Jumat, 16 Desember 2011

Puisi "ARWAH PUJANGGA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

ARWAH PUJANGGA

Usai sudah pujangga itu
Melintasi titian sakaratul maut
Arwahnya yang penghabisan
Terlepas bebas dari jasad

Arwah itu kini melesat
Menjelajahi semesta jagad
Bersama balada langit biru
Berkelana dari galaksi ke galaksi

Kepada gugusan bintang-bintang
Arwah itu mengisahkan hikayat tentang
Perempuan berselendang sutera
Pesonanya dalam kehidupan dunia
Semburatkan inspirasi
Tertorehnya sajak dan puisi

Tapi hingga sang pujangga
Pulang menuju rumah keabadian
Perempuan berselendang sutera
Tak pernah paham
Nyanyian jiwa sang pujangga

[2011]

Puisi "DARI WALAU KE WALAU" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

DARI WALAU KE WALAU

Di bawah langit walau
Berjalan di atas titian walau
Sambil senandungkan lagu walau
Mendamba hidup yang walau

Pada hari walau
Pada waktu walau
Bersua manusia walau
Terbincanglah politik walau
Dengan politikus walau
Terucaplah ekonomi walau
Bersama saudagar walau

Di sekolah-sekolah walau
Lagu kebangsaan walau
Terkumandangkan menjadi walau
Oleh murid guru walau

Dan hidup yang walau
Bergerak dari walau
Ke walau
Segalanya hanya walau
Walau dan walau

Ooh . . . . . . . . walau
Sampai kapan kau cekik kami
Hingga segalanya cuma walau

[2011]

Selasa, 13 Desember 2011

Puisi "KERETA AIRMATA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

KERETA AIRMATA

Kata-kata sudah terucapkan
Waktu telah pergi
Momen telah berlalu
Angin hilang bersama isyarat

Hanya dirimu terus terpaku
Di bantaran rel kereta itu
Dengan lambai terus melemah
Lambai kian tak sampai

Saat semburat rindu tertiup kalut
Kekasihmu pergi tertelan kabut
Bersama segenggam cinta
Dalam puisi bercahaya

Hari ini engkau genap
70 tahun
Dipapah para cucu
Kembali berdiri terpaku
Di bantaran rel kereta itu

Sukmamu hanya hendak
Berkata:
"Cinta sejati itu ada
Dan rel kereta ini penandanya"

Ooh perempuan tua
Ooh kereta airmata
Kalian legenda
Kesejatian cinta

[2011]

Catatan:
Untuk seorang kawan ihwal neneknya yang menggenggam keabadian rindu.

Minggu, 11 Desember 2011

Puisi "DESEMBER RESAH" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

DESEMBER RESAH

Pada Desember yang basah
Bunga-bunga menari bersama hujan
Tanah bebatuan mengubah
Setiap air menetes
Menjadi perkusi keindahan

Tapi seorang perempuan tua
Jiwanya masih gulana
Oleh sepucuk surat lama
Dari lelaki berjiwa samudera
Kini di alam barzah

Pada sepucuk surat lama itu
Lelaki itu
Berucap tentang keabadian rindu
Terkulai dalam gemuruh takdir
Cinta tak sampai

Desember yang basah
Telah sepenuhnya berubah
Menjadi Desember resah
Dan perempuan tua itu pun
Kembali meruntuhkan
Airmata.

[2011]

Kamis, 08 Desember 2011

Puisi "BOCAH" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

BOCAH

Menjelang tidurnya
Seorang bocah bertanya
Pada bapaknya:
"Mengapa musti
doa dikabulkan?"

Sang bapak menjawab:
"Itu tanda dan isyarat
Tuhan memang
Maha Pengasih
Maha Penyayang"

Bocah itu lantas terlelap
Dalam kedamaian tidur

Dan saat
Terbangun dari tidur
Ia lantas berdoa:
"Tuhan,
Jangan pernah
Engkau pensiun
Menjadi
Maha Pengasih
Maha Penyayang"

[2011]

Puisi "LIANG LAHAT" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

LIANG LAHAT

Setelah membeku sebagai jasad
Tubuhnya mewangi di liang lahat
Berminggu-minggu kemudian
Bunga-bunga tumbuh bermekaran
Pada gundukan hamparan tanah
Di atas itu liang lahat
Bertahun-tahun kemudian
Orang-orang paham ihwal pusara
Bermahkotakan bunga-bunga
Seratus tahun kemudian
Anak-anak muda bertanya hikmat
"Siapakah gerangan dia
Terbaring abadi di ini pusara
Bersama keindahan bunga-bunga"

Dengan mata berkaca-kaca
Perempuan tua menjawab:
"Dia pencinta sejati ilmu
Tulisan dan risalahnya lirih
Membedah pedih perih
Sukma yang terus meredup
Compang-camping negerinya"

Akhirnya, anak-anak muda paham
Langit memberi penghormatan
Kepada dia yang terbaring
Di pusara itu
Sejak seratus tahun lalu

[2011]

Selasa, 06 Desember 2011

Puisi "TIMUN SENJA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

TIMUN SENJA

Pada suatu senja di bulan Desember
Lelaki paruh baya menyantap
Potongan-potongan timun
Sontak sukmanya melayang
Menjangkau masa nan lampau
Saat ia masih bocah

Di masa nan lampau itu
Ia bersama nenek
Di hamparan sawah
Berselimut tumbuhan timun
Hingga senja datang
Bocah itu masih
Memakan buah timun

"Kelak di masa depan"
Ucap sang nenek
"Senja turun di pelataran kota besar
Dan engkau memakan timun
Persis serupa senja sekarang ini
Pada relung demi relung kota besar
Engkau tiada lelah mengais makna
Berkawan bait-bait puisi
Bersama buah-buah timun"

Pada wajah teduh neneknya
Lelaki paruh baya itu mengenang
Lalu dari bibirnya terlantun doa
Untuk sang nenek di alam barzah

Dalam getar sukma teraduk rindu
Lelaki itu meneteskan airmata
Dan airmata itu pun tumpah
Di palataran senja kota besar

[2011]

Selasa, 29 November 2011

Puisi "LANGIT MERAH" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

LANGIT MERAH

Hanya melalui jalanan panjang
menggapai langit merah

Kadang lurus
kadang berliku
kadang menanjak
kadang menurun
jalanan itu bertabur harapan

Pada penghujungnya
menganga gerbang bundar
warna putih
pelintasan menuju langit merah

Jiwa berbaris-baris
sukma berdesak-desakan
roh berduyun-duyun
menggapai langit merah

Wahai engkau yang bertahta
di pucuk-pucuk ilalang
mari menggapai langit merah
bersama jiwa
bersama sukma
bersama roh

[2011]

Minggu, 27 November 2011

Puisi "JEMBATAN MAHAKAM" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

JEMBATAN MAHAKAM

Pada akhir pekan nan permai
perempuan itu bersepeda motor
bersama suami
bersama puteri terkasihnya
berumur lima tahun

Dari Tenggarong,
keluarga kecil itu
menempuh perjalanan
menuju Samarinda

Belum jua tuntas melintas
Jembatan Mahakam
musibah datang menyergap
bersama pilu lara jiwa

Jembatan Mahakam ambruk
keluarga kecil itu pun terjatuh
ke tengah kancah arus
nan deras

Perempuan itu
diselamatkan suaminya
hingga mampu menggapai
tubir sungai
tapi puteri terkasih mereka
tertinggal di tengah sungai

Sontak sang suami terjun
kembali ke tengah sungai
hingga berjam kemudian
hingga berhari kemudian
suami itu pun
tak pernah muncul lagi

Bersama sang puteri
suami itu pun
hilang diterkam
arus Sungai Mahakam

Ooh takdir
mengapa begitu pilu warnamu
Perempuan itu kini
meratapi kepergian
dua mutiara cinta

Ooh Jembatan Mahakam
ooh Sungai Mahakam
mengapa cinta
harus berkalang duka?
mengapa?
mengapa?

[2011]

Jumat, 25 November 2011

Puisi "FIRMAN" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

FIRMAN

Hewan dan binatang
Bermusyawarah dalam habitatnya
Mengupas firman Tuhan yang suci

Pohon dan tumbuhan
Bermusyawarah dalam himpunannya
Menelaah firman Tuhan yang sakral

Pasir dan bebatuan
Bermusyawarah dalam kumpulannya
Membedah firman Tuhan yang agung

Hewan dan binatang
Pohon dan tumbuhan
Pasir dan bebatuan
Telah memberi pengakuan
Firman terkumandangkan
Untuk setiap takdir kehidupan

Musyawarah demi musyawarah
Lalu riuh redah oleh kesimpulan:
"Manusia hanya paham
Firman untuk dirinya sendiri
Tertera dalam kitab-kitab suci
Manusia abai
Hewan dan binatang bersama firman
Pohon dan tumbuhan bersama firman
Pasir dan bebatuan bersama firman
Sambil terbahak
Atas nama firman yang kitab
Manusia pongah
Menista hewan dan binatang
Menghinakan pohon dan tumbuhan
Melecehkan pasir dan bebatuan"

Hingga alam meradang
Bersama bencana
Manusia belum jua paham
Firman telah berkumandang
Untuk hewan dan binatang
Firman telah berkumandang
Untuk pohon dan tumbuhan
Firman telah berkumandang
Untuk pasir dan bebatuan

[2011]

Senin, 21 November 2011

Puisi "BUIH" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

BUIH

pada pinggiran pantai
seorang anak muda
menatap buih
ia lantas teringat
kata-kata purba
termaktub dalam kitab tua:
"jangan pernah menjadi
himpunan manusia
serupa kumpulan buih
berserakan hilang arah
saat terhempas ombak
ke pantai"

sembari menarik nafas panjang,
anak muda itu bersikeras
masuk ke relung kesadaran
hingga jiwanya menapaki
tonggak-tonggak kesimpulan
bahwa bangsanya kini buih
tak lebih hanyalah buih
pada ruap elegi pilu
kemunafikan mencipta genangan
untuk para pemimpin
berenang dengan riang
surat kabar radio televisi
hanyalah etalase bagi
semak belukar kata-kata

sembari menjauhi pantai
anak muda itu mengeja
segala mungkin
segenap muskil
merawat bangsanya
agar tak kian berbuih
sekadar buih

[2011]

Jumat, 18 November 2011

Puisi "SAMPAI TIBA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

SAMPAI TIBA

sampai telah tiba
tiba telah sampai
sampai tiba telah
tiba sampai telah
telah sampai tiba
telah tiba sampai

sampai sampai sampai
telah telah telah
tiba tiba tiba

sampai.
telah.
tiba.

untukMu
kehadiratMu

ooh sampai
oooh telah
ooh tiba

untukMu
kehadiratMu

ooh . . . . . .

