham lipatan-lipatan hakikat
Tentang detak peradaban
Gorontalo yang lampau

Di segenap penjuru mata angin
Kutatap ketersusunan hayat
Di balik debu realitas manusia
Ada komando kepemimpinan
Dan kawula rapi berderap

Kala senja di atas bukit
Kuberucap kepada diri
Ihwal dua hayat berlapis
Terpisah
Tanpa saling intervensi
Dekat tapi jauh
Jauh tapi dekat

Aku asing di Negeri Walipalapa
Mengais butiran-butiran makna
Dari laut dan gunung
Dari batu dan pohon
Ternyata, aku belum khatam
Belum! Belum!

(Bongo, Gorontalo, September 2014)

ANWARI WMK


Jumat, 08 Agustus 2014

SENANDUNG RUMPUN MAWAR

SENANDUNG RUMPUN MAWAR

Indah pesona mawar-mawar di halaman, menanti dia yang datang dari jauh membawa sekuntum rindu.

Kala yang ditunggu tiba, mawar-mawar pun berucap kata: "Selamat datang cinta. Selamat datang cinta. Selamat datang di rumah kesejatian makna."

Dia yang baru saja datang dari jauh, tak mampu berkata apa-apa. Hanya di sudut pelupuk matanya ada bulir tangis yang meleleh.

Oh rindu, oh cinta.

(2014)

ANWARI WMK

Sabtu, 02 Agustus 2014

Puisi "NAFAS ABADI" | Karya Anwari WMK

NAFAS ABADI

Ombak mati
Angin sekarat
Ditelan fatamorgana
Fana. Fana. Fana
Dan hanya pada rindu
Tersisa sengal nafas abadi

(Kalisat, 3 Agustus 2014)

ANWARI WMK

Kamis, 31 Juli 2014

13 Puisi Ramadan - Idul Fitri 2014

13 PUISI RAMADAN - IDUL FITRI

Catatan: Selama Ramadan hingga Idul Fitri 2014 berhasil ditulis 13 puisi. Berikut ini puisi-puisi tersebut, silahkan simak, dan semoga bermakna.

(1)
JALAN TUHAN

Kutemukan jalan menuju Tuhan
Tapi kumelangkah pelan perlahan
Kidung lirih mendesirkan jiwaku
Aku pun berjalan sambil menoleh

Tuan Putri, di mana engkau berada?
Kutunggu engkau. Kunanti dirimu
Di sini. Di persimpangan senja ini
Mari kita bergandeng tangan. Mari

Tuan Putri,
Segeralah mendekat, dekap diriku
Inilah jalan lurus itu. Jalanku. Jalanmu.
Jalan keabadian cinta

(Jakarta, Ramadan 2014)

ANWARI WMK

(2)
MAKRIFAT SEEKOR BURUNG

Seekor burung terbang dari ketinggian bukit
Di pucuk pohon pelataran rumah, ia hinggap
Aku menatapnya dengan takzim
Karena burung itu lantang berkata-kata:

"Mengapa ada kenabian di Bumi?
Sebab Tuhan tak pernah rela
Bumi kosong, melompong sepi
Dari keagungan argumentasi"

Mendengar itu,
Secepat kilat kubertanya:
"Argumentasi apa?"
Dan burung itu kembali berkata:

"Argumentasi ihwal Tuhan nan esa
Agar manusia purna seutuhnya paham
Bahwa baka adalah baka
Bahwa fana adalah fana
Bahwa hakikat adalah hakikat
Bahwa duplikat adalah duplikat
Dan agar manusia tahu
Bahwa Tuhan tak berbatas waktu"

Sejenak kemudian. Seorang kawan datang
Kusambut dia, dengan jabat tangan
Saat kembali kutatap pohon di pelataran
Burung itu telah pergi, menyisakan teka-teki

Jakarta-Bandung, Ramadan 2014

ANWARI WMK

(3)
MUNAJAT RAMADAN

Menjejak selasar Ramadan
Kuhibahkan jiwa raga
Bermusafir dari kota ke kota
Dan seuntai rahasia, terkuak

Dulu kutanya diri sendiri
Di manakah belahan jiwa
Saksi tumpahan airmata
Dari sujud ke sujud?

Langit bisu tanpa kata
Hanya di penghujung senja
Menjelang Ramadan tiba
Tersulam indah tatapan mata

Doa-doa lantas membahana
Demi merengkuh selamanya
Tatapan mata itu
Dalam tatapan mataku

Di selasar Ramadan kini,
Tuhan begitu dekat
Saat kukenang kembali
Sorot tatapan mata itu

Oh Tuhan,
Keindahan-Mu terpercik
Pada elok tatapan mata itu
Izinkan aku memilikinya
Seutuhnya

Bandung-Jakarta, Ramadan 2014

ANWARI WMK

(4)
HAI KEKASIH

Hai kekasih
Semoga engkau bahagia
Dalam keterbekuan rindu
Bersama nyanyian cintaku

Jiwaku kini kembali terseok
Oleh lumat dingin malam
Aku gagal memejamkan mata
Saat pikiran tersita nista manusia

Ternyata kita hanya saksi
Kuasa politik penuh sengkarut
Orang-orang berdebat tanpa arah
Tak bertujuan. Tak bermakrifat

Kucoba paham segala ocehan
Tapi isinya hanya caci maki
Argumentasi sontak mati
Tertusuk duri kata-kata

Engkau mungkin masih ingat
Ucapku dulu di kala senja
Bahwa politik adalah kemuliaan
Berubah menjadi kebinatangan

Akal sehatku kini tumpul
Memahami aneka kegusaran
Atas nama kekuasaan
Kata-kata bersulam logika setan

Seandainya engkau kini
Di sini bersamaku
Engkau kan menatap torehan
Tinta penaku berkesumba darah

Hai kekasih
Ingin kumemelukmu erat-erat
Saat airmataku kembali tumpah
Untuk Indonesia yang kian nista

Hai kekasih
Hai . . . . .

