Kamis, 02 Juni 2011

Lima Puisi tentang Penyair | Karya Anwari WMK

Pengantar:
Sajak awal Januari 2011 hingga awal Juni 2011 telah berhasil ditulis lima puisi tentang penyair atau pujangga. Berikut ini, lima puisi tersebut ditampilkan secara bersama. Semoga memberi makna kepada publik pencinta puisi di mana pun mereka berada.
 
Salam Puisi
Anwari WMK
 
(1)
Puisi Karya
Anwari WMK
 
SELAMAT JALAN PENYAIR
 
Seorang penyair wafat
Dikelilingi kertas-kertas berserakan
Pada setiap kertas itu tertoreh
Berbait-bait puisi
 
Kini, kertas-kertas itu
Meneteskan airmata duka
Mengiringi kepergian sang penyair
Selamanya.
 
Kertas-kertas berserakan itu pun
Serempak berkata-kata:
 
“Selamat jalan penyair
Akan kami rawat rindu kepadamu
Masing-masing kami sebagai kertas
Harus terbang ke berbagai penjuru
Agar puisi-puisi yang engkau torehkan
Digdaya mengembalikan manusia
Kepada manusiaannya yang hakiki
Selamat jalan penyair.
Akan terus kami dekap
Rindu kepadamu
Selamat jalan.
Selamat jalan”
 
Tiba-tiba matahari tertegun
Angin berhenti bertiup
Alam memberi penghormatan terakhir
Kepada penyair itu.
 
Pada sebuah kapal,
Sambil meneteskan airmata
Seorang muda usia berkata:
“Akulah penerusmu penyair
Akulah penerusmu”
 
2011
 
(2)
Puisi Karya
Anwari WMK
 
PENA PENYAIR
 
dunia berselubung kotor
memaksa angin
berhenti mendesau
memaksa burung-burung
berhenti berkicau
di podium-podium politik
kehendak dan kata-kata
tertahbiskan sebagai bolduser
kian remuk redamkan dunia
dalam kubangan
tersangatkan kotor
 
tapi, di ujung pena penyair
dunia niscaya dibersihkan
di ujung pena penyair,
musti tergores
hikmah dan harapan
agar dunia pulang kembali
menuju kemurniannya yang azali
 
wahai penyair,
rawat kebeningan nurani
pena kalian
agar dunia tak kian
compang camping.
 
2011
 
(3)
Puisi Karya
Anwari WMK
 
PEREMPUAN ITU
 
Berambut panjang ikal mayang
Kala siang terancam hujan
Perempuan itu berbaju hitam
Melaju kencang di jalanan
Di atas motor warna merah hati
Rambutnya indah melambai-lambai
 
Tiba-tiba,
Mendung hitam mengubah gelagat
Hujan tak jadi diturunkan
Perempuan berbaju hitam
Terus dibiarkan melaju kencang
Di jalanan
Dan rambut ikal panjangnya
Terus melambai-lambai
 
Pohon pinus lantas bertanya
Mengapa mendung hitam
Menaruh hormat kepada
Perempuan itu
Lalu hujan ditunda kedatangannya
Membasahi sekujur bumi
 
Sambil bergelayut di semesta lazuardi,
Mendung menjawab:
"Dalam jiwa batin perempuaan
Bergaun hitam itu
Tertoreh keabadian cinta untuk
Seorang pujangga
Dan sang pujangga telah lama pergi
Menuju alam baqa
Langit memberi penghormatan
Sebab perempuan itu ikhlas
Merawat keabadian cinta"
 
Oh engkau perempuan
Engkau perempuan
Engkau ......
 
Jakarta, Juni 2011
 
(4)
Puisi Karya
Anwari WMK
 
PENYAIR TUA
 
kepada lelaki tua
gadis itu berkata:
“di pusara inilah
ibuku terbaring abadi
dalam damai biografi kematian
saat maut datang,
ibu tersenyum indah
seindah puisi-puisimu
bapak tua”
 
lelaki tua itu
lantas tergetar batinnya
matanya mulai berkaca-kaca
mengenang sosok perempuan
kini terbaring abadi
di pusara itu
ia pun berucap:
“antara aku dan ibumu
tak pernah saling memiliki
tak pernah saling dimiliki
tapi puisi-puisi cinta
yang tertoreh di sepanjang
hidupku
kutulis untuk ibumu”
 
pada pohon-pohon
di seputar pusara
burung-burung lalu
berhenti berkicau
takzim menyimak,
jeritan hati penyair tua
 
burung-burung kini saksi
untuk bilur-bilur luka
pada sekujur riwayat cinta
penyair tua
 
Jakarta, Mei 2011

(5)
Puisi Karya
Anwari WMK
 
WAFAT
 
telah wafaat
dan telah dikuburkan
secarik kertas
tempat dulu tertorehkan
puisi meneteskan airmata
 
para pelayat lantunkan doa
semoga secarik kertas itu
damai dalam kuburnya
sepotong pena berseru:
amien!
 
2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar