Minggu, 29 Mei 2011

Enam Puisi Makkah-Madinah | Karya Anwari WMK

Pengantar: Saat melaksanakan ibadah umrah di Makkah dan Madina, berhasil ditulis enam puisi. Enam puisi tersebut pernah dipublikasikan secara tersendiri di facebook. Kali ini enam puisi itu dipublikasikan secara bersama-sama.

Semoga bermakna bagi publik pencinta puisi.

Salam,
Anwari WMK

(1)

Puisi Karya
Anwari WMK

MULTAZAM

Di Multasam itu
Kubawakan resahku padaMu

Bertahun lamanya
Kubawakan pohon-pohon filsafat
KepadaMu
Engkau tersenyum

Bertahun lamanya
Kubawakan bercawan-cawan ilmu
KepadaMu
Engkau pun tersenyum

Bertahun lamanya
Kubawakan bertangkai-tangkai puisi
KepadaMu
Engkau juga tersenyum

Sekarang di Multazam
Kubawakan resahku padaMu
Negeri tempat aku dilahirkan
Tercabik kuasa angkara murka

Sudah terlalu lama
Kuasa angkara murka itu
Bercokol melumat
Bentangan langit kekuasaan
Hingga tak ada lagi matahari cinta

Kini, di Multazam
Segalanya kuadukan padaMu

Makkah, 7 Mei 2011

Catatan:
Multazam: wilayah antara Hjar Aswad dan pintu Ka'bah.

(2)

Puisi Karya
Anwari WMK

BURUNG-BURUNG DI ATAS KABAH

Di sini waktu berhenti mengalir, burung-burung berterbangan di atas Ka'bah mengiringi ribuan manusia bertawaf sepanjang saat. Burung-burung itu senandungkan keindahan lagu tentang manusia yang musti sampai di tapal batas pencarian: menemukan jalan pulang kembali kepada dirinya yang hakiki.

Segenap tapal batas waktu lalu meleleh. Siang meleleh. Malam meleleh. Di Ka'bah itu manusia mengalir, berputar, sepanjang waktu bersama burung-burung yang terus bersiul, tiada henti. Waktu sungguh telah meleleh.

Tapi tiba-tiba seekor jangkrik merayap di pinggiran jauh pelataran Ka'bah sejurus arah Multazam, berjingkrak di antara hamparan sujud yang sempit. Dua orang jamaah mengusir jangkrik itu agar tak mengganggu sujud yang hendak dihamparkan segera.

Jangkrik itu lalu berlalu dari pandangan manusia. Tapi ia segera ceritakan kepada burung-burung yang tiada lelah terbang di atas Ka'bah. Berkatalah jangkrik itu: "Tak setiap manusia yang lebur dalam tawaf menemukan jalan dalam dirinya, jalan pulang mencapai kesejatiannya yang hakiki."

Dan burung-burung takzim mendengar cerita jangkrik itu.

Mekkah, 8 Mei 2011

(3)

Puisi Karya
Anwari WMK

PUALAM

Mahluk debu tanah
Terseret siklus
Dari profan ke profan
Menampik setiap rindu
Bergemuruh dari sakral ke sakral

Manusia adalah
Mahluk debu tanah itu
Tatkala sakralitas didamba
Profanitas justru terengkuh

Semestinya hadir tanpa akhir
Ruang waktu sakralitas
Agar jiwa manusia sepenuhnya
Seindah pualam

Makkah, 8 Mei 2011

(4)

Puisi Karya
Anwari WMK

KOTA SUCI

Seorang lelaki bercerita tentang
Kekagumannya terhadap
Keindahan masjid di sebuah kota suci

Di pelataran depan masjid itu
Payung-payung raksasa
Mekar saat siang tiba
Kuncup saat malam tiba
Masjid itu sungguh memesona.

Seorang penyair
Saksama mencerna cerita itu
Namun tiba-tiba, sukma mereka
Sama-sama tergetar pilu

Kepada sang penyair,
Lelaki itu berkata:
"Dari dulu aku mengagumi keindahan
Masjid kota suci ini.
Tapi, begitu kuresapi keindahannya
Hatiku kian teriris perih
Sebab, di kota suci ini semestinya
Kugenggam jemari kekasihku
Lalu mata kami saling menatap penuh cinta
Sambil berceloteh tentang
Tahun-tahun mendatang kembali
Dan kembali lagi ke kota suci ini"

Mendengar kisah itu
Sang penyair menundukkan kepala
Matanya menatap tajam pelataran pualam
Di mana ribuan pasang kaki berlalu lalang

Di kota suci itu, pena sang penyair lalu
Terguncang menggeletar
Siap kembali menorehkan puisi tentang
Kasih tak sampai dua orang manusia

Ooh ......

Madinah, 10 Mei 2011

(5)

Puisi Karya
Anwari WMK

POHON AIRMATA

Di dua kota suci
Pohon-pohon filsafat
Masih tumbuh bermekaran
Menghijau di kebon-kebon kesadaran

Semula, nubuah tertoreh
Di atas hamparan pasir pantai
Bahwa mungkin
Pohon-pohon filsafat
Di kebon kesadaran
Pada dua kota suci itu
Bakal bertumbangan
Tiada mampu menatap silau
Pijar kegaiban menggeletar

Di dua kota suci itu, ternyata
Pohon-pohon filsafat
Masih tumbuh bermekaran
Tapi, daun-daunnya berubah
Menjadi airmata
Menangisi masa lalu sia-sia
Buah-buahnya berubah
Menjadi airmata
Untuk tiap resah tak terjawab

Kesadaran filsafat
Di dua kota suci itu.
Telah meruntuhkan
Airmata fana

Maka, filsafat masih akan
Mengalirkan kebeningan jiwa
Mengapai jalan-jalan makrifat
Meraih jalan-jalan hakikat

Madinah, 10 Mei 2011

(6)