[2011]

Kamis, 17 November 2011

Puisi "PENDULUM WAKTU" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

PENDULUM WAKTU

Dari satu pendulum waktu
Ke pendulum waktu lain
Dalam dekap cahaya rindu
Kupasrahkan diriku fana
Tenggelam hingga jauh
Dalam samudera sujud
Tafakur tak bertepi
KepadaMu

Duhai Cinta
Cahaya kasihMu abadi
Walau pendulum waktu
Akhirnya runtuh satu-satu
Dan pada segenap punah
Demi menggapai diriMu
Aku tak berarti apa-apa
Sekadar debu tanah
Nista oleh elok
Keindahan pualam

Wahai Kekasih, duhai Cinta
Engkau masih terlampau
Agung
Meski kubiarkan punah
Melumatkan diriku
Dalam nisbi
Selamanya

[2011]

Rabu, 16 November 2011

Puisi "PANAH MATAHARI" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

PANAH MATAHARI

Binatang-binatang berlarian
Memburu keselamatan diri
Menggapai rongga relung teduh
Saat berkas-berkas cahaya matahari
Menjelma jutaan anak panah

Kekaisaran binatang heboh
Tak ada lagi waktu syahdu
Bermandikan cahaya matahari
Raja diraja binatang terpaksa
Maklumatkan sebuah titah:
"Jauhi cahaya matahari
Zaman sudah akhir
Tak lagi serentak seiring
Bersama matahari"

Tapi pada kemarau yang puncak
Pada siang yang terik
Seorang lelaki dan perempuan
Melintasi padang luas belantara
Jutaan panah matahari
Putus patah terkulai
Tiada mampu menyentuh
Tubuh mereka

Kekaisaran binatang heboh
Menyoal jati diri:
Siapa sesungguhnya
Dua manusia itu?

Kata sebongkah batu
Di kaki gunung:
"Mereka bukan siapa-siapa
Hanya manusia biasa
Pada jiwa batin mereka
Bersemayam hakikat Tuhan"

Binatang-binatang kini tertunduk
Mengeja segenap simpul
Kedunguan
Kelancungan

[2011]

Selasa, 15 November 2011

Puisi "PENGENDARA WAKTU" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

PENGENDARA WAKTU

Dia duduk di punggung waktu
Hingga waktu dia bayangkan
Sama serupa seekor kuda
Dia lalu mengendarai waktu
Berjalan terbang
Melampaui pucuk-pucuk pohon

Suatu hari dia memberi titah
Agar waktu menyusur masa lampau
Saat waktu sungguh membawanya
Ke masa nan lampau
Dia lalu bertatap pandang
Wajah-wajah bening kerabatnya
Telah lama berkalang tanah

Sang kerabat tersenyum
Sembari berkata-kata:
"Tanamlah pohon-pohon kebajikan
Agar zamanmu jangan kian berpilin
Sekadar menjadi labirin gundah-gulana"

Pada hari lain, dia memberi titah
Agar waktu menelusur masa depan
Saat waktu sungguh membawanya
Ke masa depan
Dia lalu bertatap muka
Wajah-wajah pemimpin cerdas

Sambil tersenyum
Para pemimpin itu berkata:
"Segeralah engkau bertanam
Pohon-pohon kebajikan
Agar zamanmu tak kian ringkih
Selamatkanlah zamanmu
Segerakanlah bertanam
Pohon-pohon kebajikan"

Kini,
Sang pengendara waktu paham
Masa lampau dan masa depan
Mengumandangkan
Kesamaan nubuah
Bertanam pohon-pohon kebajikan.

[2011]

Puisi ini bisa juga disimak di sini:
* http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150458662166468

Senin, 14 November 2011

Puisi "MENJADI CAHAYA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

MENJADI CAHAYA

Cahaya senantiasa datang
Untuk semua pepohonan
Tapi, hanya sebatang pohon
Bercahaya diterpa cahaya

Saat hati mati
Dalam semak belukar jiwa
Cahaya datang bersambut
Sia-sia.

Senandung burung nuri
Lalu berseru:
"Mengapa kita
Tak berubah saja
Menjadi cahaya,
Dan lebur dengan
Cahaya Maha Cahaya"

[2011]

Selasa, 08 November 2011

Puisi "LELAKI MENATAP CAHAYA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

LELAKI MENATAP CAHAYA

[. . . . .pada mulanya: . . . . .]

Malam itu
Dari seberang jalan itu
Lelaki muda berkacamata itu
Menatap terang benderang
Cahaya

Sudah ribuan kali dia
Berlalu lalang
Di pertokoan itu
Bahkan saat malam
Menebarkan jubah hitamnya
Ia berulang kali
Melintasi trotoar pertokoan itu

Tapi pada malam nan hening itu
Sendirian dari seberang jalan
Dia menatap etalase sebuah toko
Sepenuhnya bertabir kaca
Sempurna dalam terang benderang
Cahaya

Dia lalu mendekat, mendekat,
Terus . . . . mendekat
Lantas, ia pun
Sepenuhnya terperangah

Perempuan berwajah bening
Bermata jernih nan elok
Bergaun seputih salju
Dari tubuhnya terpancar
Terang cahaya benderang

Di malam itu
Toko itu
Tak berlampu

Lelaki muda itu pun linglung
Jiwanya teraduk bingung
Mengapa seorang manusia
Seluruh tubuhnya cahaya
Lelaki muda itu
Berulang kali membuka pasang
Kacamatanya
Demi menatap terang benderang
Cahaya
Pandangannya lalu berubah nanar
Tak kuasa berlama waktu
Menatap terang benderang
Cahaya

Perlahan ia mundur
Menjauhi itu toko
Kembali melangkahkan kaki
Bersama karut-marut pikiran

Pada taman yang mulai sepi
Ia hempaskan tubuhnya
Di sebuah kursi panjang
Walau terbungkus jaket tebal
Tubuhnya super menggigil
Tas dan buku-buku
Dia peluk erat-erat
Ia terus
Menarik napas dalam-dalam

Merasa diintip rembulan
Terselip di balik awan
Dia tengadahkan wajah
Ke lazuardi malam
Dengan bibir tergetar
Dan lidah penuh kelu
Dia pun berkata:
"Oh rembulan,
Kuasa langit memuktabarkan
Aku menatap
Cahaya Maha Cahaya"

[. . . . .pada akhirnya: . . . . .]

Sejak malam itu
Lelaki muda itu
Menyulam sajak dan puisi
Bersama diam sunyi sepi

Lelaki itu
Tak pernah menulis dengan
Pikirannya
Dia hanya menulis dengan
Hatinya

Hingga bertahun kemudian
Saat umurnya tergerus tua
Ia masih menyulam sajak dan puisi
Penanya tak pernah kering
Menorehkan aneka narasi
Keagungan
Cahaya Maha Cahaya

[Idul Adha, 2011]

Senin, 07 November 2011

Puisi "BINATANG" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

BINATANG

Meski dalam himpunannya
Binatang-binatang itu
Takkan pernah paham ideologi
Juga tak mengerti kuasa politik

Binatang-binatang itu
Terlampau sibuk meraih cinta
Agar sepenuhnya harmoni
Bersama alam
Binatang-binatang itu cuma paham
Alam adalah firman

Maka,
Langit kini turut tersenyum bahagia
Menatap semesta kehidupan bumi
Betapa binatang abadi dalam
Pencarian cinta
Untuk harmoni bersama alam
Alam yang firman
Firman yang Tuhan

[2011]

Minggu, 06 November 2011

Puisi "SELEMBAR DAUN KERING" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

SELEMBAR DAUN KERING

Seandainya manusia sepenuhnya paham
Betapa selembar daun kering disangatkan pedih
Terjepit terhimpit di antara bebatuan
Maka batin manusia merasakan deritanya
Dan manusia tergopoh memberi penyelamatan
Untuk setiap lembar daun kering
Bebas dari jepitan himpitan bebatuan

Tapi nyanyian seruling anak gembala
Telah lama mengisahkan ihwal
Kepasrahan daun-daun kering
Dalam jepitan himpitan bebatuan
Kata nyanyian seruling anak gembala:

"Daun kering dan bebatuan
Telah sama-sama mendengar
Titah takdir Sang Penguasa Waktu
Bahwa daun kering terjepit bebatuan
Dan lalu menjadi secuil ornamen keindahan
Planet Bumi
Selembar daun memang terjepit bebatuan
Namun dipenuhi pesona keindahan
Hingga para pujangga terbelalak takjub
Tiada tara"

Oh daun kering
Engkau ikhlash menyambut takdir
Rida bersama takdir

[2011]

Kamis, 03 November 2011

Puisi "PENGAKUANKU" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

PENGAKUANKU

Berdiri di atas ketinggian bukit
Kusaksikan matahari sore
Tersungkur perlahan
Ke bawah telapak
Kaki langit senja