Ramadan 2014

ANWARI WMK

(5)
TEKUK LUTUT

Malam-malam Ramadan berlalu
Bersama dingin terkoyak sepi
Hanya ada satu pengakuan:
Tekuk lutut jiwa pada keindahan

Engkaulah pemilik keindahan itu
Dan akulah pengangum sejatinya
Biarlah kurawat tekuk lutut ini
Di hadapan-Mu terhampar pasrah

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

(6)
BILA TIBA SAAT

Bila tiba saat menghadap-Mu
Hangatkan tubuh kami
Dengan selimut Rahmat-Mu
Dengan selimut Berkah-Mu
Dengan selimut Ampunan-Mu

Bila tiba saat menghadap-Mu
Putihkanlah wajah kami
Tatkala wajah-wajah berubah
Menjadi hitam
Dan jangan hitamkan wajah kami
Tatkala wajah-wajah memutih

Bila tiba saat menghadap-Mu
Jangan Engkau berikan
Catatan amal kami di tangan kiri
Juga jangan dari belakang kami
Jangan pula di leher kami
Melingkar-lingkar rangkaian dosa

Bila tiba saat menghadap-Mu
Berikanlah catatan amal kami
Hanya di tangan kanan
Mudahkan segala kalkulasi kebijakan
Dan segerakan kami berjalan
Menuju rumah keabadian
Di semesta keindahan surga

Walau tanpa keindahan kata-kata
Meski tanpa keelokan narasi
Hanya kepada-Mu kami berucap
Tentang jiwa yang berjuta harap

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

(7)
MENEMBUS MALAM

Kini kugandeng tanganmu
Terbang tinggi menembus malam
Merapal semesta keindahan
Galaksi dan bintang-gemintang

Engkau lalu bersenandung
Tentang kesejatian cinta
Ihwal keagungan rindu
Kita yang sungguh fana

Engkau berbisik pelan:
"Apa musti kuucap lagi
Sajak liris cintamu
Kau tulis hanya untukku?"

Sajak yang mana, tanyaku
"Sajakmu yang berkisah
Tentang JALAN AIRMATA"
Jawabmu

Sontak aku menjawab:
Jangan kau baca lagi sajak itu
Sebab, kutulis itu untukmu
Bersama tumpah airmata lara

Engkau diam, lantas tersenyum
Di antara kilatan cahaya bintang
Kutatap dalam-dalam wajahmu
Engkau sangat cantik, Tuan Putri

Menjelang subuh
Aku kembali duduk
Di antara pena dan kertas-kertas
Di Bumi, tanpa dirimu

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

(8)
IJINKANLAH KAMI

Kami kini menyulam hidup
Bersama air dan tanah
Segenap penjuru cumalah gelap
Berseliput kabut kelam

Maka, ijinkan kami hidup
Berkawan makrifat diri
Agar segera kami sampai
Menjangkau berderang cahaya

Lalu, ijinkan kami hidup
Di keharibaan jiwa dan ruh
Serta hanya di jalan-Mu
Ijinkan kami, gegas berangkat

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

(9)
PEREMPUAN TERINDAH

Seorang lelaki menulis di buku hariannya:
"Bila kelak engkau bersandar di bahuku
Berucap amien untuk senandung
Doa-doaku berpilin airmata
Maka kan kukatakan pada Tuhan
Engkaulah sesungguhnya
Perempuan terindah di alam semesta
Bila kelak masa itu datang
Takkan ada lagi puncak keagungan
Romantika sukma dan jiwa
Seindah romatika antara
Diriku dan dirimu
Juga kukatakan pada Tuhan
Tiap tetes airmataku untuk seuntai doa
Adalah deklarasi cinta untuk dirimu
Perempuan terindah di alam semesta"

Menjelang Ramadan berlaku
Perempuan berwajah sendu
Berdiri di tubir pusara
Membaca buku harian itu
Ia lantas berucap:
"Cinta kita memang tak sampai
Tapi antara hatiku dan hatimu
Terikat tali merah keabadian rindu"

Perempuan itu lalu diam membisu
Hanya air matanya jatuh luruh
Di pelataran pusara
Burung-burung di reranting pohon
Turut diam membisu

Oh Ramadan luka
Oh Ramadan lara

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

(10)
TONGGAK TAKDIR

Pada kesederhanaan bahasa prosa
Pada keindahan bahasa puisi
Pada keagungan bahasa cinta
Jiwaku terpasung pesona makna

Pada bening tatap matamu
Kutemukan kesederhanaan bahasa prosa
Pada elok senyumanmu
Kutemukan keindahan bahasa puisi
Pada renyah kata dan tawamu
Kutemukan keagungan bahasa cinta

Dalam selarik doa
Terlantun di malam dingin
Aku berkata:
"Terima kasih Tuhan
Telah tertancap tonggak takdir
Perjumpaan demi perjumpaan
Maka izinkan kami seirama
Menapak di jalan lurus
Menggapai kerajaan-Mu
Cahaya Maha Cahaya"

(Ramadhan 2014)

ANWARI WMK

(11)
JEJAK-JEJAK AIRMATA

Setiap doa berpilin-pilin
Menjadi tetes airmata
Sebab, Ramadan adalah momentum
Pengakuan fana diri

Malam-malam punah bertumbangan
Dalam alunan doa tak berdawai
Benderang siang berterbangan
Dalam narasi suci tak bertitik
Segalanya hanya memperderas
Tetes demi tetes runtuh airmata

Bila lalu Ramadan hanyut
Di ruas lipat arus waktu
Hanya larik-larik tangis
Turut pergi bersamanya

Ya Allah,
Betapa agung Engkau
Menjedah naluri hayat
Mengoreksi lumut debu tanah
Dengan senarai untai
Syahdu Ramadan Karim

Bila boleh kami meminta
Kembalikan pada perjumpaan
Dengan Ramadan baru
Meski harus tersambut
Jejak-jejak airmata

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

(12)
INILAH AKU

Akulah kaisar kerajaan sunyi
Menanggung sendiri luka perih
Hanya sajak dan puisi
Seutuhnya paham segala pedih

Akulah rajadiraja istana sepi
Membalut sendiri bilur luka
Hanya doa yang bernyanyi
Tentang jiwa yang nestapa

Oh sunyi
Oh sepi
Inilah aku
Lumat semampu kau mau

(Kalisat, Ramadan 2014)

ANWARI WMK

(13)
GAZA

Secuil luka perih
Kian menganga lebar
Saat pena menoreh kata:
Gaza

Kita cuma saksi bisu
Di depan layar televisi
Saat bocah-bocah berdarah
Tercabik ledakan bom

Segores luka
Melebar seluas telaga
Sebab pada akhirnya
Gaza adalah kita

(Idul Fitri 2014)

ANWARI WMK

Sabtu, 26 Juli 2014

Puisi "JEJAK-JEJAK AIRMATA"| Karya Anwari WMK

JEJAK-JEJAK AIRMATA

Setiap doa berpilin-pilin
Menjadi tetes airmata
Sebab, Ramadan adalah momentum
Pengakuan fana diri

Malam-malam punah bertumbangan
Dalam alunan doa tak berdawai
Benderang siang berterbangan
Dalam narasi suci tak bertitik
Segalanya hanya memperderas
Tetes demi tetes runtuh airmata

Bila lalu Ramadan hanyut
Di ruas lipat arus waktu
Hanya larik-larik tangis
Turut pergi bersamanya