Puisi Karya
Anwari WMK

GUNUNG UHUD

Dalam sekerat waktu
Nabi datang ke puncak
Gunung Uhud
Sontak,
Sekujur gunung bergetar

"Gempa bumi,"
Ucap dua orang sahabat

Kata Nabi:
"Ini bukan gempa bumi
Gunung Uhud bergembira
Menyambut kehadiranku"

Gunung Uhud terus bergetar
Terus dan terus bergetar
Hingga Nabi pun berkata:
"Gunung Uhud,
Berhentilah bergetar
Sebab aku telah paham
Engkau sangat bergembira"

Gunung Uhud lantas
Berhenti bergetar
Takzim pada ucap kata
Sang Nabi

Madinah, 12 Mei 2011

Puisi Karya “SRIKANDI HITAM” | Karya Anwari WMK

Pengantar: Puisi ini pernah dipublikasikan dalam note facebook. Publikasi ulang puisi ini terkait dengan keberadaan tokoh dalam puisi yang kembali disorot publik berkenaan dengan terjadinya skandal politik.

Puisi Karya
Anwari WMK

SRIKANDI HITAM

kami menatapmu masygul
punah selera ‘tuk percaya
dongengmu tentang
hujan yang masih, di sore hari
kami juga sangsi ceritamu tentang
sungai-sungai yang di punggungnya
mengalir anggur-anggur
kami pun ragu akan kisahmu
tentang bunga semerbak, di sebuah taman
kami justru terluka jiwa, dan harus
memanggilmu: Srikandi hitam.

kau tahu.
negeri ini sudah lampau
oleh semburat emansipasi
orang tlah lama bertukar kata
hal ihwal evolusi jiwa kaum hawa
dan Kartini sudah takzim
di pucuk ketinggian gunung
maka, kibar panji demokrasi
hadir bersama rindu kaum hawa
: apa yang kurang, seperti ucap seorang bijak

kami menatapmu masygul kini
sebab, maskulin juga, kau rupanya
dalam rampang terjang kuasa
kau perlakukan dirimu kepompong
dari pengatur ke pemain
bersama maskulinitas
kau terjang rampang kuasa

di pucuk gunung itu, panji demokrasi masih
kibar bersama semayam: sukma Kartini
tapi kini, panji tertoreh
gambar kelam
kelebat Srikandi hitam!

Jakata, 23 Juni 2010

Catatan:
Puisi ini merupakan refleksi terhadap rekrutmen Andi Nurpati dalam struktur kepengurusan Partai Demokrat. Padahal, Ibu Andi Nurpati masih aktif sebagai anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU).


Untuk skandal politik lain melibatkan Ibu Andi Nurpati silahkan simak:
>>>http://www.mediaindonesia.com/read/2011/05/05/229904/284/1/Polri_Diminta_Serius_Usut_Andi_Nurpati
>>>http://www.mediaindonesia.com/read/2011/05/05/229748/284/1/_Polri_belum_Berencana_Panggil_Andi_Nurpati
>>>http://www.mediaindonesia.com/read/2011/05/05/229676/284/1/Andi_Nurpati_Siap_Diperiksa_

Puisi “KONKRET” | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

KONKRET

Meski senja segera datang menjelang
Lelaki tua itu masih jua menggeledah
Buku demi buku, di perpustakaan
Ia terseret ke dalam pusaran
Tanda tanya ihwal manusia
Pada sisi mana sang manusia
Konkret adanya

Saaat keluar menjauhi perpustakaan
Menelusuri jalanan trotoar
Terhiasi bunga-bunga dalam pot besar,
Lelaki tua itu lantas menangkap
Secercah cahaya kesimpulan.

Ternyata, manusia berada dalam
Dua pendulum konkret

Sebagian manusia, konkret dalam
Dokumen, surat-surat, data, arsip, formulir
Sebagian lain manusia, konkret oleh
Apa adanya, karyanya, sejatinya, hakikinya

Lini dan relung kekuasaan
Hanya peduli manusia dalam
Dokumen, surat-surat, data, arsip, formulir
Para pemimpin negeri mempersetankan
Hakikat rakyat, kesejatian rakyat

Lelaki tua itu akhirnya paham
Mengapa jejaring kuasa politik
Penuh sesak sumpah serapah rakyat
Sebab rakyat tertelikung semata menjadi
Dokumen, surat-surat, data, arsip, formulir

Mei 2011

Catatan:
Puisi ini diilhami oleh pandangan filosofis Gariel Marcel.

Puisi "CAHAYA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

CAHAYA

Pada ketinggian gunung
Kawanan burung elang
Berteriak memekik
Terdengar bergema
Di lembah-lembah
Di ngarai-ngarai
Di pucuk-pucuk pohon

Kawanan burung elang itu
Terus berkata-kata tentang
Keabadian cahaya

Seekor elang berucap:
"Cahaya takkan pernah pudar
Tak ada cahaya memudar
Matahari bercahaya
Terus bercahaya
Tanpa titik akhir"

Seekor elang lain berkata:
"Hanya tipu muslihat
Membawa kehidupan pada
Redup cahaya.
Bumi berputar bersama muslihat
Lalu menghindar matahari
Dan senja pun tiba
Mengetuk pintu waktu
Memasuki pelataran malam
Tapi cahaya tak pernah pudar
Tak pernah"

Hingga beratus tahun kemudian
Kawanan burung elang
Masih memekikkan peringatan
Gelap dan gulita tak pernah ada
Gelap dan gulita hanyalah muslihat
Bukan hakiki