Lalu kupandangi
Seluruh penjuru arah
Mata angin
Aku kini bersorot mata tajam
Setajam mata elang

Tiba-tiba kulihat WajahMu
Kutatap WajahMu
Kutergetar oleh WajahMu
Tergigil aku, menyimak WajahMu

Wahai Engkau
Inilah pengakuanku

Pada setiap hempasan musim
Pada setiap semilir tiupan angin
Kupasrahkan diriku
Teringkus meringkuk di atas
Pelataran sujud tafakur
Hingga kemudian adaku
Berjingkrat berlompatan
Dari fana ke fana
Di bawah kanopi KeagunganMu
Tak terlukiskan oleh
Semesta kalimat
Dan kata-kata

Wahai Engkau
Inilah pengakuanku

Pada ketinggian bukit ini
Kembali kuminum
Berkendi-kendi
Anggur CintaMu

Maka,
Biarlah matahari itu
Sepenuhnya tersungkur
Di kaki langit senja
Aku sungguh tak peduli

Sebab, di bukit ini
Terus aku memabukkan
Diriku
Bersama gelas-gelas
Anggur CintaMu
Terus. Terus. Terus. . . . . .
Hingga perguliran massa
Sesak oleh tiupan sangkakala
Bertanda dunia tamat
Khatam dalam remuk redam

[Jakarta, awal November 2011]

Rabu, 02 November 2011

Puisi "LIPATAN KERTAS" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

LIPATAN KERTAS

Pada setiap lipatan kertas
Terlipat pula rahasiaMu
Kian terkuat lipatan kertas itu
Kian pula tampak semburat
CintaMu

Manusia selalu
Menyederhanakan makrifat
Bahwa di tiap lipatan kertas
Tertimbun ribuan tahun
Berjibun berlaksa
Ilmu pengetahuan
Dan kertas itu pun dicium
Dari generasi ke generasi
Serupa sekuntum kembang
Mekar mewangi di pekarangan

Hari ini kami sampai
Di pusar terdalam makrifat
Bahwa pada lipatan-lipatan kertas itu
Terpapar menyeruak CintaMu
Hanya CintaMu
Cuma CintaMu

[2011]

Puisi "RAMBUT DARI SURGA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

RAMBUT DARI SURGA

Pada rambutnya yang panjang
Angin cemburu tiada tara
Hingga angin kemudian
Memburu perempuan itu
Agar rambutnya tercerabut
Sepenuhnya

Tiada tahan menatap nestapa
Bianglala turun menuju bumi
Bertarung sepenuh sukma
Memberi perlindungan

Angin pun bersusah payah
Hanya sekadar mampu
Mencerabut satu persatu
Rambut perempuan itu

Tapi
Setiap helai rambut terjatuh
Di hamparan bumi
Tiba-tiba berubah menjadi
Sebatang pohon bunga
Hingga sepanjang bumi
Tercecer rambut
Tumbuh berbatang-batang bunga

Saat senja mulai semburat jingga
Elang dan rajawali berkata:
"Bunga itu bermuasal
Di taman-taman surga
Dan rambut panjang
Perempuan itu
Kelak abadi dalam
Kehidupan surga"

Mendengar pengakuan itu
Angin kini salah tingkah
Tersodok tanda tanya besar
Siapa sesungguhnya
Perempuan itu

[2011]

Selasa, 01 November 2011

Puisi "PELUH" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

PELUH

Setiap jiwa raganya memasuki
rumah-rumah ibadah,
ia tafakurkan hatinya
dalam kehendak total
penyerahan diri kepada Ilahi.

Di rumah-rumah ibadah itu,
ia menghampakan dirinya
lepas dari belenggu waktu,
hingga doa dan munajatnya
sepenuhnya melampaui
segala keperkasaan waktu.

Antara duduk dan berdiri,
antara diam dan bergerak,
ia lalu mendapati dirinya
berpeluh,
merajut eksistensi jiwa
bersama peluh,
dan peluhnya lalu menetes
membasahi pelataran
rumah ibadah.

Bertahun-tahun,
dari satu rumah ibadah
ke rumah ibadah lain,
dari satu titik bumi
ke titik bumi lain
ia seru Ilahi dengan
puncak keyakinan jiwa
seorang hamba,
bersama peluh terus menetes,
hingga tetesan peluh itu terhimpun
membentuk sebuah danau.

Pada suatu gema tak meruang
dan tak mewaktu,
Tuhan bertitah agar peluh itu
memadamkan bara api neraka.

[2011]

Puisi "WAHAI ENGKAU" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

WAHAI ENGKAU

Wahai Engkau,
Biarkan aku berbagi kisah
Kepada manusia
Ihwal keagungan CintaMu

Biarkan aku bercerita
Melalui pesona keindahan kata-kata

Wahai Engkau
Bagaimana aku bisa
Diam membisu tak berkisah
Kepada manusia
Ihwal keagungan CintaMu
Bagaimana aku bisa diam
Bagaimana bisa diam
Tak mengisahkan keagungan
CintaMu
Padahal, keagungan
CintaMu
Melebihi matahari bintang rembulan
Melampaui bentangan alam semesta

Wahai Engkau,
Aku kian mabuk, kian kepayang
Menenggak dari beribu tempayan
Anggur CintaMu itu
Hingga inginku sepenuhnya membuncah
Agar setiap sungai
Hanya mengalir deraskan
Anggur CintaMu
Agar genangan samudera
Seluruhnya anggur CintaMu

Wahai Engkau
Wahai Engkau

[2011]

Sabtu, 29 Oktober 2011

Puisi "TEPIAN SEJARAH" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

TEPIAN SEJARAH

Berdiri di tepian sejarah,
menatap sosok sebuah bangsa
kehilangan sukma kemerdekaannya,
akibat terlampau banyak
zombie antikeadilan
turut campur tangan
mengelola negara.

Berdiri di tepian sejarah,
menyimak keadaan sebuah bangsa
tanah airnya compang-camping
dinista mesin-mesin kapitalisme global
mempersetankan kemanusiaan.

Berdiri di tepian sejarah,
menatap nestapa sebuah bangsa
masyarakatnya memuja
fasisme kedunguan
hingga bergalon-galon
racun peradaban
diminum serasa madu.

Berdiri di tepian sejarah
menyaksikan sebuah bangsa
tenggelam ke dasar samudera
kejumudan

Dan bangsa itu pun
kini tersisa
tulang belulang.

Jakarta, Oktober 2011

Selasa, 25 Oktober 2011

Catatan Kebudayaan | Nomor 6, Tahun 2011 | "REFORMASI PENDIDIKAN"

REFORMASI PENDIDIKAN

Oleh
Anwari WMK

NEGARA mana pun dituntut mampu melakukan reformasi terhadap seluruh aspek yang berjalin kelindan dengan dunia pendidikan. Pada satu sisi, pendidikan berkedudukan sebagai faktor determinan kemajuan bangsa. Pendidikan bermutu mendasari perbaikan kualitas hidup bangsa. Tak mengherankan jika negara-negara maju di berbagai belahan bumi eksistensinya ditandai oleh terjadinya kemajuan secara monumental bidang pendidikan. Itu pula yang dapat menjelaskan, mengapa institusi-institusi pendidikan di negara-negara maju menjadi tujuan belajar kalangan mahasiswa dari kawasan negara-negara berkembang.

Pada lain sisi, pendidikan bergerak dinamis, sejalan dengan hadirnya tantangan dan realitas baru. Praksis pendidikan dalam suatu format tertentu, tak selalu relevan diimplementasikan secara lintas waktu pada berbagai keadaan. Maka, harus ditemukan suatu model dan pola baru praksis pendidikan. Pada titik inilah reformasi pendidikan mencuat sebagai sesuatu yang niscaya dilakukan. Reformasi pendidkan merupakan jawaban terhadap besarnya tuntutan agar pendidikan tak terbentur jalan buntu kemandegan.

Dengan reformasi pendidikan berarti, disadari adanya dua hal. Pertama, pendidikan dimengerti sebagai salah satu pilar penting tegaknya peradaban adiluhung, sehingga praksis pendidikan telah sedemikian rupa bergulir dari sejak zaman lampau. Kedua, tradisi pengajaran dan pembelajaran serta sistem pendidikan yang telah lama ada, disadari tak otomatis relevan dengan situasi dan perkembangan mutakhir. Karena dua hal itu pula, maka ada elemen tertentu dalam praksis pendidikan yang memang penting dan mendesak untuk terus dipertahankan. Tetapi, ada elemen tertentu lain sudah tidak sejalan dengan semangat zaman baru.

Dalam maknanya yang sederhana, reformasi pendidikan berarti memilih dan memilah: elemen mana dari praksis pendidikan yang tengah berjalan harus diubah konsepsi, strategi, dan agendanya. Perubahan ini dilandaskan pada pertanyaan yang bersifat fundamental: apakah praksis pendidikan pada tingkat satuan pembelajaran masih digdaya manakala difungsikan sebagai dasar terciptanya kemajuan bangsa? Jika jawabannya negatif, maka mutlak untuk melakukan serangkaian perubahan yang dimaksudkan sebagai upaya saksama pembenahan pendidikan.

Pada level substansi, reformasi pendidikan harus berbasis budaya. Bagaimana gotong-royong, jujur, kerja keras, religiositas, harmoni dengan alam, penghormatan terhadap kemajemukan, musyawarah untuk mufakat, merdeka dari penindasan dan sebagainya, masing-masing diutuhkan sebagai sistem nilai budaya dan kemudian menjadi dasar pelaksanaan reformasi pendidikan. Reformasi pendidikan yang berpijak pada nilai-nilai budaya inilah sesungguhnya yang memungkinkan seluruh praksis pendidikan berkontribusi untuk memajukan bangsa.[]

Senin, 10 Oktober 2011

Puisi "DAUN DARI LANGIT" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

DAUN DARI LANGIT

Selembar daun jatuh dari langit
Melayang menuju bumi
Menggeletak di rerumputan
Tanah nan lapang

Bocah pengembala memungutnya
Dan lantas terperangah oleh
Kalimat tertoreh permukaan daun
Lamat-lamat bocah itu membacanya
Mencoba memahamkan segenap makna

Menjelang senja datang, bocah itu
Membaca lantang narasi pada daun:
"Seumpama hidup tak mengenal cinta
Hayat manusia hanya paham satu hakikat
Manusia memilih rengkuh bunuh diri
Sebagai pilihan bebas masuk akal
Maka, rawatlah cinta. Rawatlah"

Bocah pengembala sekarang paham
Ihwal titian jalan menuju masa depan
Bahwa itulah jalan cinta

2011

Jumat, 07 Oktober 2011

Puisi "KESATRIA PUTRA MARS" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

KESATRIA PUTRA MARS

kesatria putra mars di suatu siang yang terik bersorak riang gembira. ia persaksikan tanah, gunung dan pepohonan, bahwa halilintar terperosok, dan lalu jatuh ke dalam sumur. tercekak pekik teriak, halintar menggigil ketakutan tenggelam dalam air.

"lihat", kata kesatria putra mars. "halilintar kini lumpuh layuh, ia sudah tak segarang raja diraja api, kobarannya di bentangan langit berubah redup dalam seutuhnya tamat. kini bunga bakung tumbuh di pekarangan, merdeka bebas ancaman. kini bunga bakung di pekarangan, takkan tercabik lagi senarai ganas halilintar."

tapi hingga kabar berita menjilat bahanakan langit, bintang rembulan heran. sebab bunga-bunga bakung belum jua termuktabarkan kisah ihwal halilintar terperosok nista, ke dalam sumur.

kata kesatria putra mars: "tak usah bunga-bunga bakung tahu tentang busur dan panahku merontok sungkurkan halilintar, hingga kemudian halilintar terjatuh ke dalam sumur. sudahlah tak usah berhitung, tak perlu lautan puja puji. hidup hanyalah memberi, persis seperti matahari"

kini, bunga-bunga bakung hidup bersulam damai, dari musim ke musim. dan kesatria putra mars kembali pulang ke negerinya, ke bangsanya.

2011

Rabu, 05 Oktober 2011

Puisi "ORANG SUCI" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

ORANG SUCI

Lelaki tua itu sakaratul maut
Orang-orang mengelilingi tubuhnya
Sembari berkata-kata:
"Wahai orang suci
Jangan cepat engkau pulang
Batu-batu baru disusun ulang
Mengharap gema suara titahmu
Agar tiang-tiang bangunan
Sekokoh pilar-pilar kerajaan surga
Wahai orang suci
Jangan cepat engkau pergi"

Ruangan tiba-tiba penuh sesak
Sedu dan tangisan membahana
Ratapan demi ratapan di halaman
Meliuk-liuk menjadi nyanyian
Alam pun mencoba mengerti
Kematian tak bisa ditawar lagi

Masih antara hidup dan mati
Roh orang suci tercerabut lembut
Meninggalkan jasad nan fana
Roh melayang serupa kapas
Lalu menatap pandang
Jasad dirinya terbujur kaku

Masih antara hidup dan mati
Roh heran terperangah
Memahamkan segenap pelik
Betapa hayat manusia mengelana
Di antara selaksa fatamorgana
Roh orang suci kini menggapai
Simpul makna penghabisan
Manusia tersihir takjub
Tubuh-tubuh memesona
Manusia pun lantas bergumul
Mencapai kebudayaan daging
Meraih peradaban daging

Untuk mereka yang menangis
Ingin orang suci itu berwasiat:
Manusia musti berani
Menapaki fase epilog
Lupakan takjub pada tubuh-tubuh
Dan tak lagi bertuhan daging-daging

Tapi wasiat itu tak pernah sampai
Mendenting di telinga pengikutnya
Malaikat maut segera memapah
Roh orang suci itu pun pergi
Selamanya
Selamanya

2011

Selasa, 04 Oktober 2011

Puisi "JEJAK PANTAI" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

JEJAK PANTAI

bertahun-tahun lalu engkau datang ke pantai itu, jejak kakimu tertoreh abadi hingga kini. seperti dikisahkan burung-burung camar, di pantai itu engkau lukis langit dengan keindahan senyuman, angin lalu menari-nari bersamamu, barisan pohon sahdu menyimak kidung kinasihmu ihwal sayap-sayap cinta datang dari langit. setiap butiran pasir terjejak kakimu sontak menyimpan memori kesaksian tentang dirimu seelok bidadari.

kini engkau terpenjara kaku di kursi roda. lalu engkau berucap tentang sayap-sayap resah menggapai pantai, resah oleh koyak takdir kursi roda.

pernah suatu hari, seseorang bertanya kepadamu: apa mesti engkau lakukan seumpama mampu menggapai ulang itu pantai? engkau terdiam sejenak, lalu memperlihatkan selembar foto lampau dalam nafas zaman yang telah usang. pada foto itu, sesosok manusia tersungging senyum dan di tangannya tergenggam sekuntum mawar merah. engkau pun lantas berkata:

"bila kumampu menggapai itu pantai, aku akan berlari dan bernyanyi bersama foto ini. hingga kemudian butiran pasir di pantai sepenuhnya paham, bahwa dalam jiwaku masih terawat mahkota cinta mengkilau bersama keabadian rindu"

2011

Minggu, 02 Oktober 2011

Puisi "TANPA JIWA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

TANPA JIWA

Di jembatan penyeberangan
Aku hanya saksi membisu tanpa kata

Pada pagi pucat pasi
Ribuan manusia berjalan tanpa jiwa
Burung-burung terbang senandungkan
Elegi kematian segenap hakikat

Di gedung tinggi pencakar langit
Jiwa ribuan manusia terpenjara

Kata bocah penjaja koran:
Jiwa telah lama dibarter
Berlembar-lembar gaji bulanan

Ribuan manusia telantarkan jiwa
Hingga mentari pilu di pagi hari
Ribuan manusia masih tanpa makna
Berjalan tanpa jiwa
Terbirit menuju gedung-gedung tinggi

Dan aku pun masih saksi yang
Diam. Membisu.

2011

Kamis, 29 September 2011

Puisi "PEDANG" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

PEDANG

Tatapan matamu
Tiba-tiba
Berubah wujud
Menjadi sebilah pedang

Tatapan mataku
Tiba-tiba
Berubah wujud
Menjadi sebilah pedang

Lalu
Saling menyerbu
Saling menyerang
Gemerincing suara
Sepenuhnya pedang
Dalam kesumat
Seutuhnya perang

Angin menepi
Takut tergores tajam

Tatapan matamu
Tatapan mataku
Kini sepenuhnya
Pedang

Bumi berkuali darah
Bendera turut terkoyak
Kian menetes darah

2011

Rabu, 28 September 2011

Puisi "KACAMATA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

KACAMATA

Kepada kacamata tuan penguasa
Telah lama kami meminta
Pahamilah yang putih
Adalah putih
Hitam adalah hitam

Ternyata,
Belum juga
Terangkai makna
Kacamata tuan penguasa
Gagap mencernakan
# Hitam bukanlah putih
# Putih bukanlah hitam

Kepelikan dunia lalu
Teronggok semata
Sebagai remang-remang
Kabur tanpa makna
Dan rakyat
Tampak sebagai himpunan
Belatung-belatung

Kapan tuan penguasa
Berganti kacamata
Kapan?

2011

Puisi "DENTING" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

DENTING

Ia telah menghadap meja
Pisau di tangan kanan
Garpu di tangan kiri
Di atas piring tersaji
Sekerat rindu

Ia lalu menyantap
Seiris demi seiris
Rindu yang sekerat

Angin sontak diam
Membisu dalam sepi
Jam dinding tak lagi berdetak
Sebab, airmata runtuh
Ramai bergemuruh
Mendenting-denting
Di atas piring

Sungguh, ia tak kuasa
Membendung runtuh
Airmata

Di kejauhan cakrawaka
Langit terbelalak
Mencerap senandung lara
Piring mendenting
Turut tergores
Pedihnya rindu
Perihnya rindu

Ia pun berucap:
"Ooh hidup
Mengapa cinta
Berkelindan siksa"

2011

Senin, 26 September 2011

Puisi "PINTU JENDELA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

PINTU JENDELA

Pada suatu geografi
Seorang lelaki berbicara pada pintu
Hingga terungkap segenap resah
Terkisahkan semua gelisah
Ia bicara dengan
Keindahan pelangi kata-kata

Setiap menatap pintu itu
Pada zaman telah lampau
Ia sontak terkenang
Lalu lalang seorang perempuan
Kini, ia rindukan perempuan itu
Serupa kembang terbui kemarau
Tercekik damba tetes air hujan

Pintu pun terpilin pedih
Mengeja tadarus cinta
Untuk jiwa yang terkoyak
Selamanya

Pada geografi yang lain
Seorang perempuan
Bicara pada jendela
Hingga terungkap segenap resah
Terkisahkan semua gelisah
Ia bicara dengan
Keindahan pelangi kata-kata

Setiap menatap bentangan alam
Menghampar di luar jendela
Ia sontak terkenang
Sosok seorang lelaki
Pada zaman telah lampau
Bergitar senandungkan
Tembang asmaradana

Jendela pun terpilin pedih
Demi mendengar kata perkisahan
Perempuan terkoyak rindu
Selamanya

Oh pintu, oh jendela
Kalian saksi untuk
Sebait cinta terguncang lara
Oh pintu, oh jendela
Kalian pun turut
Berlinang airmata

2011

Jumat, 23 September 2011

Puisi "LANGIT KEADILAN" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

LANGIT KEADILAN

di antara berjuta pepohonan
hutan tropis
tercetus kehendak seruan
agar langit sepenuhnya kanopi
untuk keadilan

ketika gedung pengadilan
berubah wujud menjadi
rimba belantara bagi
gerombolan vampir
menghisap darah
maka para perindu pendamba
keadilan
terpekik perih tamat lumat
oleh gemerincing rantai nasib
mangsa disantap pemangsa

sambil menengadah langit,
jutaan pohon lalu
senandungkan lagu pilu
retak runtuh langit keadilan
hingga rintihannya
terdengar jauh
menciutkan nyali
kawanan burung hantu

sebelum musim berganti
langit keadilan telah
hilang punah
sekadar ornamen
sia-sia

2011

Puisi "SI ANAK HILANG" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

SI ANAK HILANG

Pulanglah pulang si anak hilang.
Pohon-pohon akasia yang
berbaris-baris di jalanan desa,
daunnya lirih melambai-lambai,
sebab rindu kepadamu.