Ya Allah,
Betapa agung Engkau
Menjedah naluri hayat
Mengoreksi lumut debu tanah
Dengan senarai untai
Syahdu Ramadan Karim

Bila boleh kami meminta
Kembalikan pada perjumpaan
Dengan Ramadan baru
Meski harus tersambut
Jejak-jejak airmata

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

Senin, 21 Juli 2014

Puisi "PEREMPUAN TERINDAH" | Karya Anwari WMK

PEREMPUAN TERINDAH

Seorang lelaki menulis di buku hariannya:
"Bila kelak engkau bersandar di bahuku
Berucap amien untuk senandung
Doa-doaku berpilin airmata
Maka kan kukatakan pada Tuhan
Engkaulah sesungguhnya
Perempuan terindah di alam semesta
Bila kelak masa itu datang
Takkan ada lagi puncak keagungan
Romantika sukma dan jiwa
Seindah romatika antara
Diriku dan dirimu
Juga kukatakan pada Tuhan
Tiap tetes airmataku untuk seuntai doa
Adalah deklarasi cinta untuk dirimu
Perempuan terindah di alam semesta"

Menjelang Ramadan berlaku
Perempuan berwajah sendu
Berdiri di tubir pusara
Membaca buku harian itu
Ia lantas berucap:
"Cinta kita memang tak sampai
Tapi antara hatiku dan hatimu
Terikat tali merah keabadian rindu"

Perempuan itu lalu diam membisu
Hanya air matanya jatuh luruh
Di pelataran pusara
Burung-burung di reranting pohon
Turut diam membisu

Oh Ramadan luka
Oh Ramadan lara

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

Minggu, 20 Juli 2014

Puisi "IJINKAN KAMI" | Karya Anwari WMK

IJINKANLAH KAMI

Kami kini menyulam hidup
Bersama air dan tanah
Segenap penjuru cumalah gelap
Berseliput kabut kelam

Maka, ijinkan kami hidup
Berkawan makrifat diri
Agar segera kami sampai
Menjangkau berderang cahaya

Lalu, ijinkan kami hidup
Di keharibaan jiwa dan ruh
Serta hanya di jalan-Mu
Ijinkan kami, gegas berangkat

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

Sabtu, 19 Juli 2014

Puisi "MENEMBUS MALAM" | Karya Anwari WMK

MENEMBUS MALAM

Kini kugandeng tanganmu
Terbang tinggi menembus malam
Merapal semesta keindahan
Galaksi dan bintang-gemintang

Engkau lalu bersenandung
Tentang kesejatian cinta
Ihwal keagungan rindu
Kita yang sungguh fana

Engkau berbisik pelan:
"Apa musti kuucap lagi
Sajak liris cintamu
Kau tulis hanya untukku?"

Sajak yang mana, tanyaku
"Sajakmu yang berkisah
Tentang JALAN AIRMATA"
Jawabmu

Sontak aku menjawab:
Jangan kau baca lagi sajak itu
Sebab, kutulis itu untukmu
Bersama tumpah airmata lara

Engkau diam, lantas tersenyum
Di antara kilatan cahaya bintang
Kutatap dalam-dalam wajahmu
Engkau sangat cantik, Tuan Putri

Menjelang subuh
Aku kembali duduk
Di antara pena dan kertas-kertas
Di Bumi, tanpa dirimu

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

Jumat, 18 Juli 2014

Puisi "BILA TIBA SAAT" | Karya Anwari WMK

BILA TIBA SAAT

Bila tiba saat menghadap-Mu
Hangatkan tubuh kami
Dengan selimut Rahmat-Mu
Dengan selimut Berkah-Mu
Dengan selimut Ampunan-Mu

Bila tiba saat menghadap-Mu
Putihkanlah wajah kami
Tatkala wajah-wajah berubah
Menjadi hitam
Dan jangan hitamkan wajah kami
Tatkala wajah-wajah memutih

Bila tiba saat menghadap-Mu
Jangan Engkau berikan
Catatan amal kami di tangan kiri
Juga jangan dari belakang kami
Jangan pula di leher kami
Melingkar-lingkar rangkaian dosa

Bila tiba saat menghadap-Mu
Berikanlah catatan amal kami
Hanya di tangan kanan
Mudahkan segala kalkulasi kebijakan
Dan segerakan kami berjalan
Menuju rumah keabadian
Di semesta keindahan surga

Walau tanpa keindahan kata-kata
Meski tanpa keelokan narasi
Hanya kepada-Mu kami berucap
Tentang jiwa yang berjuta harap

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

Selasa, 15 Juli 2014

Puisi "TEKUK LUTUT" | Karya Anwari WMK

TEKUK LUTUT

Malam-malam Ramadan berlalu
Bersama dingin terkoyak sepi
Hanya ada satu pengakuan:
Tekuk lutut jiwa pada keindahan

Engkaulah pemilik keindahan itu
Dan akulah pengangum sejatinya
Biarlah kurawat tekuk lutut ini
Di hadapan-Mu terhampar pasrah

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

Puisi "HAI KEKASIH" | Karya Anwari WMK

HAI KEKASIH

Hai kekasih
Semoga engkau bahagia
Dalam keterbekuan rindu
Bersama nyanyian cintaku

Jiwaku kini kembali terseok
Oleh lumat dingin malam
Aku gagal memejamkan mata
Saat pikiran tersita nista manusia

Ternyata kita hanya saksi
Kuasa politik penuh sengkarut
Orang-orang berdebat tanpa arah
Tak bertujuan. Tak bermakrifat

Kucoba paham segala ocehan
Tapi isinya hanya caci maki
Argumentasi sontak mati
Tertusuk duri kata-kata

Engkau mungkin masih ingat
Ucapku dulu di kala senja
Bahwa politik adalah kemuliaan
Berubah menjadi kebinatangan

Akal sehatku kini tumpul
Memahami aneka kegusaran
Atas nama kekuasaan
Kata-kata bersulam logika setan

Seandainya engkau kini
Di sini bersamaku
Engkau kan menatap torehan
Tinta penaku berkesumba darah

Hai kekasih
Ingin kumemelukmu erat-erat
Saat airmataku kembali tumpah
Untuk Indonesia yang kian nista

Hai kekasih
Hai . . . . .

Ramadan 2014

ANWARI WMK

Minggu, 13 Juli 2014

Puisi "MUNAJAT RAMADAN" | Karya Anwari WMK

MUNAJAT RAMADAN

Menjejak selasar Ramadan
Kuhibahkan jiwa raga
Bermusafir dari kota ke kota
Dan seuntai rahasia, terkuak

Dulu kutanya diri sendiri
Di manakah belahan jiwa
Saksi tumpahan airmata
Dari sujud ke sujud?