2011

Jumat, 27 Mei 2011

Puisi “PENYAIR TUA” | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

PENYAIR TUA

kepada lelaki tua
gadis itu berkata:
“di pusara inilah
ibuku terbaring abadi
dalam damai biografi kematian
saat maut datang,
ibu tersenyum indah
seindah puisi-puisimu
bapak tua”

lelaki tua itu
lantas tergetar batinnya
matanya mulai berkaca-kaca
mengenang sosok perempuan
kini terbaring abadi
di pusara itu
ia pun berucap:
“antara aku dan ibumu
tak pernah saling memiliki
tak pernah saling dimiliki
tapi puisi-puisi cinta
yang tertoreh di sepanjang
hidupku
kutulis untuk ibumu”

pada pohon-pohon
di seputar pusara
burung-burung lalu
berhenti berkicau
takzim menyimak,
jeritan hati penyair tua

burung-burung kini saksi
untuk bilur-bilur luka
pada sekujur riwayat cinta
penyair tua

Jakarta, Mei 2011

Puisi "WAKTU BERHENTI" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

WAKTU BERHENTI

Dedaunan terbakar air hujan
Angin terluka berdarah
Tertusuk daun-daun rindu
Waktu pun berhenti berputar

Maka,
Ciuman mesra sepasang kekasih
Abadi keindahannya
Abadi.

2011

Puisi “PENDEKAR” | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

PENDEKAR

Sesampainya di pinggir laut
Pendekar muda belia itu berkata
Kepada gadis yang mengantarnya:
“Aku akan berlayar bersama kapal itu
Ke negeri jauh yang asing
Nanti engkau katakan kepada
Keluarga dan kerabatmu
Aku sudah mati.
Rengkuh kebahagianmu
Tanpa harus bersamaku”

Sambil menunduk,
Gadis itu kemudian meraih
Jari jemari sang pendekar
Untuk pertama kalinnya
Dan untuk terakhir kalinya
Saat jari-jemari saling meremas
Gadis itu pun berkata lirih:
“Wahai pendekar
Pergilah bersama takdirmu
Pergilah jika engkau percaya
Akan takdirmu itu
Pergilah”

Setelah kapal berlayar
Menuju laut lepas
Menghilang dari pandangan
Gadis itu menelusuri jalan pulang
Bersama tumpahan air mata.
Bersama jiwa terguncang perih

Bertahun-tahunkemudian
Gadis itu tiada henti menulis
Sajak-sajak cinta bersulam rindu
Pada kata per kata ia torehkan
Gunung-gunung bergetar
Merasakan sukma keabadian cinta

Sementara di negeri nan asing
Saat malam tiba
Sang pendekar meratapi
Kesia-siaan masa lalu dirinya
Meninggalkan kekasih
Sendirian berlinang airmata

Saat sang pendekar dijemput maut
Dalam usia sangat tua
Pada musim semi yang semilir
Hatinya masih tertambat
Cinta yang telah melampau

2011

Puisi “BUNGA DARI LANGIT” | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

BUNGA DARI LANGIT

Dari ketinggian langit teramat jauh sekuntum bunga jatuh melayang
Melewati bintang-bintang, melintasi planet-planet
Bergegas meluncur menuju bumi

Saat hendak menjejak bumi
Bunga itu pecah menjadi dua jiwa
Satu jiwa termaktub dalam diri seorang bayi perempuan
Terlahirkan di rumah mewah
Satu jiwa lagi bersemayam dalam diri seorang bayi laki-laki
Terlahirkan di rumah sederhana

Tujuh belas tahun kemudian
Dua jiwa dari sekuntum bunga itu saling mencari satu sama lain
Hingga di sebuah gerbang sekolah
Dua jiwa itu dipertautkan takdir
Kembali menjadi sekuntum bunga
Merekah bersama dawai-dawai asmara

Ooh bunga dari langit
Ooh bunga dari langit
Ooh …

Jakarta, Mei 2011

Kamis, 26 Mei 2011

Puisi “AKSARA” | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

AKSARA

Tiba-tiba,
Aksaraa-aksara itu
Luruh eksistensinya
Berubah menjadi
Tak bermakna,
Walau masih dirapalkan
Ternyata sudah, tanpa makna

Kini,
Aksara-aksara itu nisan
Untuk universitas yang
Telah berubah menjadi
Kuburan-kuburan

Anak-anak muda
Datang ke universitas
Dengan getar jiwa untuk
Kedatangan di pekuburan

Selamat datang di universitas
Selamat datang di pekuburan

Mei 2011

Rabu, 25 Mei 2011

Puisi "BARISAN POHON" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

BARISAN POHON

Dulu aku mengira
Barisan pohon itu
Hanya memanjang
Membelah jalan raya
Pemanis wajah kota
Kota yang resah
Tiada tara

Sekarang aku paham
Barisan pohon itu
Ternyata
Berbunga prosa
Berdaun sajak
Berbuah puisi

Saat ranting dahan
Bergoyang
Terhembus angin
Barisan pohon itu
Senandungkan lagu
Keabadian cinta
Keagungan kasih
Keindahan rindu

Hormatku
Untuk kalian
Pohon-pohon yang
Berbaris-baris
Dalam hayat kota
Penuh bilur luka

Jakarta, Mei 2011

Selasa, 24 Mei 2011

Puisi "INDONESIA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

INDONESIA

Memandang jauh ke depan
Pucuk-pucuk pinus menjulang
Berlambaian
Berucap salam kepada kehidupan

Tapi
Satu pohon pinus
Berkata dengan nada lirih:
"Selamatkan Indonesia
Dari pesta pora
Rezim pengerukan
Selamatkan Indonesia!"

Memandang jauh ke depan
Adalah melihat Indonesia
Kosong dari harapan
Dan rembulan yang purnama
Sepenuhnya pudar
Tanpa mahkota keindahan

Mei 2011

Puisi "BEBATUAN" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

BEBATUAN

Pada lereng bukit itu
Bebatuan mengusap rambutnya
Hujan baru saja
Berlalu bersama reda

Bumi yang panas
Sontak mendingin
Bebatuan kembali
Mengusap rambutnya

Sepasang merpati saksi untuk
Peristiwa menakjubkan itu
Maka, berkata merpati jantan:
"Batu itu paham, makna syukur
Hakikat syukur
Ada kemuliaan ahlak
Pada hayat bebatuan"

Merpati betina menyahut:
"Karna tak pernah menista alam
Tak ada banjir bersua bebatuan
Di semesta bukit ini
Bebatuan berdamai dengan alam
Sungguh, bebatuan itu
Tak berhati batu"

Tapi, pada ketinggian terbang
Burung hering pemakan bangkai
Tak mampu mencerna makna
Ucap kata sepasang merpati.