Pulanglah pulang si anak hilang.
Tegakah engkau jika
seluruh pohon akasia bertangisan
meruntuhkan airmata,
sebab tak kuasa menahan
rindu kepadamu

Kepada debu-debu berterbangan
pohon-pohon akasia telah
menyingkapkan segenap pengakuan
tentang
rindu kian tak tertahankan
rindu kian tak terperikan

Pulanglah pulang si anak hilang.
Pulanglah!
Pulanglah!

2011

Kamis, 22 September 2011

Puisi "DI WAJAHNYA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

DI WAJAHNYA

kemarin malam kusaksikan dia
ada rembulan di wajahnya
bercahaya bening purnama

tadi sore kembali kusaksikan dia
ada kampung halaman di wajahnya
terukir semburat penuh warna

"aku memang urban"
ucapnya
"tapi juga rural
antara urban dan rural
aku terombang
aku terambing
antara urban dan rural
aku sekadar angka
sekadar nominal"

kemarin malam ada rembulan
di wajahnya
kini terlukis kampung halaman
di wajahnya
dia pun menyoal dirinya sendiri:
benarkah ia manusia?
seutuhnya?

2011

Selasa, 20 September 2011

Puisi "MEMIKUL GUNUNG" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

MEMIKUL GUNUNG

Tertatih-tatih dalam singularitas waktu
Lelaki tua itu terus memikul gunung
Memenuhi segala kehendak
Terpilin dalam rajutan takdir

Pada senja temaram penghabisan
Lelaki tua itu masih memikul gunung
Hingga jejak kakinya menggurat atlas
Untuk dunia bermata juling
Hidup tak boleh terseok

Saat hujan mulai bertengkar
Melawan sengak kemarau panjang
Lelaki tua itu rehat sejenak
Menggenapi selaksa takdir
Ia lalu berdialog dengan hujan
Mengapa harus memikul gunung

Kata lelaki tua itu:
"Gunung-gunung menyerah
Menampik segala amanah
Memakmurkan kehidupan
Kepada manusia, gunung pasrah
Agar amanah sepenuhnya berdetak.
Tapi gunung-gunung berulah
Dengan selaksa letusannya
Maka kupikul saja gunung-gunung
Agar berakhir segenap resah gelisah"

Maka, hujan kini saksi bagi lelaki tua
Tiada henti memikul gunung

2011

Rabu, 14 September 2011

Puisi "SUKMA CINTA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

SUKMA CINTA

Perahu cinta berlayar
menuju matahari
bersama senandung rindu
bunga bakung di halaman.

Ada harap bergelora,
ada mimpi terhenyakkan,
ada asa terdengungkan
perahu mencapai
matahari.

Sedikit demi sedikit
perahu dan penumpangnya
meleleh lebur punah
fana menerkam nasib
cabikan takdir
setajam taring ikan hiu

Hanya sukma cinta
terus berjalan,
terus, terus berjalan
menggapai matahari.

2011

Selasa, 13 September 2011

Puisi "GERBANG SURGA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

GERBANG SURGA

Hari ini engkau pergi,
ketika musim
semakin tak pasti.
Ketika ikan-ikan berenang
tanpa tahu lagi arah
penjuru mata angin.
Dan di dalam diriku,
tiba-tiba badai bergemuruh,
sebab aku paham:
sudah takkan lagi
merasakan hangat dekapmu.

Tetapi kekasih,
cinta itu tidak meruang
dan tak mewaktu.
Sejak kugenggam jemarimu
pertama kali dulu,
itu adalah
persentuhan abadi,
tak lekang oleh
ruang waktu.
Sungguh pun jasadmu kini
terbaring di pusara bisu,
rohku dan rohmu
terus menyatu.
Rohku dan rohmu
menari-nari
bersama senandung
keabadian cinta.

Selamat jalan kekasih
belahan jiwa,
saat kelak pertemuan kembali
antara diriku dan dirimu
terdedahkan takdir
nantikan aku
di gerbang surga.

2011

Catatan:
Puisi ini kutulis untuk kawanku Ian Rakhmadi, yang isteri terkasihnya telah wafat.

Senin, 12 September 2011

Puisi "KRISIS KATA-KATA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

KRISIS KATA-KATA

Setiap kata
tertulis di koran,
tiba-tiba berjatuhan
ke lantai.

Kata demi kata
tak kuasa
bermetamorfosis
menjadi
kalimat-kalimat
bersukma
khianat dan
kebohongan.

Kata demi kata
tiada rela diperdaya
sebagai pipa penyalur
gagasan-gagasan somplak
kalangan bandit
berpoles gincu
pejabat negeri.

Koran lalu,
letih lunglai
krisis kata-kata.

2011

Puisi "BAU TANAH" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

BAU TANAH

Tiba-tiba tanah
bernyanyi,
menari
berdansa
saat pertama kali
hujan turun setelah
kemarau panjang.

Dan kita pun mencium
bau tanah itu
ya bau tanah itu

2011

Minggu, 11 September 2011

Puisi "TAKDIR ILAHI"| Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

TAKDIR ILAHI

saat bulan terselimut
tertutup awan,
seekor kucing
menengadah langit
dan lalu berucap kata:
"sendiri aku bergumul
dengan takdir ilahi."

ternyata,
bulan mendengar
senandung takdir kucing itu.
pelan tapi pasti,
bulan lalu menyibak awan
demi sepenuhnya
mencahayai malam
agar kucing seutuhnya ikhlas
bergumul dengan takdir ilahi.

2011

Sabtu, 10 September 2011

Puisi "AIR MENGALIR" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

AIR MENGALIR

masih dalam dekapan waktu
seperti seribu tahun lalu
di atas punggung sungai itu
air mengalir membisu

tapi bersama senja sepi
sejak permulaan musim ini
debit air terbirit elegi
hayat manusia tertukar mati

"engkau tahu,"
kata sekuntum melati
"segalanya kini airmata
mengalir di atas punggung
sungai itu
saksikan olehmu wahai penyair
sungai merelakan dirinya
menampung tetes airmata
rakyat negeri khatulistiwa.
kian obsesif pemimpin negeri
bertanam pohon-pohon korupsi
di ladang-ladang angkara murka
kian deras debit sungai
mengalirkan airmata
rakyat yang nestapa"

hening sejenak kemudian
tiba-tiba dari ketinggian cakrawala,
sepasang merpati datang
bersama sepenggal kabar:
"pada muara sungai itu
setiap tetes airmata berubah
menjadi butiran-butiran batu kecil
lalu menumpuk
dan terus menumpuk
hingga tinggi menggunung
menjulang sibak angkasa
dan sebentar lagi
butiran-butiran batu kecil itu
menyundul langit
serta segera mengguncang
aras kerajaan tuhan"

kini, kuterpaku mengeja takdir
lidahku kelu, jiwaku tergetar
tak mampu berkata-kata
hanya mata terus menatap
air di atas punggung sungai
mengalir sunyi sepi
membisu
membisu

2011

Jumat, 09 September 2011

Puisi "AKU" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

AKU

alam membisu
dingin membatu
waktu membeku
aku? dimana aku?
tolong beri tahu

2011

Kamis, 08 September 2011

Puisi "KELANA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

KELANA

dia seorang diri
saat memulai langkah
berkelana
memasuki telinganya sendiri,
lalu memeriksa seluruh ruang
dan segenap bilik
dalam tubuhnya sendiri.
dia tersentak kuriositas:
siapa sebenarnya dirinya.

maka,
kelana itu pun dimulai
dari lorong panjang
dalam telinganya.

tatkala langkahnya mengapai
pelataran hati,
dia menyaksikan penuh takjub
sebuah timbangan raksasa,
membentang seluas
langit dan bumi.
timbangan itu terus berayun
menakar hakikat demi hakikat
yang meringkuk di setiap
lipatan kehidupan.
pada sisi kanan timbangan,
dia menyaksikan
berbongkah-bongkah cinta
kepada keadilan dan kebenaran.
pada sisi kiri timbangan,
dia menyaksikan
berbongkah-bongkah cinta
kepada harta dan sahwat duniawi.
dia terkesima
saat kian terang benderang
timbangan itu ternyata
berat membandul ke sisi kiri.

tiba-tiba sekujur dirinya tergetar,
hatinya tersayat ngilu
tiada terasa dia lalu
meneteskan air mata sesal
dan penyesalan.

dalam perjalanan pulang dari
kelana,
dia terus meneteskan airmata,
hingga airmata itu
jatuh berdentang-denting pada
sepanjang lorong membentang
di telinganya.

2011

Rabu, 07 September 2011

Puisi "KUCING" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

KUCING

Setelah lama menghilang,
kucing itu pun datang
pada suatu sore yang gerah.
Kutanya dia
kemana saja selama ini.