Langit bisu tanpa kata
Hanya di penghujung senja
Menjelang Ramadan tiba
Tersulam indah tatapan mata

Doa-doa lantas membahana
Demi merengkuh selamanya
Tatapan mata itu
Dalam tatapan mataku

Di selasar Ramadan kini,
Tuhan begitu dekat
Saat kukenang kembali
Sorot tatapan mata itu

Oh Tuhan,
Keindahan-Mu terpercik
Pada elok tatapan mata itu
Izinkan aku memilikinya
Seutuhnya

Bandung-Jakarta, Ramadan 2014

ANWARI WMK

"TIGA PUISI GORONTALO" | Karya Anwari WMK

TIGA PUISI GORONTALO

Catatan: Selama melakukan perjalanan ke Gorontalo dan beberapa kawasan sekitarnya, 18-23 Juni 2014, berhasil ditulis tiga buah puisi. Semoga bermakna, berikut puisi-puisi dimaksud:

(1)
KEKASIHKU

Setiap perjumpaan adalah
Anugerah tiada tara
Maka aku mensyukuri
Perjumpaan demi perjumpaan
Dengan dirimu

Betapa indah perjumpaan
Dengan dirimu itu
Seutuhnya tersuar pada
Senyummu
Sorot matamu
Aku memetik sekuntum sajak
Bila menatap senyummu
Aku menuai puisi rindu
Dari sorot indah matamu

Sekarang aku berjalan tanpa dirimu
Menggapai sebagian sudut Nusantara
Kucari mutiara-mutiara makna
Di antara tumpukan riwayat
Pergolakan hidup rakyat
Sebagai hamba sahaya

Di tikungan sejarah
Ketemukan nama-nama
Para pengibar panji
Kemuliaan manusia
Bahwa rakyat bukanlah
Hamba sahaya

Di kaki gunung aku bicara
Dengan anak-anak muda
Tentang masa depan kehidupan
Mereka mengeraskan kepal
Sebab sepenuhnya tahu
Telah dan terus diabaikan

Malam ini aku lelah
Sengkarut Nusantara
Bertumpuk menjibun
Di kepalaku
Ingin aku lelap
Tapi mataku nanar
Menatap catatan-catatan

Lalu, kukenang kembali
Senyum dan indah bola matamu
Sambil menatap keremangan waktu
Lewat tengah malam

Kekasih,
Seandainya engkau kini di sini
Menemaniku tercekam sepi
Engkau akan tahu
Aku menangis. Menangis
Menangis untuk
Indonesia yang compang-camping

Jakarta-Makassar-Gorontalo, 18 Juni 2014

ANWARI WMK

(2)
PADA SEBUAH PALKA

Pada sebuah palka
Kurenungi kembali Indonesia
Malam telah sungguh larut
Saat pelayaran ini membelah laut

Di dek tingkat dua
Aku lelap tanpa mimpi
Terbangun oleh tangis bocah
Kupandangi segala arah

Aku kini secuil dari himpunan
Rakyat yang lelah terlelap
Di dek tingkat dua itu
Kami serupa kaum proletar

Pagi di atas palka
Kupandangi wajah-wajah
Oh proletar
Himpunan yang proletar

Walau terpancar harap
Hanya sukma yang purna
Merdeka masih sebatas jiwa
Belum merambah menggapai raga

Di atas palka
Kurenungi kembali Indonesia

Teluk Tomini, 20 Juni 2014

ANWARI WMK

(3)
BALADA TELUK TOMINI

Antara Gorontalo dan Pagimana
Antara Pagimana dan Bunta
Terentang selarik balada
Bersama batin yang bertanya

Pada bentangan garis antara
Gorontolo-Pagimana
Tercetus tanya tentang Teluk Tomini
Adakah peradaban dapat diwujudkan?

Pada segala lekuk liku
Jalanan mulus bopeng Pagimana-Bunta
Tergelegak tanya tentang gembur tanah subur
Sudahkah terkelola rapih?

Kutatap langit, laut dan bukit-bukit
Tersimpul arti tentang rakyat
Paham alfabeta kemerdekaan
Tapi etos, entah terselip di mana?

Oh Teluk Tomini
Engkau mutiara peradaban
Tapi tak dimengerti seutuhnya
Sekadar cerita dalam serpihan riwayat

Bunta-Pagimana-Gorontalo, 20-21 Juni 2014

ANWARI WMK

Puisi "MAKRIFAT SEEKOR BURUNG" | Karya Anwari WMK

MAKRIFAT SEEKOR BURUNG

Seekor burung terbang dari ketinggian bukit
Di pucuk pohon pelataran rumah, ia hinggap
Aku menatapnya dengan takzim
Karena burung itu lantang berkata-kata:

"Mengapa ada kenabian di Bumi?
Sebab Tuhan tak pernah rela
Bumi kosong, melompong sepi
Dari keagungan argumentasi"

Mendengar itu,
Secepat kilat kubertanya:
"Argumentasi apa?"
Dan burung itu kembali berkata:

"Argumentasi ihwal Tuhan nan esa
Agar manusia purna seutuhnya paham
Bahwa baka adalah baka
Bahwa fana adalah fana
Bahwa hakikat adalah hakikat
Bahwa duplikat adalah duplikat
Dan agar manusia tahu
Bahwa Tuhan tak berbatas waktu"

Sejenak kemudian. Seorang kawan datang
Kusambut dia, dengan jabat tangan
Saat kembali kutatap pohon di pelataran
Burung itu telah pergi, menyisakan teka-teki

Jakarta-Bandung, Ramadan 2014

ANWARI WMK

Rabu, 09 Juli 2014

Puisi "BALADA CINTA" | Karya Anwari WMK

BALADA CINTA

Dari kejauhan geografi
Engkau bersuar tanya:
"Buka puasa di mana?
Menunya apa?"

Sontak. Baladaku bersemburat
Puncak keindahan sukma
Hingga semesta jiwaku
Tergetar menggeletar

Kembali kucerna wajahmu
Kukenang sorot matamu
Seperti sajak dan puisi
Engkau, kubaca kembali

Di pelataran malam
Pada liku kembara sunyi
Batinku perih
Lirih berkata-kata:

"Terima kasih cinta
Dalam tikam belati rindu
Terima kasih cinta
Dalam kebermaknaan airmata"

(Manggarai, Ramadan 2014)

ANWARI WMK

Minggu, 06 Juli 2014

Puisi "SANG PENGELANA" | Karya Anwari WMK

SANG PENGELANA

Hingga malam kian menua
Pengelana itu lebur dalam
Pesona cahaya hijau lumut
Ia lalu mereguk sejuk
Kesyahduan wangi aroma Ramadan

Esok paginya di pucuk pohon
Burung-burung pipit serentak
Mengalunkan senandung doa:
"Oh Tuhan Maha Pengasih
Betapa tak bertepi karunia-Mu
Sudilah Engkau terima
Bulir kristal airmata
Munajat rindu sang pengelana
Di atas hamparan sajadah."

Teriring doa burung-burung pipit
Pengelana itu kembali
Menjejak balada panjang
Berliku dan mendaki

Oh . . . . .
Ramadan karim
Ramadan karim

Ramadan 2014

AWM Kamandanu

Puisi " JALAN TUHAN" | Karya Anwari WMK

JALAN TUHAN

Kutemukan jalan menuju Tuhan
Tapi kumelangkah pelan perlahan
Kidung lirih mendesirkan jiwaku
Aku pun berjalan sambil menoleh

Tuan Putri, di mana engkau berada?
Kutunggu engkau. Kunanti dirimu
Di sini. Di persimpangan senja ini
Mari kita bergandeng tangan. Mari

Tuan Putri,
Segeralah mendekat, dekap diriku
Inilah jalan lurus itu. Jalanku. Jalanmu.
Jalan keabadian cinta

Jakarta, 6 Juli 2014

ANWARI WMK

Puisi "TWO MOMENTOES" | Karya Anwari WMK

TWO MOMENTOES

A poem for Anira
Written with sincerity
In the desolate life
In bleak time

Anira, a man poet staring you
Two momentoes in your heart
How serene your love
How  lovely your lonesome

(2014)

ANWARI WMK

Puisi "KERETA KENCANA" | Karya Anwari WMK

KERETA KENCANA

Pagi hari di dermaga
Seorang Pangeran berlabuh
Saat kakinya menjejak Bumi
Ia menatap pandang segala arah

Tuan Putri, ternyata
Tak datang menjemputnya
Hanya kereta kencana
Menyambut Sang Pangeran tiba

Duduk di kereta kencana
Bersama pendar batin cahaya
Untuk jiwa Tuan Putri
Sang Pangeran bersyair:

"Telah terpancang keagungan cinta
Untuk jiwa yang kembara
Engkau memang tak bersamaku
Tapi hatiku dan hatimu satu"

Pada laju kereta kencana
Cinta kian berderai-derai
Tanpa titik. Tanpa koma
Begitulah takdir, keindahan rindu

Surabaya, 25 Juni 2014

ANWARI WMK

Puisi "KEKASIHKU" | Karya Anwari WMK

KEKASIHKU

Setiap perjumpaan adalah
Anugerah tiada tara
Maka aku mensyukuri
Perjumpaan demi perjumpaan
Dengan dirimu

Betapa indah perjumpaan
Dengan dirimu itu
Seutuhnya tersuar pada
Senyummu
Sorot matamu
Aku memetik sekuntum sajak
Bila menatap senyummu
Aku menuai puisi rindu
Dari sorot indah matamu

Sekarang aku berjalan tanpa dirimu
Menggapai sebagian sudut Nusantara
Kucari mutiara-mutiara makna
Di antara tumpukan riwayat
Pergolakan hidup rakyat
Sebagai hamba sahaya

Di tikungan sejarah
Ketemukan nama-nama
Para pengibar panji
Kemuliaan manusia
Bahwa rakyat bukanlah
Hamba sahaya

Di kaki gunung aku bicara
Dengan anak-anak muda
Tentang masa depan kehidupan
Mereka mengeraskan kepal
Sebab sepenuhnya tahu
Telah dan terus diabaikan

Malam ini aku lelah
Sengkarut Nusantara
Bertumpuk menjibun
Di kepalaku
Ingin aku lelap
Tapi mataku nanar
Menatap catatan-catatan

Lalu, kukenang kembali
Senyum dan indah bola matamu
Sambil menatap keremangan waktu
Lewat tengah malam

Kekasih,
Seandainya engkau kini di sini
Menemaniku tercekam sepi
Engkau akan tahu
Aku menangis. Menangis
Menangis untuk
Indonesia yang compang-camping

Jakarta-Makassar-Gorontalo, 18 Juni 2014

ANWARI WMK

Puisi "DI KOTAMU" | Karya Anwari WMK

DI KOTAMU

Meninggalkan kotamu,
Berarti membiarkan rinduku
Tercecer di antara
Tidur dan jagamu

Bila aku pergi
Dan rinduku tertinggal
Di kotamu
Sudilah engkau membawa
Rinduku itu kembali
Ke hatiku

Jika engkau kelak
Meninggalkan kotamu
Dan lalu berjumpa dengaku
Maka bawalah senyum dan tawamu
Sebagai pemadam atas kobaran
Rinduku

Penerbangan Surabaya - Jakarta, 4 Juli 2014

ANWARI WMK

Senin, 16 Juni 2014

Puisi "PERCAKAPAN DENGAN WAKTU" | Karya Anwari WMK

PERCAKAPAN DENGAN WAKTU

Malam-malam berlalu
Dalam percakapan dengan waktu
Lalu, kutanya waktu
Mengapa rindu bersenandung merdu?

Maka, berkatalah waktu:
"Rindu bersenyawa dengan dirimu
Menyatu dengan nafas sukmamu
Memulia indahkan harapanmu"

Kutanya lagi waktu
Untuk siapakah rinduku?

Sekali lagi, berkatalah waktu:
"Engkau telah bertatap pandang
Dan saling bertukar senyuman
Dengan seorang hamba Tuhan
Berbola mata keindahan pelangi
Goresan penamu kan terpahat abadi
Bila kau kasihi dia sepenuh hati
Seperti engkau kasih pada
Sajak dan puisi"

Malam-malam terus berlalu
Dalam percakapan dengan waktu
Kini aku seutuhnya tahu
Untuk siapa rindu itu

Jakarta, 16 Juni 2014
ANWARI WMK

Minggu, 15 Juni 2014

Puisi "LORONG" | Karya Anwari WMK

LORONG

Dia menapaki lorong-lorong kota besar
Dalam tasnya tergeletak harap cemas
Seandainya aku bisa memberinya payung
Tubuhnya merdeka dari hujan dan panas
Tapi, aku pun pengelana kota besar
Basah tubuhku tersiram air hujan
Tersengat sinaran cahaya matahari
Tergeliat sayat tanpa payung
Maka, kami pun sekufu meniti takdir
Di lorong-lorong panjang menderu debu
Pilu penaku turut terguncang
Getar-gemetar harap dan cemas