2011

Puisi "TUBUH DAN PIKIRAN" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

TUBUH DAN PIKIRAN

Dalam lorong panjang gelap
Berpuak gerombolan manusia
Menatap secercah cahaya.
Mereka lalu berderap gegas
Menuju itu cahaya

Angin eforia berhembus kencang
Sebentar lagi lorong gelap ditinggalkan
Tapi mereka abai. Hanya tubuh
Diobsesikan menggapai itu cahaya
Pikiran-pikiran ditidur lelapkan
Hingga majal, punah keagungannya

Saat lorong gelap berakhir
Terhentak pertarungan ultra bebas
Merasa digdaya menggapai cahaya
Setiap orang lalu menggelorakan
Bergunung-gunung egosentrisme
Negara lalu menista rakyat
Demi melayani kaum pejabat

Dalam pelukan dingin
Penghujung malam
Seorang sopir angkot berkata-kata
Ihwal reformasi tiada guna
Reformasi yang sia-sia

Jakarta, Mei 2011

Puisi "KAMPUS" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

KAMPUS

Memasuki gerbang kampus
Kaum muda itu berjalan terbirit
Berburu indeks prestasi
Demi menaklukkan
Dunia luas buas

Setelah melompat-lompat dari
Penanggalan ke penanggalan
Setelah jam-jam tangan
Berkali ganti rupa
Kaum muda itu
Kian mengutuhkan diri
Sebagai robot-robot

Dalam kampus kian membeku
Sukma kebudayaan tercerabut
Dari ruang batin kaum muda
Pohon-pohon ilmu pun layu
Bersama hikmah yang menguap
Imaji tentang pengorbanan agung
Lantas menemukan suluhnya
Dalam ledakan bom terorisme

Kampus kini ranah
Kejumudan terpelihara

Jakarta, Mei 2011

Puisi "MENGGIGIL" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

MENGGIGIL

Malam belum begitu tua
Pepohonan menggigil
Kedinginan
Langit tak berbintang
Mengiringi kehendak hujan
Bakal segera datang

Kepada burung hantu
Pepohonan pun berkata:
"Berilah kami selimut
Agar tak teriris dingin yang
Mengoyak
Selamatkan jiwa kami dari
Belenggu nista dingin malam"

Dengan ucap kata sengak
Kawanan burung hantu menjawab:
"Kami hanya peduli buruan
Tak ada hati untuk urusan
Pihak lain.
Hidup kami hanya berburu
Sebanyak mungkin mangsa
Kami tak perlu minta maaf
Bila abai terhadap takdir kalian"

Pepohonan kian mengigil
Di bawah naungan
Langit tak berbintang
Dan pepohonan pun
Mulai paham
Betapa hidup memang kejam

Jakarta, 24 Mei 2011

Puisi "SUKMA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

SUKMA

Seorang lelaki muda
Dalam gemuruh kasih
Kepada seorang gadis belia
Tapi lelaki muda itu
Tiada nyali mengucap
Kata cinta

Hanya di langit-langit kamar
Seluruhnya seperti berubah
Menjadi bentangan gambar
Raut wajah gadis itu

Lelaki muda itu pun
Terus tercekik rindu
Untuk sebongkah kasih
Terimpikan dimiliki dan memiliki
Tapi, lidahnya masih jua kelu
Mengucap kata cinta

Hingga di suatu musim
Dalam riuh perhelatan
Gadis itu memanggil
Sang pemuda
Dengan namanya

Sontak sukma sang pemuda
Melambung tinggi ke langit biru
Ia merasakan
Namanya seakan
Disebut ucap seorang bidadari

Cinta memang
Tiada musti dikumandangkan
Tapi sungguh, menggetarkan
Bahkan hingga berpuluh tahun
Kemudian

Ya, hingga berpuluh tahun
Kemudian

Jakarta, 24 Mei 2011

Senin, 23 Mei 2011

Puisi "BUTIRAN AIR HUJAN" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

BUTIRAN AIR HUJAN

Di antara butiran air hujan
Menggeletak di atap mobil
Ada yang berkisah tentang
Nasib sebuah negeri
Doyong di tubir jurang
Menuju kehancuran

Penduduk negeri itu
Mencerap hikmah purba
Memakan buah dari
Tanaman yang tumbuh subur
Meminum air dari
Sumber-sumber yang
Tiada henti menyembur

Butiran air hujan itu bersaksi:
"Kini bukan hanya air dan tumbuhan
Diperjual-belikan kawanan iblis
Tapi juga tanah diskenario serahkan
Kepada gerombolan setan
Kaum papa di negeri itu
Akan mati bertumpuk-tumpuk
Hingga tiada tara membentuk
Piramida pengorbanan"

Butiran air hujan juga berucap:
"Esok atau lusa, hujan datang lagi
Dan di antara butiran air hujan
Akan berkisah cerita yang sama
Tentang air, tanah, tumbuhan
Dalam genggam kuasa
Iblis atau setan"

Jakarta, Mei 2011

Minggu, 22 Mei 2011

Puisi "BUMI LANGIT" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

BUMI LANGIT

Para hamba di rumah ibadah
Harum wangi tubuhnya
Hingga di ufuk langit
Tercium aroma parfum

Langit dan bumi pun terhubung
Oleh aroma wewangian itu
Langit-bumi bersenyawa
Dalam aroma parfum

Pada emperan rumah ibadah
Seekor kucing masih terlelap
Lalu terayun mimpi
Tentang aroma parfum
Menjulur panjang
Keluar rumah ibadah.
Sehingga setiap jengkal bumi
Terhubung dengan langit

Tapi segalanya cuma mimpi
Hanya di rumah ibadah
Ditemukan aroma langit
Di luar rumah ibadah
Bumi masih najis kotor

Dan kita pun gagal
Membebaskan bumi
Dari belenggu
Najis kotor itu.