Kucing itu pun menjawab:
"Bukan tak sudi bersama
desir angin malam
menemani engkau
menyulam kata
merajut puisi.
Takdir mengharuskan aku
menjadi saksi untuk
duka lara rindu
seorang putri kedaton.
Tiada rela kubiarkan
sang putri
tenggelam dalam
lautan rindu tak bertepi.
Bila sebentar lagi
malam datang,
niscaya kukembali menjumpa
jiwa sang putri
terbuhul getar sukma
nan sepi"

Aku tertegun mendengar
kisah lara kucing itu.
Tiba-tiba di jemariku
tergenggam pena
untuk dengan segera
menorehkan elegi cinta
di bentangan langit kata-kata.

2011

Senin, 05 September 2011

Puisi "HALILINTAR" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

HALILINTAR

halilintar terkilir kakinya
kini ia berjalan tertatih-tatih
hamparan langit kacau-balau
tak tentu arah
halilintar mencemeti langit
dengan
cambuk-cambuk api raksasa

halilintar terus tertatih-tatih
hamparan langit kian galau
planet-planet menggigil ketakutan
gelegar demi gelegar berubah
menjadi sepenuhnya amarah

malaikat pun bertanya
mengapa halilintar
sampai terkilir kakinya.
maka, menjawablah halilintar:

"dalam bentangan panjang
sejarah alam semesta
baru ini kali kakiku terkilir

sebuah negeri di planet bumi
hutannya terbakar
asapnya menjilat-jilat langit
lalu menyentuh kakiku
hutan itu terbakar oleh
kelakuan-kelakuan congkak
kaum koruptor
asap itulah penyebab sontak
kakiku terkilir

bermilyar tahun lamanya
tiada pernah aku memikirkan
negeri-negeri teronggok di
planet-planet
takdirku hanya melecutkan
cambuk-cambuk api raksasa
di hamparan semesta langit

tapi sejak kini kucari
di mana letak planet bumi
dan terus kucari negeri
di planet bumi itu
dengan congkak membakar
hutan-hutannya
tersebab tamak oleh rengkuhan
loba korupsi
negeri itu bernama
indonesia"

malaikat terkesiap
demi mendengar tutur kata
halilintar.
sontak menatap buku catatan
amal kebajikan manusia
malaikat pun sampai pada
titik demarkasi makna,
di antara berpuak koruptor
ada yang berkali-kali
bertandang ke tanah suci
melaknakan umrah dan
ibadah haji
malaikat hendak menceritakan
semua itu kepada halilintar
tapi, halilintar telah hilang
entah ke mana

2011

Sabtu, 03 September 2011

Puisi "SI GILA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

SI GILA

tua bangka itu terlanjur dimengerti sebagai orang gila. pada keningnya seakan terpapar tanda sebagai si gila. ia mengoceh pada sembarang waktu, sembarang tempat. kepada setiap orang ia berkata: "bibirmu menyebut tuhan, mulutmu mengunyah setan".

tadi malam, tua bangka itu bersua gerombolan kaum muda. sontak, ia berucap: "bibirmu menyebut tuhan, mulutmu mengunyah setan". demi mendengar ucap kata itu, gerombolan kaum muda terbahak berderai-derai, hingga menggetarkan dahan dan dedaunan pohon. kini, si gila dirasakan kian gila.

tadi pagi, tua bangka bersua kaum perempuan, bergosip di pinggiran jalan, melanjutkan cerita gosip infotainment. serta-merta dari mulut tua bangka meluncur kata-kata: "bibirmu menyebut tuhan, mulutmu mengunyah setan". kaum perempuan itu tersenyum geli, kini mereka kian dimuktabarkan kabar betapa sempurnanya kegilaan si tua bangka.

tadi siang, si tua bangka berjalan ke arah bukit. ia menghentikan langkah, tatkala menatap para agamawan bersama pejabat saling berjabat tangan. si tua bangka berucap: "bibirmu menyebut tuhan, mulutmu mengunyah setan". seorang agamawan menjawab: "jangan pernah bertakzim pada orang gila". para pejabat menimpali dengan tawa bersukmakan hina pelecehan.

si tua bangka terus melangkah menggapai bukit. belum jua sampai di punggung bukit, ia terperangah menatap hadir seorang lelaki paruh baya. lelaki berwajah bening itu, di tangannya tergenggam lempengan batu tertorehkan tulisan purba tentang hakikat hidup yang ilahiah. si tua bangka pun berkata: "guru, hingga umur setua bangka ini aku masih menyentakkan kesadaran manusia, agar manusia jangan terus terkulai kubangan dusta, hingga kemudian aku dipanggil sebagai si gila".

si tua bangka lalu memeluk sang guru, bersama airmatanya yang tumpah tak tertahankan. airmata yang sudah sangat tua, airmata yang telah tergerus zaman, airmata yang sungguh menua.

2011

Puisi "MONOLOG" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

MONOLOG

jalanan itu menembus hutan bambu. untuk setiap manusia datang pergi berlalu lalang melewati jalanan itu, tiba-tiba serempak terpilin monolog, rumpun bambu berkata-kata:

"Dia selalu memberi kalian cinta, tapi kalian palingkan wajah. tiada batas Dia memberi anugerah, tapi kalian abai melupa. Dia kirim kalian malaikat bersama aroma parfum surga. tapi kalian memilih berkawan setan dalam sketsa dekil busuk neraka. kasihNya melingkupi semesta kehidupan, tapi kalian menampiknya ke comberan"

pada segenap kisaran waktu. dari musim ke musim. dari zaman ke zaman. demikianlah gema monolog rumpun bambu. dan hanya sedikit manusia mampu menggenggam makrifat memahamkan hakikat monolog itu.

2011

Kamis, 01 September 2011

Puisi "KUASA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

KUASA

ada maaf musti diucapkan
kepadaMu bersemayam
di puncak ketinggian tahta
sebab, terlampau pongah
pemilik mahkota duniawi
mengkudeta kuasa hakikiMu
agar sepenuhnya leluasa
permainkan jutaan hati
kaum jelata.

pada kitab keabadian
Engkau berkata tentang
kuasaMu
membolak permainkan balik
hati tiap manusia
tapi kaum fir'aun
sepanjang zaman
berlagak lagu kepongahan
melalui serba sketsa kuasa
membolak balik hati manusia
hingga jutaan jelata
terus merana.

2011

Selasa, 23 Agustus 2011

Puisi "SAMUDERAMU" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

SAMUDERAMU

selembar kertas melayang
tertiup angin musim kemarau
sepasang merpati
menangkap itu kertas
dan lalu membaca setiap
kata dan kalimat:

"sejak awal waktu
hatimu adalah samudera.
aku berlayar
di samudera itu
sambil membawa
sekuntum mawar merah

tapi
hingga menjelang
akhir waktu
engkau masih
tak paham
ihwal hatimu yang
samudera
ihwal aku yang
terus berlayar
di samudera itu"

usai membaca
kata dan kalimat itu
sepasang merpati
saling memandang
meresapi makna keagungan
samudera cinta

jakarta, agustus 2011

Sabtu, 20 Agustus 2011

Puisi "KERAJAAN CINTA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

KERAJAAN CINTA

dalam hati perempuan itu
tertoreh atlas kerajaan cinta.

seperti dimashurkan kisah
dalam embusan angin purba
kerajaan cinta itu tegak bersama
pohon-pohon berbuah anggur
meronakan kelok berliku
sungai-sungai keabadian

menggapai secercah pagi
bersama senandung burung-burung
perempuan itu bersepeda
melintasi jalan menurun mendaki

kian kencang ia bersepeda
rambutnya semakin berkibar-kibar

kini pada keningnya
timbul tenggelam terlukis kerut
dan tergambar jelas di sana
pesona keagungan
kerajaan cinta

wahai engkau perempuan
membubung tinggilah sukmamu
bersama degup kerajaan cinta
dan pada dirimu
terpelihara mahkota rindu

Cilandak, Agustus 2011

Kamis, 18 Agustus 2011

Puisi "GALAKSI" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

GALAKSI

Seandainya kumampu hinggap
Di pucuk-pucuk pohon bambu
Kubangun kerajaan puisi di sana
Bersama senandung lagu
Angin yang semilir

Sepanjang zaman penuh gelisah
Aku bosan melompat-lompat
Dari pohon tauge ke pohon tauge
Saatnya menggapai keagungan
Bersemayam di pucuk-pucuk
Pohon bambu.

"Tapi kutakmampu"
Ucapku pada pohon ilalang
"Tak mampu sekadar melompat
Dari pucuk-pucuk tauge
Menuju pucuk-pucuk bambu"

Pohon-pohon ilalang pun berkata:
"Masih terlampau besar kodrat
Talenta pemberian Tuhan
Cuma seperempat kodrat
Engkau manfaatkan
Memintal memilin kebaikan.
Bahkan engkau mampu berlompatan
Dari galaksi ke galaksi
Tapi engkau lupa, abai, lalai"

Usai mendengar ilalang berkata
Kuurungkan niat bertahta
Di atas pucuk pohon bambu
Kini kumemilih berkelana
Dari galaksi ke galaksi
Bersama rakyat puisi
Ya bersama rakyat puisi.

Ramadhan 2011

Rabu, 17 Agustus 2011

Puisi "KEMERDEKAAN" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

KEMERDEKAAN

Rembulan kusam semalam
Padahal kepada rembulan
Janji kemerdekaan dititipkan
Agar sebuah bangsa
Jangan tertelikung abadi
Dalam kedunguan

Siang ini
Matahari pucat pasi
Padahal kepada matahari
Kemerdekaan sebuah bangsa
Dipatrikan menjadi
Suluh kebudayaan
Agar bangsa itu paham
Segala penjuru mata angin peradaban

Ketika rembulan kusam
Saat matahari pucak pasi
Masih adakan kemerdekaan itu?
Masih adakah?