Saat lorong basah terturap gerimis
Di sebuah senja kami jumpa
Bertukar senyum dan tatapan mata
Dan lontaran kalam tentang keabadian
Setelah itu kami kembali berjalan
Beriring salam semoga masih ada perjumpaan
Kami kembali menapak langkah sendirian
Lorong demi lorong tak berkesudahan

Di kerajaan puisi aku berkata:
"Tuhan, izinkan kami bergandeng tangan
Dengan ridha-Mu, dengan berkah-Mu
Saling menguatkan dalam genggaman jemari
Tabah senafas menapaki lorong-lorong
Sabar menjejak balada takdir setara
Bila lorong-lorong itu bersimbah airmata
Maka itulah airmata cinta dalam deru kalbu
Tersenandung syahdu di keabadian rindu"

Jakarta, 13 Juni 2014

ANWARI WMK

Puisi "AKULAH PEMUJAMU" | Karya Anwari WMK

AKULAH PEMUJAMU

Menjelang senja penghabisan
Kutatap dedaunan pohon
Dari ketinggiang loteng
Berpagar jeruji besi

Sontak aku terperangah
Tersentak halilintar kesadaran
Betapa syukur yang hakiki
Adalah kembalinya para pemuja
Pada sumber-sumber transenden
Kuperiksa diriku cermat
Apakah aku pemuja hakiki?

"Tuhan"
Ucapku dalam hati
"Beri aku waktu dan kesempatan
Memuja-Mu dengan kesejatian cinta
Seperti para Nabi, para Rasul
Tuhan,
Jangan biarkan aku berpaling
Dari puncak-puncak keindahan
Cinta kepada-Mu"

Jakarta, 14 Juni 2014

ANWARI WMK

Kamis, 12 Juni 2014

Puisi "BOLA MATA SEKUNTUM KEMBANG" | Karya Anwari WMK

BOLA MATA SEKUNTUM KEMBANG

Sekuntum kembang kutatap mata indahnya
Seulas pelangi berkibaran tertiup angin senja
Oh betapa elok pelangi di bola mata itu
Hingga saat mendongakkan wajah
Ke hamparan langit malam
Sontak kubertanya:

"Tuhan, apakah pelangi di bola mata itu
Penyempurna sukma di sisa usiaku
Saat baladaku luka di belantara makna
Kala puncak hakikat belum terjejak?

Tuhan, apakah pelangi di bola mata itu
Suluh yang Engkau janjikan
Agar aku sepenuhnya pasrah
Merapal segenap perih
Sengal napas duniawi ringkih?

Tuhan, apakah Engkau tersenyum
Bila pada sebuah lipatan waktu kelak
Syahdu dalam getar-gemetar sukma
Kucium mesra bola mata itu?"

Beranda malam terkulai di kursi rotan
Menggelandang jiwaku kembali sampai
Pada kerinduan hasrat balada panjang
Bersama sekuntum kembang
Berbola mata keindahan pelangi

Jakarta, 11 Juni 2014

ANWARI WMK

Rabu, 14 Mei 2014

Puisi "KUNIKAHI ENGKAU" | Karya Anwari WMK

KUNIKAHI ENGKAU

Bersama dawai keriuhan jiwa-jiwa
Di bawah naungan rindang
Pepohonan jambu dan kenitu
Kunikahi engkau dengan sahadah

Kuberi engkau sekotak rindu
Kau gengam dengan mesra
Kuciumi rona elok keningmu
Berbilas bait senyumanmu

Jilbabmu sayup hijau kebiruan
Lambai gemulai tertiup angin
Melambung tinggikan bening sukmaku
Mengapai luas cakrawala kalbu

Pagi ini sendiri aku
Berdiri di tubir pusaramu
Merapal memori keagungan cintamu
Berkesumba getar-gemetar syahdu

Pada liku selokan luka
Menggema perih senandung bisu
Sebab bulir-bulir airmataku
Menyeru-nyeru namamu

Telah sudah kita rajut takdir
Di bawah naungan rindang
Pepohonan jambu dan kenitu
Kunikahi engkau dengan sahadah

Sahadah duka.
Sahadah airmata.

(2014)

ANWARI WMK

Rabu, 30 April 2014

Puisi "HAI KEKASIH" | Karya Anwari WMK

HAI KEKASIH

Ke arah mana pun
Kuhadapkan wajah
Kutatap indah
Pesona diri-Mu

Apa makna Barat-Timur?
Apa arti Utara-Selatan?
Segalanya nisbi
Hanya diri-Mu hakiki

Hai, Sang Mahapengasih
Kian meluap-luap rinduku
Terbenam genangan airmata
Hasrat perjumpaan dengan-Mu

Bila Engkau memanggilku
Segera aku datang
Pulang menggapai pusara
Bersemburat cahaya-cahaya

(2014)

ANWARI WMK

Jumat, 25 April 2014

Puisi "BERSANDAR AKU" | Karya Anwari WMK

BERSANDAR AKU

Sejak tabir diriku runtuh
Sepenuhnya aku paham
Akulah hamba sahaya
Hinadina di hadapan-Mu

Saat malam tercekam sepi
Kau beri aku sekuntum puisi
Berkisah tentang segala galaksi
Bintang dan planet yang menari

Sekarang, hasratku utuh
Tak kepada apa. Tak kepada siapa
Juga tak pada diriku sendiri
Hanya kepada-Mu aku bersandar

Oh Kekasih Mahakekasih
Bila seluruh kebaikanku nisbi
Sudilah Engkau menyempurnakannya
Lewat alunan merdu ampunan-Mu

Oh Kekasih Mahakekasih
Setiap jengkal waktuku kini penantian
Kapan bibir-Mu mengecup mesra bibirku
Agar aku lena di puncak syahdu keindahan

Oh Kekasih Mahakekasih
Bersandar aku kini
Aku bersandar selamanya
Kepada-Mu

(2014)

ANWARI WMK

Rabu, 16 April 2014

Puisi "DI ATAS BADAI CINTA" | Karya Anwari WMK

DI ATAS BADAI CINTA

Dia berdiri tegak di atas badai cinta
Ribuan malaikat menatapnya dari kejauhan
Tubuhnya tergetar menyebut nama Tuhan
Dalam zona tak meruang tak mewaktu

Tuhan lalu berkata ihwal manusia
Melampaui kemuliaan segala mahluk
Ribuan malaikat kian menatap
Dari luasan jarak tak bertapal batas

Atas nama umat manusia ia bersimpuh
Cahaya tubuhnya menyinari
Segala macam pepohonan purba
Tuhan pun kembali berkata:

"Bawalah makrifat ini ke Bumi
Ajari manusia bahwa dirinya mulia
Ajak manusia seperti dirimu
Berdiri tegak di atas badai cinta"

Saat dia kembali menuju Bumi
Ribuan malaikat bersenandung merdu
Mengiringi perjalanannya yang memukau
Di antara planet, bintang dan galaksi

Pagi ini aku menatap langit dalam diam
Sontak terucap tanya di hatiku:
"Tuhan, apakah aku telah
Berdiri tegak di atas badai cinta?"