2011

Sabtu, 21 Mei 2011

Puisi “TIANG-TIANG” | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

TIANG-TIANG

Pada pucuk-pucuk tiang
Bertebaran di pantai
Kusaksikan sukmamu
Wahai perempuan
Berkibar serupa umbul-umbul

Angin laut datang menggoyang
Itu tiang
Tapi kakimu terlampau indah
Tak mungkin turut merobohkan
Itu tiang

Wahai perempuan
Teruslah berdiri di pucuk tiang
Bersama tatapan rindu
Burung-burung camar

Ancol, Mei 2011

Puisi “KUASA” | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

KUASA

bergema di mimbar-mimbar
terucapkan di podium-podium
termaktub di halaman-halaman buku
beginilah sebuah nubuah

antara jahat dan baik
manusia terus berdiri
di persimpangan jalan
bila comot yang satu
campakkan yang lain

padahal,
burung-burung gagak
masih meniup terompet peringatan:
jahat itu nisbi, baik itu nisbi

dari pekarangan ke pekarangan
selalu tertoreh sejumput takrif
tentang jahat, tentang baik
di pekarangan ini
takrif jahat, takrif baik
omong kosong di pekarangan lain

hanya kekuasaan yang
terus absolut. di mana pun
dalam kristal batin manusia
segenap motif adalah
kehendak berkuasa

jahat atau baik
hanyalah pelataran
agar batin manusia
dalam gema abadi
kehendak berkuasa
dalam bara abadi
merengkuh kekuasaan

Jakarta, Mei 2011

Catatan:
Puisi ini diinspirasi oleh pandangan-pandangan filosofis Friedrich Nietzsche.

Puisi “CINTA SEJATI” | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

CINTA SEJATI

terus bertahan untuk
tak diucapkan
di antara serba rupa
gelombang badai kehidupan

hingga pada akhirnya
menyerah untuk
diucapkan
disingkapkan

Jakarta, Mei 2011

Puisi “BURUNG PIPIT” | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

BURUNG PIPIT

Pada pohon salam belakang rumah
Berhimpun burung-burung pipit
Bila pagi bersua, mereka riuh
Senandungkan sebuah lagu:
Elegi Kedaulatan

Dengan kicau bersahutan
Burung-burung pipit bernyanyi:
“Beratus tahun rakyat negeri ini
Terkulai di pusaran mimpi
Berharap kedaulatan
Bersemayam. Dalam kemerdekaan jiwa
Tapi para penentu arah perjalanan negeri
Belum jua belajar mengeja
Alfabeta kedaulatan rakyat”

Burung-burung pipit terus bernyanyi
Tanpa titik henti,
Setiap pagi,
Hingga kini.

Mei 2011

Puisi “PURNAMA MENDATANG” | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

PURNAMA MENDATANG

Sungai airmata membentang
Di sanubari rakyat
Tak pernah sungai itu
Kering atau kerontang
Saat purnama datang
Sungai itu malah luber
Hingga berdebit-debit airnya
Menerabas masuk
Pekarangan rumah
Serta kebon-kebon

Sungai airmata membentang
Di sanubari rakyat

Pada purnama mendatang
Sungai airmata itu
Akan berkirim banjir bandang
Menuju rumah-rumah mewah
Penguasa-penguasa negeri

Mei 2011

Puisi “TIGA GUNUNG” | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

TIGA GUNUNG

Sebuah negeri
Agar tak terguncang badai
Membutuhkan tiga gunung
# Gunung kesejahteraan
# Gunung kecerdasan
# Gunung kemandirian

Gunung-gunung itu musti
Menjulang di sanubari rakyat

Tapi para pengendali kuasa
Terlanjur bermetamorfosis
Menjadi gerombolan tikus

Mana mungkin mampu
Tikus-tikus itu
Melahirkan gunung
Mana mungkin
Mana mungkin

Mei 2011

Puisi “RESAH” | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

RESAH

Kawanan burung resah
Berterbangan ke pusat kota
Di pelataran istana
Para punggawa berbaris-baris
Untuk sebuah hormat
Bagi tuan penguasa

Kawanan burung resah
Berterbangan ke pusat kota
Di halaman rumah ibadah
Para pengemis berbaris-baris
Pertontonkan takdir
Peminta-minta
Atas nama Tuhan
Berharap sedekah

Kawanan burung resah
Berterbangan ke pusat kota
Orang-orang berkerumun
Menatap berita koran
Ihwal bocah bunuh diri
Dengan seutas tali jemuran
Tersebab malu
Gagal bayar uang sekolah

Kawanan burung resah
Berterbangan ke pusat kota
Seekor burung pun berkata:
“Ayo, mencari kamus
Saatnya mencerna
Makna kata:
Revousi”

Mei 2011

Puisi “JASAD-JASAD” | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

JASAD-JASAD

Pada bentangan langit biru
Roh masih berarak
Merentang kanopi rindu
Agar hayat tak meretak

Tapi manusia hanya peduli
Jasad yang teraba
Jasad yang terlihat
Jasad yang terpahat
Jasad yang memikat

Roh terus membentang
Di langit biru
Terpelanting jauh
Dari hayat manusia

Di ujung malam
Manusia menemukan dirinya
Bersujud pada
Jasad-jasad

Mei 2011

Jumat, 20 Mei 2011

Puisi "PERTAPA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

PERTAPA

Bersama sepi
Dia masih pertapa
Rerumputan pun bertanya:
"Wahai pertapa,
Apa engkau lari
Dari kehidupan?"