Hingga upara bendera menebar
Di hamparan Nusantara
Rembulan dan matahari
Belum jua memberi jawaban
Belum

17 Agustus 2011

Selasa, 16 Agustus 2011

Puisi "REMBULAN DALAM PELUKAN" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

REMBULAN DALAM PELUKAN

malam kian berselimut gelap
saat separuh tubuhku masih
bergelantungan di pintu bus kota
jalanan serasa panjang berliku
seperti takdirku dari sejak dahulu
panjang berliku

ada suara terpekik pada
sudut batin terdalam,
menampik segala
kepongahan ruang waktu
melibas kehendak yang diri
tunaikan segenap janji
paripurnakan sekuntum puisi
yang kelopaknya hilang
tertelan sepi

"ayo takdir," ucapku dengan garang
"segerakan aku sampai pada
altar penentuan makna
kertas pena telah lama
menunggu totalitas ikhtiarku
paripurnakan sekuntum puisi"

ternyata, takdir sigap menjawab:
"tataplah langit aras timur,
dari pintu bus kota
saksikan rembulan redup
serupa wajah gadis kala subuh
engkau kenal dia zaman dahulu
saat kalian remaja
itulah sesunguhnya kelopak puisi
yang hilang tertelan sepi"

serupa gelegar cambuk raksasa
bergemuruh di langit malam
takdir telah berkata-kata
aku pun tertegun
menyaksikan rembulan redup
kutatap dia, hingga seluruh diriku
hanyalah roh, hanyalah jiwa
sungguh, itulah kelopak puisi
semula hilang tertelan sepi

kini
dari pintu bus kota itu
rembulan dalam pelukan
diriku
sepenuhnya.

jakarta, ramadhan 2011
malam ke-17

Senin, 15 Agustus 2011

Puisi "LUKA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

LUKA

hanya matahari yang sepenuhnya paham, bahwa antara lukaku dan lukamu, telah sejak lama saling berucap kata. antara lukaku dan lukamu bertahun-tahun telah saling berbagi keluh dan kesah, saling bertutur tentang pedih perih.

pernah suatu ketika aku berkata kepadamu: luka kita melingkupi gunung-gunung, hanya karena perut gunung-gunung itu penuh sesak emas tembaga. pada ketika yang lain engkau berkata: gunung-gunung yang dulu terluka kini tercerabut hingga ke akar-akarnya, hilang menjadi cekungan-cekungan danau yang hadir serupa kelahiran anak-anak haram jadah.

pernah suatu ketika aku berkata kepadamu: luka kita menghampari hutan-hutan, hanya karena segelintir budak kerakusan bersenggama kuasa dengan pejabat-pejabat negara nan culas yang tak pernah khatam mencerna setiap jengkal makna kemakmuran bumi. pada ketika yang lain engkau berkata: hutan-hutan menjerit merintih oleh bara api yang sengaja disulutkan oleh tangan-tangan kasar angkara murka.

pernah suatu ketika aku berkata kepadamu: luka kita membahana di kedalaman samudera biru, sebab ikan-ikan kebingungan dalam perangkap jala nelayan asing. pada ketika yang lain engkau berkata: ikan-ikan telah memberi kesaksian tentang sepak terjang para pejabat terbahak mengipas-ngipaskan uang dollar lalu membiarkan gerombolan demi gerombolan nelayan asing datang silih berganti.

antara lukaku dan lukamu, sungguh, telah sejak lama bertukar ucap dan kata-kata. biarlah matahari saja tahu dan paham luka kita. rembulan, planet dan bintang-bintang, tak perlu paham bahwa lukaku dan lukamu adalah perih di atas perih. esok lusa kita mulai perjalanan antar-galaksi, berburu hakikat menjelajahi rembulan, planet dan bintang-bintang, terbebaskan dari bilur-bilur luka antara diriku dan dirimu.

medio agustus 2011

Catatan Kebudayaan | Nomor 5, Tahun 2011 | "Antara Ideologi dan Teknokrasi"

ANTARA IDEOLOGI DAN TEKNOKRASI

Oleh
Anwari WMK

Tanpa upaya saksama melandaskan diri pada ideologi dan teknokrasi, maka politik akan kian kehilangan makna menjawab problema besar kebangsaan abad 21. Sejalan dengan kuatnya harapan agar demokrasi berfungsi maksimal sebagai fundamen terciptanya kesejahteraan rakyat, politik justru harus memasuki fase reideologisasi. Sebab dengan ideologi, terbentuk Weltanschauung bagaimana masalah-masalah kebangsaan dimengerti hingga ke akar-akarnya. Dan melalui teknokrasi, berbagai preskripsi bercorak knowledge-based lebih mudah dirumuskan sebagai kerangka solusi mengatasi tantangan multidimensi.

Terhitung sejak munculnya karya Henry Aiken (1956), Morton White (1956), dan Daniel Bell (1960), memang tecetus satu kesimpulan umum berkenaan dengan berakhirnya ideologi. Sejak saat itu, para pemikir politik mulai melihat adanya dua model analisis. Pertama, "analisis ideologis", yang dikonklusikan sebagai sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan politik kontemporer. Kedua, "analisis rasional" dalam konteks teknokrasi yang diasumsikan relevan dengan realitas politik mutakhir.

Seperti kemudian tak dapat dielakkan, perpolitikan dijalankan dengan berpijak pada asumsi the end of ideology. Agenda-agenda politik sedemikian rupa steril dari perjuangan ke arah terwujudnya cita-cita yang bersifat ideologis. Politik, dalam kaitan makna dengan modernisasi, dikelola semata mengacu pada pandangan yang bersifat pragmatis. The end of ideology lalu dirayakan sebagai momentum punahnya gagasan-gagasan besar dalam bidang politik.

Tetapi manakala disimak secara saksama, the end of ideology di negara-negara industri maju tidak muncul dalam ruang vakum. Dibutuhkan prasyarat-prasyarat spesifik yang memungkinkan sistem politik bergulir memasuki fase the end of ideology. Prasyarat dimaksud adalah kematangan teknokrasi yang sungguh-sungguh mewarnai dinamika sosial dan ekonomi. Melalui orde teknokratis yang telah matang itulah maka pergeseran pendulum lebih dimungkinkan mampu menggantikan analisis ideologis dengan analisis rasional.

Sementara itu, persoalan besar yang mengemuka di negara-negara berkembang tercermin pada pertanyaan: Seberapa tinggi sesungguhnya derajat teknokrasi yang inherent dalam dinamika sosial dan ekonomi? Apa implikasi yang akan timbul sebagai persoalan jika ternyata the end of ideology bergulir dalam sebuah situasi yang diwarnai oleh ketidakmatangan teknokrasi?

Indonesia merupakan contoh negara berkembang, di mana politik tanpa ideologi menemukan aksentuasinya secara gegap gempita. Tetapi dalam waktu bersamaan, teknokrasi belum mendapatkan tempat semestinya dalam pelataran sosial dan ekonomi. Aneh bin ajaib, politik tanpa ideologi lalu beriring sejalan dengan ketiadaan teknokrasi. Sebagai akibatnya, pragmatisme politik pada ranah kekuasaan tak dapat diimbangi oleh kedigdayaan teknokrasi.

Tak pelak lagi, Indonesia kini negara demokratis yang ditandai oleh kegagalan menciptakan kesejahteraan rakyat. Kegagalan ini bermula dari tata kelola politik tanpa ideologi dan realitas sosial ekonomi tanpa teknokrasi. Keluh kesah yang kian meluas kini: ketiadaan ideologi mengondisikan partai-partai politik tanpa kejelasan diferensiasi satu sama lain. Bersamaan dengan tak adanya teknokrasi, partai-partai politik menyongsong pelataran masa depan bangsa ini dengan membawa serta kepentingan-kepentingan super pragmatis.

Dalam dialektika demokrasi kini, Indonesia membutuhkan ideologi dan teknokrasi. Ideologi dibutuhkan sebagai landasan pijak menjawab tantangan globalisme berhadapan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Teknokrasi dibutuhkan, agar sepenuhnya tercipta kapasitas inovasi dan solusi masalah secara knowledge-based. Ideologi yang bersenyawa dengan teknokrasi itulah sesungguhnya opsi logis untuk keperluan mengawal demokrasi agar sepenuhnya mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Bertitik tolak dari kompleksitas yang tak terelakkan oleh adanya heterogenitas sosio-kultural, rekayasa politik di Indonesia tak mungkin menduplikasi pola yang berjalan di negara-negara maju, yaitu menggeser analis ideologis dengan analisis rasional. Dalam setting Indonesia, distingsi antara analisis ideologis dan analisis rasional tidaklah bersifat arbitrer. Keduanya sama-sama dibutuhkan agar demokrasi sepenuhnya mampu berfungsi sebagai landasan pijak bagi terciptanya kesejahteraan rakyat. Ketidakbermaknaan demokrasi kini mutlak diatasi oleh politik yang berpijak pada ideologi dan sekaligus bertakzim pada teknokrasi.[]

Sabtu, 13 Agustus 2011

Puisi "PRIMITIF" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

PRIMITIF

hingga menjelang tengah malam, bocah itu sendiri semampu bisa menuntaskan pekerjaan rumah, saat hujan deras runtuh di halaman, saat orang-orang tua terbelenggu panggilan purba untuk tidur dengan segera. bocah itu masih teringat nasehat ibu guru, agar jangan keliru merangkai definisi ihwal satu kata musti dipahamkan hakikatnya: primitif.

bocah itu lalu membuka kamus, dan lantas menemukan kata primitif serta mencoba memahamkan maknanya: keadaan sangat sederhana, belum maju, kuno, terkebelakang, biadab. ia pun teringat film zaman purba, hidup bersama puspa rupa primitif, manusia memangsa sesamanya. kini ia tersenyum, sebab sudah telah menemukan jawab untuk sebuah pertanyaan dari ibu guru.