(2014)

ANWARI  WMK

Selasa, 15 April 2014

Puisi "TAPAL BATAS KOTA" | Karya Anwari WMK

TAPAL BATAS KOTA

seorang lelaki membawa
sekuntum puisi jiwa
berkelopak rindu
berdaun cinta

di tapal batas kota
ia persembahkan puisi itu
kepada seorang perempuan
bergaun putih coklat

berpuluh tahun kemudian
lelaki itu, perempuan itu
merawat memori perjumpaan
di tapal batas kota

oh rindu
betapa syahdu hidup ini
oh cinta
alangkah elok hidup ini

(2014)

ANWARI WMK

Puisi "HUJAN DAN MATAHARI" | Karya Anwari WMK

HUJAN DAN MATAHARI

Aku berdiri kaku
di antara
rintik hujan
dan cahaya matahari

Aku tak memilih
rintik hujan
juga tak memilih
cahaya matahari

Sebab,
ada sekuntum rindu
musti kupilih
rindu menggores perih

Wahai rintik hujan,
wahai cahaya matahari
Maafkan aku
Maafkan

(2014)

ANWARI WMK

Minggu, 13 April 2014

Puisi "DIALOG BINTANG GEMINTANG" | Karya Anwari WMK

DIALOG BINTANG GEMINTANG

Ia pahat kata-kata
Dalam senarai bait-bait cinta
Agar paham segenap perih luka
Dalam setiap bulir tetes airmata

Kepada gugusan bintang gemintang
Ia mengabarkan riwayat rindu
Tertulis gores tinta airmata
Airmatanya. Airmata kekasihnya

Lalu, bintang gemintang bertanya
Segala makna puncak rindu
Ia sontak menjawab:
"Dalam pedih perih kasih tak sampai"

(2014)

ANWARI WMK

Puisi "PASIR PUTIH" | Karya Anwari WMK

PASIR PUTIH

bapak tua
dulu engkau berkata
pada jiwaku yang belia:

"kelak suatu masa
engkau berulang datang
menjejak ini pantai
menatap hamparan
pasir putih
setiap butirnya adalah
sebait sajak rindu
maka kelak, pungutlah
butiran-butiran pasir itu
bersama getar-gemetar sukma"

bapak tua
kini aku kembali datang
menatap perih
bebutiran pasir putih
cinta dan rinduku tersengal
di antara bebutiran
pasir putih ini

oh bapak tua
lihatlah jemariku kini
menjumput bebutiran
pasir putih
namun pasir putih itu
pelan perlahan meleleh
menjadi bulir-bulir airmata
airmata puteri kedaton
yang kumiliki cintanya
tapi tak kumiliki hayatnya

(2014)

ANWARI WMK

Selasa, 01 April 2014

Puisi "SUNGAI-SUNGAI" | Karya Anwari WMK

SUNGAI-SUNGAI

sungai-sungai meratap
terkoyak kabut kelam
sukmaku tergores luka
perih mencerna deritanya

segera lalu kucari
oase-oase airmata
di padang pasir purba
cadas negeri puisi

bila kini
terompahku kian kusam
sebab kembara belum usai
menjejak batas negeri puisi

terus meratap dalam duka
sungai-sungai makin berliku
mengalir dalam cintaku
menderas dalam rinduku

(2014)

ANWARI WMK

Selasa, 25 Maret 2014

Puisi "SANG NABI" | Karya Anwari WMK

SANG NABI

Saat Sang Nabi wafat
Lelaki itu berkata:
"Seandainya engkau tak menyuruh
Kami tabah dan sabar
Tentu kami telah membangun
Selaksa bendungan airmata
Sekiranya engkau tak mencegah
Kami meratap pilu
Maka pedih takkan pernah berakhir
Perih takkan pernah pudar"

Lelaki itu masih berkata:
"Tak ada lagi dialektika kenabian
Tak ada lagi wahyu
Tak ada lagi pesan-pesan langit
Segalanya usai, saat engkau wafat"

Lirih ucap kata lelaki itu
Endap dalam timbunan sejarah
Tapi pagi ini
Aku mendengarnya kembali
Tersenandungkan oleh tarian angin
Serta-merta wajahku terunduk
Runtuh airmata membasahi tanah
Airmata berbulir rindu
Rindu menatap wajah
Sang Nabi

(Maret 2014)

ANWARI WMK

Puisi "BINATANG" | Karya Anwari WMK

BINATANG

pada suatu siang, tercetus resolusi
dalam sidang umum
perserikatan binatang-binatang
tentang diri dan hayat manusia

berkatalah sekretaris jenderal
perserikatan binatang-binatang:
"kita selalu kalah, menghadapi manusia
sebab manusia adalah binatang
melebihi segala binatang
manusia musti menjadi binatang
agar mampu menundukkan binatang
dan mari kita simpulkan kini
bahwa manusia memang binatang
melampaui segala binatang"

esok harinya
koran-koran mengabarkan
resolusi sidang umum
perserikatan binatang-binatang
tertera dalam sebuah tajuk rencana:
"tak ada binatang membunuh binatang
atas dasar kesenangan
binatang membunuh binatang
atas dasar kebutuhan
tapi manusia membunuh sesamanya
atas dasar kesenangan
lalu sang pembunuh
dipuji sebagai pahlawan
namanya tertoreh abadi
dalam narasi-narasi sejarah
manusia adalah binatang
lebih bengis dari binatang"

tiba-tia dari kejauhan
terdengar ayat-ayat suci dilantunkan
manusia disebut insan ilahiah
tapi lebih memilih menjadi binatang

(2014)

ANWARI WMK

Sabtu, 08 Maret 2014

Puisi "DUNGU" | Karya Anwari WMK

DUNGU

Di ketinggian pucuk pohon
Burung rajawali tua
Bermatra nasehat
Kepada anaknya:

"Dua kelam bersemayam
Dalam jiwamu
Hingga dirimu ternobatkan
Menjadi rajadiraja dungu
Bila engkau lihai
Menjungkir balik kebenaran
Engkau kelam
Dalam kedunguan
Jika engkau pandai
Menyimpan pamrih
Berselubung keramahan
Engkau kelam dalam kedunguan
Maka, bebaskan jiwamu terbang
Tinggi menggapai langit
Cuci segala lumut
Merdeka dari kedunguan"