Sang pertapa menjawab:
"Pucat pasi kehidupan
Hanya bisa dimengerti
Dalam sunyi, bersama sepi"

Jakarta, Mei 2011

Kamis, 19 Mei 2011

Puisi "HARI" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

HARI

Ada hari yang bersahabat
Ada hari yang laknat
Itu karena, kita manusia
Masih terbelenggu kehidupan
Hingga kemudian kita gagap
Berkata tidak untuk yang tidak

Ada hari yang bersahabat
Ada hari yang laknat
Untuk kita manusia
Yang masih manusia

Mei 2011

Puisi "KUBANGAN" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

KUBANGAN

Rela engkau bawa
Dirimu tercebur
Kubangan hitam.

Engkau sebut hukum
Sebagai kemuliaan
Engkau puja hukum
Sebagai kesucian
Lalu engkau memahat
Pikiran-pikiran

Padahal otak
Tempat hukum dicetak
Telah lama rusak retak
Membusuk dalam kelam
Kubangan hitam
Ego yang dipertuhankan

Engkau berkata tentang
Mahkota kemanusiaan
Pada puncak menara tinggi
Bangunan hukum
Sementara ego
Para pembuat hukum
Menularkan kedunguan
Agar manusia terus
Memangsa sesamanya

Mengapa engkau tak kembali
Menjunjung kemanusiaan sejati
Saat memahat, pikiran-pikiran.

Jakarta, Mei 2011

Rabu, 18 Mei 2011

Puisi "TARIAN PENGHABISAN" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

TARIAN PENGHABISAN

Lelaki dan perempuan itu
Sudah paruh baya
Dulu sepasang kekasih
Kini reuni pertemukan mereka
Kembali mencecap memori
Keindahan cinta zaman SMA

Saat reuni usai,
Sang perempuan berkata:
"Aku antarkan engkau
Hingga ke bandar udara
Hingga engkau terbang jauh
Kembali ke negeri harapan"

Sesampainya di bandar udara
Sang lelaki berkata:
"Menarilah balet
Seperti dulu engkau
Biasa menari
Menarilah untukku."

Pesawat terbang kemudian
Lepas landas
Perempuan itu terus menari
Untuk kekasihnya di massa remaja
Ia menari bersama
Senyum yang merekah

Satu jam kemudian
Tersiar kabar
Pesawat terbang itu
Meledak di angkasa
Dua jam kemudian
Tersiar kabar
Seluruh penumpang tewas
Dalam berjuta serpihan

Betapa cinta
Masih berpilin perih
Perempuan itu pun
Kembali berpusar berjinjit
Berjingkrat dalam tarian balet
Tarian yang penghabisan
Bersama turahan airmata

Mei 2011

Puisi "ISTANA JIWA" | Karya Anwari WMK

Puisi
Anwari WMK

ISTANA JIWA

Dikira jiwa
Telah berumah di
Istana cinta
Bersama keindahan
Seribu bunga

Ternyata jiwa
Tertusuk duri
Basa-basi
Perkawinan

Mei 2011

Selasa, 17 Mei 2011

Puisi "BILA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

BILA

Bila rakyat telah
temukan jalan pencerahan,
jangan pernah lagi menoleh
kepada pemerintahan yang
masih tersuruk dalam kedunguan.

Bila rakyat mampu
berjalan mendahului kurva,
jangan pernah lagi pikirkan
pemerintahan yang kian jumud
terhempas zaman.

Bila rakyat digdaya
membangun kemandirian,
ucapkan selamat tinggal
kepada pemerintahan
dalam belenggu perbudakan.

Bila rakyat telah fasih
mengucap kehidupan,
biarkan saja pemerintahan
tergagap-gagap
merapal alfabeta.

Ayo rakyat,
kalian penentu
warna-warni takdir
masa depan.

Mei 2011

Puisi "GUNUNG UHUD" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

GUNUNG UHUD

Dalam sekerat waktu
Nabi datang ke puncak
Gunung Uhud
Sontak,
Sekujur gunung bergetar

"Gempa bumi,"
Ucap dua orang sahabat

Kata Nabi:
"Ini bukan gempa bumi
Gunung Uhud bergembira
Menyambut kehadiranku"

Gunung Uhud terus bergetar
Terus dan terus bergetar
Hingga Nabi pun berkata:
"Gunung Uhud,
Berhentilah bergetar
Sebab aku telah paham
Engkau sangat bergembira"

Gunung Uhud lantas
Berhenti bergetar
Takzim pada ucap kata
Sang Nabi

Madinah, 12 Mei 2011

Puisi "POHON AIRMATA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

POHON AIRMATA

Di dua kota suci
Pohon-pohon filsafat
Masih tumbuh bermekaran
Menghijau di kebon-kebon kesadaran

Semula, nubuah tertoreh
Di atas hamparan pasir pantai
Bahwa mungkin
Pohon-pohon filsafat
Di kebon kesadaran
Pada dua kota suci itu
Bakal bertumbangan
Tiada mampu menatap silau
Pijar kegaiban menggeletar

Di dua kota suci itu, ternyata
Pohon-pohon filsafat
Masih tumbuh bermekaran
Tapi, daun-daunnya berubah
Menjadi airmata
Menangisi masa lalu sia-sia
Buah-buahnya berubah
Menjadi airmata
Untuk tiap resah tak terjawab

Kesadaran filsafat
Di dua kota suci itu.
Telah meruntuhkan
Airmata fana

Maka, filsafat masih akan
Mengalirkan kebeningan jiwa
Mengapai jalan-jalan makrifat
Meraih jalan-jalan hakikat

Madinah, 10 Mei 2011

Minggu, 15 Mei 2011

Puisi "KOTA SUCI" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

KOTA SUCI

Seorang lelaki bercerita tentang Kegagumannya terhadap
Keindahan masjid di sebuah kota suci

Di pelataran depan masjid itu
Payung-payung raksasa
Mekar saat siang tiba
Kuncup saat malam tiba
Masjid itu sungguh memesona.