Dari bawah pohon
Aku terkesima takzim
Mendengar petuah Ilahiah
Burung rajawali tua itu
Lalu kugeledah jiwaku
Mungkinkah teronggok
Gumpalan-gumpalan hasrat
Menjungkir balik kebenaran
Pamrih berjubah keramahan
Aku kini ada tiada. Gontai
Mencari hamparan sajadah
Agar tetes airmata fana
Tidak tumpah sia-sia

(Maret 2014)

ANWARI WMK

Rabu, 26 Februari 2014

Puisi "KEKASIH" | Karya Anwari WMK

KEKASIH

Sekuntum rindu rekah
di reranting malam,
dekat sangat dekat
dan gemuruh hujan
tak mampu memetiknya

Aku pun bisu terengkuh sunyi,
berkawan kertas-kertas kumal
bersama pena letih lelah
terseret kelana panjang
di bentangan jauh
lorong-lorong makna

Menjelang Subuh,
setangkai rindu membubung tinggi
pucuk-pucuknya mencium langit
Aku rindu kepada-Mu
rindu tak terbagi
tak teriris
tak terbelah

Oh Engkau Kekasih
jangan biarkan aku pulang
kembali kepada diriku
Biarkan aku berjalan
pulang kembali ke dekap-Mu

Oh Kekasih . . . .
Maha Kekasih

(2014)

ANWARI WMK

Senin, 10 Februari 2014

Puisi "CATATAN TENTANG AIRMATA" | Karya Anwari WMK

CATATAN TENTANG AIRMATA

hari ini kutemukan catatan tentang airmata rindu terselip di antara barisan buku-buku di perpustakaan yang tembok-temboknya bercat semburat biru beludru

pada catatan itu tergores aksara purba berkisah tentang takdir suatu bangsa pada suatu masa, dalam cengkraman musim yang tak pasti

bumi pada bangsa itu adalah hamparan hijau untuk tumbuhnya puspa ragam pohon, dalam lambungnya tersimpan mineral, karbon, batu-batu permata

tapi, bangsa itu kerdil oleh bonsainya cita-cita kaum pemimpin yang hanya lihai menggelembungkan kekayaan harta benda untuk diri sendiri, untuk pengagungan diri sendiri

terus menatap catatan tentang airmata rindu, pelan perlahan batinku menggelegak, hingga lalu menggelegar erupsi jiwa, dan aku tak sanggup lagi memasung teriak, tak kuasa menahan ledakan kata-kata: "revolusi belum selesai. revolusi belum selesai. revolusi belum selesai . . . . ."

kini, perpustakaan berbiru beludru terguncang-guncang, terhuyung-huyung, segala isinya berserakan, serupa hantaman lindu.

dan anehnya, setiap orang dalam perpustakaan itu pun meneriakkan ucap kata yang sama: "revolusi belum selesai. revolusi belum selesai. revolusi belum selesai . . . . ."

sejenak kemudian, mereka menggapai jalanan besar ditingkahi ramai lalu lintas, dan mereka pun masih terus berteriak: "revolusi belum selesai. revolusi belum selesai. revolusi belum selesai . . . . ."

(Februari 2014)

ANWARI WMK

Minggu, 26 Januari 2014

Puisi "LINTANG KEMUKUS" | Karya Anwari WMK

LINTANG KEMUKUS

Kala menatap Lintang Kemukus
di langit malam
pengelana itu selalu
berkaca-kaca matanya

Ia senantiasa terkenang
bulu-bulu lembut
berbaris-baris indah
di kening seorang gadis

Sudah entah berapa bait
sajak-sajak cinta ia tulis
karna tak kuasa melupa
bulu-bulu lembut di kening itu

Pesona bulu lembut di kening
pada Lintang Kemukus
adalah lipatan-lipatan memori
membakar abadi nyala api rindu
sejak bertahun-tahun lalu

(Januari 2014)

ANWARI WMK

Puisi "FILSAFAT" | Karya Anwari WMK

FILSAFAT

Sambil memegang Al Qur'an
lelaki tua itu mengajari
seorang bocah
hal lhwal filsafat
apa itu filsafat
dan bagaimana filsafat

Malam-malam senantiasa luruh
bersama hawa dingin pegunungan
tapi filsafat terus berkobar
serupa panas nyala api

Lelaki tua itu telah lama wafat
dan bocah itu kini
menua bersama filsafat
ia menangis bersama filsafat
ia sakit bersama filsafat
ia merintih perih bersama filsafat
ia berpuisi bersama filsafat
filsafat bermahkota cahaya
Cahaya Al Qur'an

(Januari 2014)

Anwari WMK

Rabu, 22 Januari 2014

Puisi "BULAN MENATAP BANJIR" | Karya Anwari WMK

BULAN MENATAP BANJIR

kutengadahkan wajah ke langit timur
bulan berselubung awan
bercahaya kelabu kelam
saksi untuk ribuan jiwa
terombang senandung takdir
genangan-genangan banjir

oh rembulan. lihatlah kami
tiada jedah beriang gembira
menista bumi, saudaramu
kami kibarkan panji kemenangan
bersulang segala nyanyian
atas nama pembangunan

lalu bumi meradang
menumpahkan segala peluh dirinya
keringatnya mengalir terjang
tubir-tubir sungai terkoyak
jalanan-jalanan berbilur luka
jembatan-jembatan patah punggungnya

manusia masih tertawa. masih
walau bersama jiwa terkulai
tertusuk lipatan-lipatan sesal

oh rembulan
jika engkau kini berpuisi ihwal
ambisi loba berjubah modernisasi
lantas tergelar opera banjir
aku hanya mampu menyimaknya
dengan batin tertunduk malu

(Januari 2014)

ANWARI WMK

Rabu, 01 Januari 2014

Puisi "ENGKAULAH PUTRI" | Karya Anwari WMK


Puisi "TERMINAL KENAIFAN CINTA" | Karya Anwari WMK

TERMINAL KENAIFAN CINTA

Kini berkawan pelangi
Aku berjalan tertatih
Menjauh meninggalkan terminal
Terminal kenaifan cinta

Pada pucuk gunung
Seberkas cahaya bertahta
Di atas batu hitam
Cahaya itu bersuara:

“Jangan pernah menyamakan
Cinta Allah
Dengan cinta mahluk-mahluk
Jangan pernah. Jangan”

“Bila cinta Allah datang
Di keharibaan jiwa manusia
Maka tersingkap segala tirai
Terungkap tabir, rahasia kehidupan”

Damai bersama suara-suara cahaya
Kini aku semakin menjauh
Dari terminal kehidupan
Terminal kenaifan cinta

(Desember 2013)


ANWARI WMK