Seorang penyair
Saksama mencerna cerita itu
Namun tiba-tiba, sukma mereka
Sama-sama tergetar pilu

Kepada sang penyair,
Lelaki itu berkata:
"Dari dulu aku mengagumi keindahan
Masjid kota suci ini.
Tapi, begitu kuresapi keindahannya
Hatiku kian teriris perih
Sebab, di kota suci ini semestinya
Kugenggam jemari kekasihku
Lalu mata kami saling menatap penuh cinta
Sambil berceloteh tentang
Tahun-tahun mendatang kembali
Dan kembali lagi ke kota suci ini"

Mendengar kisah itu
Sang penyair menundukkan kepala
Matanya menatap tajam pelataran pualam
Di mana ribuan pasang kaki berlalu lalang

Di kota suci itu, pena sang penyair lalu
Terguncang menggeletar
Siap kembali menorehkan puisi tentang
Kasih tak sampai dua orang manusia

Ooh ......

Madinah, 10 Mei 2011

Sabtu, 14 Mei 2011

Puisi "PUALAM" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

PUALAM

Mahluk debu tanah
Terseret siklus
Dari profan ke profan
Menampik setiap rindu
Bergemuruh dari sakral ke sakral

Manusia adalah
Mahluk debu tanah itu
Tatkala sakralitas didamba
Profanitas justru terengkuh

Semestinya hadir tanpa akhir
Ruang waktu sakralitas
Agar jiwa manusia sepenuhnya
Seindah pualam

Makkah, 8 Mei 2011

Puisi "INGATAN" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

INGATAN

Segumpal ingatan
Ihwal masa nan lampau
Menyeret manusia
Di masa kini
Merajut kekerabatan
Bersama manusia lain

Kekerabatan berevolusi
Menjadi bangsa.
Ingatan lalu,
Jembatan penghubung
Antara lampau dan kini

Di sepanjang musim
Bangsa lantas dipuja
Sebagai keagungan
Dan bangsa lain pun
Diperlakukan sebagai
Kawan atau lawan

Pada bangsa
Tumbuh benih cinta
Tumbuh benih permusuhan
Kata burung gagak:
"Pilih yang mana?
Cinta atau permusuhan?"

Tak setiap manusia
Mampu memberi jawab
Dengan kebeningan nurani

2011

Puisi "BURUNG-BURUNG DI ATAS KABAH" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

BURUNG-BURUNG DI ATAS KABAH

Di sini waktu berhenti mengalir, burung-burung berterbangan di atas Ka'bah mengiringi ribuan manusia bertawaf sepanjang saat. Burung-burung itu senandungkan keindahan lagu tentang manusia yang musti sampai di tapal batas pencarian: menemukan jalan pulang kembali kepada dirinya yang hakiki.

Segenap tapal batas waktu lalu meleleh. Siang meleleh. Malam meleleh. Di Ka'bah itu manusia mengalir, berputar, sepanjang waktu bersama burung-burung yang terus bersiul, tiada henti. Waktu sungguh telah meleleh.

Tapi tiba-tiba seekor jangkrik merayap di pinggiran jauh pelataran Ka'bah sejurus arah Multazam, berjingkrak di antara hamparan sujud yang sempit. Dua orang jamaah mengusir jangkrik itu agar tak mengganggu sujud yang hendak dihamparkan segera.

Jangkrik itu lalu berlalu dari pandangan manusia. Tapi ia segera ceritakan kepada burung-burung yang tiada lelah terbang di atas Ka'bah. Berkatalah jangkrik itu: "Tak setiap manusia yang lebur dalam tawaf menemukan jalan dalam dirinya, jalan pulang mencapai kesejatiannya yang hakiki."

Dan burung-burung takzim mendengar cerita jangkrik itu.

Mekkah, 8 Mei 2011

Puisi "HUJAN BERSYAIR" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

HUJAN BERSYAIR

Hujan tiba-tiba bersyair,
saat tetes demi tetes
jatuh di bumi,
di atas batu,
di atap-atap rumah,
di dedunan pohon.

Hanya saja,
kita manusia
tak pernah tahu,
apa sesungguhnya
judul syair-syair
air hujan itu.

Kata kawanan
ikan koi:
"Tak perlu judul itu,
Sebab, yang penting
Hujan saja bersyair
Bersyair."

Mei 2011

Jumat, 13 Mei 2011

Puisi "MULTAZAM" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

MULTAZAM

Di Multasam itu
Kubawakan resahku padaMu

Bertahun lamanya
Kubawakan pohon-pohon filsafat
KepadaMu
Engkau tersenyum

Bertahun lamanya
Kubawakan bercawan-cawan ilmu
KepadaMu
Engkau pun tersenyum

Bertahun lamanya
Kubawakan bertangkai-tangkai puisi
KepadaMu
Engkau juga tersenyum

Sekarang di Multazam
Kubawakan resahku padaMu
Negeri tempat aku dilahirkan
Tercabik kuasa angkara murka

Sudah terlalu lama
Kuasa angkara murka itu
Bercokol melumat
Bentangan langit kekuasaan
Hingga tak ada lagi matahari cinta

Kini, di Multazam
Segalanya kuadukan padaMu

Makkah, 7 Mei 2011

Catatan:
Multazam: wilayah antara Hjar Aswad dan pintu Ka'bah.

Kamis, 05 Mei 2011

Puisi "CELURIT MERAH" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

CELURIT MERAH

Langit robek terbelah
Oleh celurit merah

Pulau di mana
Celurit itu dilahirkan
Kini hatinya
Resah gelisah
Sebab minyak yang
Meringkuk
Di bawah tanah pulau itu
Diperebutkan oleh
Kuasa angkara murka

Langit robek terbelah
Oleh celurit merah

2011

Rabu, 04 Mei 2011

Puisi "TANGIS MAWAR MERAH" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

TANGIS MAWAR MERAH

Setelah dua senja berlalu
Setangkai mawar merah
Menangis sedih
Satu per satu
Kelopaknya berjatuhan

Sebelum dua senja datang
Mawar merah itu
Dalam genggaman tangan
Seorang lelaki

Melintasi pematang sawah
Hasrat setinggi pucuk gunung
Lelaki itu hendak persembahkan
Mawar merah kepada
Perempuan bergaun kuning

Ternyata,
Perempuan itu berwajah bening
Hatinya seindah pualam
Lelaki itu gagap
Tiada kuasa menatap pesona
Urung serahkan mawar merah

Maka,
Setangkai mawah merah
Menangis sedih
Satu per satu
Kelopaknya berjatuhan

Mei 2011

Senin, 02 Mei 2011

Puisi "PARTIKEL" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

PARTIKEL

Anak muda itu datang
Di forum seorang profesor
Demi mencerap uraian tentang
Manusia di jagad semesta raya

"Manusia hanya partikel kecil"
Begitu ucap sang profesor
"Di jagad semesta raya
Luas tiada bertepi
Manusia hanyalah setitik makna
Kecil. Kecil. Dan sangat kecil
Tak lebih dan tak kurang"

Sambil berjalan pulang
Anak muda itu merasa
Telah merengkuh pencerahan
Tapi saat membaca kitab suci
Pada malam kian menua
Anak muda itu sungguh
Terperangah sangat

Kata kitab suci:
"Jiwa setiap manusia luas
Melampaui luas alam semesta
Hanya dengan memahami jiwanya
Manusia mampu temukan
Kelapangan diri tak berhingga"

Sejak malam itu, anak muda itu
Belajar memahami jiwanya
Hari-hari berlalu bersama renungan
Ihwal diri dalam jagad semesta raya

Berbulan kemudian
Ia sampai di tapal batas makrifat
Alam semesta ini hanyalah
Partikel kecil
Dibandingkan jiwanya yang
Amat sangat luas.

Sejak saat itu
Ia anak muda berlapang dada
Tantangan hidup, ia hadapi dengan
Kerja keras dan senyuman

Oh betapa indahnya hidup
Oh ......

2011



Puisi "RIANG GEMETAR" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

RIANG GEMETAR

Seorang lelaki berjalan terhuyung-huyung
Dalam dirinya ada riang yang gemetar
Otak dan hatinya mengobarkan peperangan
Bertempur saling mematikan

Otaknya berkata lantang:
"Lupakan Tuhan sekarang dan selamanya
Tinggalkan Tuhan di belakang haluan
Tanggalkan segenap omong kosong
Tentang Tuhan"

Hati lelaki itu pun menjawab:
"Pada jarak waktu apa pun
Matahari, bintang dan rembulan
Menyingkap keberadaan manusia
Manusia takkan mampu
Sembunyi dari, sorot mata Tuhan
Telinga manusia terus mendengar
Pekabaran-pekabaran Tuhan
Seperti mendengar suara-suara
Terompah kaki"

Tiba-tiba udara beraroma wangi
Udara menari-nari menyambut Tuhan
Tapi lelaki itu masih terhuyung-huyung
Dalam dirinya, ada riang yang gemetar

2011

Minggu, 01 Mei 2011

Puisi "PEREMPUAN BERKAWAN ANGIN" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

PEREMPUAN BERKAWAN ANGIN

hingga senja bergegas temaram, angin terbang patah-patah.
angin gontai kakinya, tak mampu menaiki tanga-tangga bangunan gedung.
sementara pada leher perempuan itu, masih jua melingkar-lingkar lagu keabadian rindu.
saat lagu itu disenandungkan, angin kian terpatah-patah.
kian gontai.

wahai perempuan.
angin terpesona kagum kepadamu, kehabisan kata-kata melukiskan keagunganmu.
engkau serupa kembang di taman nirvana, aroma dan keindahanmu tak terlukiskan kata-kata.
angin pun belajar mencerna makrifat, agar sepenuhnya mampu memahami dirimu seutuhnya.

wahai perempuan.
kemarin malam angin bercerita kepada bintang gemintang, tentang dirimu yang tak pernah kering semburatkan ilham dan gagasan.
berkata kepada angin, bintang gemintang ingin berkenalan denganmu.

kini, angin berbisik ke berbagai pelosok galaksi, membawa pekabaran tentang dirimu, hingga seorang penyair di galaksi andromeda tiada henti menyulam kalimat, tiada lelah merajut kata-kata.
untukmu.
untuk keagunganmu.

2011

Puisi "HAYAM WURUK" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

HAYAM WURUK

Raja itu berdiri
Di atas gundukan tanah
Rakyat mengelu-elukannya
Hingga gemuruh bergema
Menggetarkan dedaunan pohon

Merengkuh nikmat kemakmuran
Rakyat lalu sampai pada
Titik kesimpulan
Bahwa raja itu titisan dewata

Sang raja tersenyum
Hati nuraninya lalu berkata:
"Wahai rakyat
Aku bukan titisan dewata
Kalian hidup berkemakmuran
Lantaran memang tugasku
Menghapus kesengsaraan
Majapahit lalu
Sebenderang matahari
Seindah rembulan"

Sesaat kemudian
Sang raja lambaikan tangan
Dan rakyat kian gemuruh
Menyambutnya

Kini, 700 tahun kemudian
Nyanyian embun pagi
Menggugat tanya
Kemakmuran Nusantara
Mengapa raja semacam itu
Tak pernah datang lagi
Mengapa?

2011

Catatan:
Puisi ini diinspirasi oleh "Kakawin Nagara Krtagama" karya Mpu Prapanca, terutama pada bagian "Wirama 1, Jagaddhita".