tapi sontak, jiwa batin bocah itu bergemuruh tanya. di televisi orang-orang baru saja berdebat membincangkan partai politik sarang korupsi, dan lalu bersepakat pada kesimpulan: para tokoh partai politik adalah segerombolan manusia primitif, bengis teramat bengis. sungguh, bocah itu terperangah demi menatap mendengar perdebatan di televisi. ia mulai ragu pada makna kata primitif seperti tertera dalam kamus.

hingga kemudian terlelap dalam tidur, jiwa batin bocah itu masih dilanda gemuruh tanya penuh muskil: mengapa nanusia-manusia primitif datang bergerombol dan memenuhi setiap sudut, setiap pojokan, setiap ruangan, dalam partai politik.

ramadhan 2011

Senin, 08 Agustus 2011

Puisi "KESAKSIAN" | Karya Anwari WMKWMK

Puisi Karya
Anwari WMK

KESAKSIAN

sejak beribu tahun lampau ruhku telah diajarkan angin musim memahami makrifat ihwal Engkau bersemayam pada segenap relung hati manusia. sebab, Engkau memang dekat, dekat dan teramat dekat dengan seluruh getar-gemetar batin manusia. pada setiap diri manusia berjasad fana terbentang hamparan luas di hatinya untuk Engkau bertahta dengan membawa serta suara-suara keabadian.

tapi aku pun musti memberi kesaksian: tentang Engkau dalam hati manusia, tersia-siakan oleh barisan kehendak daif termabukan oleh tarian sahwat yang ganjil. dulu angin musim memintaku, agar aku menuliskan seluruh kesaksian itu dalam berjuta lembar kertas, betapa sesungguhnya naif nanusia. aku menolak permintaan angin musim, sebab sendiri aku takkan mampu memahamkan manusia dengan segenap kerlap-kerlip kepelikannya. bukankah aku juga daif dalam sapuan warna manusia?

pada malam ramadhan bersama rembulan separuh sempurna, angin musim kembali memintaku menorehkan kesaksian demi kesaksian. aku tak mampu menyanggupinya, meski jari-jemariku sontak menggenggam pena bergerak liar di semesta hamparan kertas menorehkan segala ihwal mengapa manusia melawan hatinya sendiri dan lalu meninggalkan Engkau dan manusia pun berputar-putar dalam labirin kebingungan tak berbatas.

angin musim pun lantas berkata: "selamat datang di relung-relung kesaksian, semoga setiap kata tertorehkan bersama cahaya memancar dari kitab keabadian".

jakarta, ramadhan 2011

Kamis, 04 Agustus 2011

Puisi "KATA-KATA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

KATA-KATA

Kata-kata profetik
lahir dari
rahim puasa hakiki.
Puasa di atas puasa,
puasa melampaui puasa.

Maka,
kata-kata profetik,
terus menyemburat
lazuardi makna,
di sepanjang bulan,
hingga Ramadhan
kembali datang
bersama senandung cinta
burung-burung dara

Tapi sayang,
kata-kata profetik,
tak pernah hinggap
di pelataran luas
kesadaran membuncah
kaum politisi.
Tak pernah.
Tak.
Tak.
Tak.

Ramadhan 2011

Sabtu, 30 Juli 2011

Puisi "LANGIT RAMADHAN" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

LANGIT RAMADHAN

Di bawah naungan
Langit malam
Ia bersenandung ihwal
Menggait bintang
Jatuhlah rembulan
Penggaitnya janur kuning

Sembari menatap
Langit malam
Bertabur bintang
Ia tersenyum dan lantas
Berkata-kata:

"Wahai langit malam
Kembali kunyanyikan lagu
Menggait bintang
Jatuhlah rembulan.
Lagu masa kecilku
Bersama ibu
Di kampung halaman
Nan permai.
Saat hendak bersua
Ramadhan
Lagu itu
Dulu kunyanyikan"

Di bawah langit megapolitan
Ia lalu menerawang
Betapa damai
Kampung halamannya itu
Sebab,
Setiap orang berbagi
Ceria dan senyuman
Demi menyambut
Ramadhan datang

Ia pun kembali
Bersenandung:

"Menggait bintang
Jatuhlah rembulan
Penggaitnya janur kuning
Kekasih hilang makin jauh
Jauhnya ke alun-alun.
Menggait bintang
Jatuhlah rembulan
Penggaitnya janur kuning"

2011

Rabu, 27 Juli 2011

Puisi "TAKDIR CINTA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

TAKDIR CINTA

Suatu waktu pada
Pertengahan tahun 60-an
Terhadap Heldy Djafar
Soekarno berkata:

"Dik, kau tahu,
kau tidak pernah
mencari aku.
Aku juga
tidak mencari kau.
Tapi Allah sudah
mempertemukan kita."

Perempuan belia
Usia 18 tahun itu
Lantas diperisteri
Soekarno
Dengan romansa cinta
Tiada tara
Bahkan ia isteri terakhir
Soekarno
Tatkala politik
Dalam gengam jemari
Soekarno
Tersuruk kuasa senjakala
Hingga segenap
Perjalanan sejarah
Soekarno
Berakhir di tonggak
Kematian

Tapi hingga kini
Heldy Djafar
Masih menyimpan
Memori keindahan cinta
Bersama Soekarno

Oh takdir cinta
Oh takdir cinta

2011

Selasa, 26 Juli 2011

Puisi "NUBUAH" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

NUBUAH

Di hadapan seorang bocah
Kakek itu membaca puisi
Tentang Tuhan maha pengasih
Hingga kemudian tertitah takdir
Mencipta alam dan manusia

Bocah itu tersenyum
Dan lantas berucap kata:
"Kakek, aku sekarang paham
Keindahan puisi"

Dengan sorot mata berbinar
Sang kakek pun menjawab:
"Kelak saat zaman penuh muskil
Engkau bekerja serupa penyair
Menyapa jiwa-jiwa insan
Melalui keindahan kata-kata"

Empat puluh tahun kemudian
Bocah itu berdiri di tubir pusara
Membaca sekerat puisi:

"Kakek, engkau telah bernubuah
Tentang diriku bergumul zaman
Bersama tangan yang
Terus gemetar
Menulis berbait-bait puisi.
Kakek, akan terus kupahat puisi
Sebagai monumen cinta
Kepada semesta kehidupan
Terus akan kupahat puisi
Hingga terpancar semburat
Selaksa keindahan makna"

Belum jua tuntas bersyair
Pemahat puisi itu
Tumpah airmatanya
Membasahi hamparan pusara
Sang kakek tercinta
Terbaring abadi dalam damai

Kini,
Kelopak-kelopak bunga cempaka
Di pekuburan itu
Telah sepenuhnya paham
Betapa sang pemahat puisi
Sudah berjalan jauh
Menerobos belantara kata-kata
Persis seperti,
Nubuah kakeknya.

Jelang Ramadhan 2011

Minggu, 24 Juli 2011

Puisi "SELENDANG SUTERA" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

SELENDANG SUTERA

Kemarin lalu
Pohon-pohon masih
Memberi salam
Kepada perempuan
Berselendang sutera
Saat gegas berburu waktu
Melintasi bayang barisan pohon

Dan di antara barisan pohon
Menggelantung catatan
Ihwal aroma parfum
Perempuan berselendang sutera
"Parfum itu datang dari surga,"
Ucap sebatang pohon
"Parfum itu hadiah dari
Para bidadari,"
Kata pohon yang lain

Tapi mulai ini hari
Perempuan itu takkan lagi
Melintasi jalanan membentang
Di bawah naungan
Bayangan pohon

Seperti kata burung nuri
Perempuan itu sendiri
Telah berubah wujud
Menjadi bidadari
Tak lagi menjejak bumi
Terbang di antara pelangi
Saat mentari merajut perjumpan
Bersama jutaan titik
Air hujan

Tapi perempuan itu masih
Berselendang sutera
Sebab seperti kata burung nuri
Selendang sutera itu pemberian
Seorang pujangga
Tiada henti menyulam
Kalimat dan kata-kata
Tersebab perempuan itu

Wahai bidadari berselendang
Sutera
Abadilah engkau sebagai
Cahaya ilham sang pujangga
Abadilah. Abadilah.

Jakarta, Juli 2011

Sabtu, 23 Juli 2011

Catatan Kebudayaan | Nomor 4, Tahun 2011 | "Personalitas Politik Anas Urbaningrum"

PERSONALITAS POLITIK ANAS URBANINGRUM

Oleh
Anwari WMK

Pada akhirnya, personalitas politik Anas Urbaningrum tercoreng-moreng. Sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, personalitas politik Anas sudah demikian remuk redam, kehilangan bentuk. Adalah mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M. Nazaruddin yang membuat personalitas politik Anas tercoreng-moreng. Sehingga, episode selanjutnya dari keberadaan Anas di belantika politik nasional ikut ditentukan oleh penyingkapan Nazaruddin terhadap sisi buruk Anas dalam hubungannya dengan Partai Demokrat.

Jauh sebelum mencuat kisruh dalam tubuh Partai Demokrat, Anas dikenal sebagai politikus muda yang santun. Terekspresikan dengan sangat jelas, ia bukan tipikal aktor politik dengan tendensi bicara meledak-ledak. Ia tampak rapi berucap kata saat berargumentasi di ruang publik. Anas bahkan terkesan dingin saat merespons secara verbal persoalan-persoalan politik di tingkat nasional.

Personalitas politik yang tergambarkan sedemikian rupa piawai itu, kini justru bergeser menuju pendulum yang buruk. Melalui wawancara di Metro TV pada 19 Juli 2011 Nazaruddin berbicara tentang posisi Anas sebagai otak besar di balik seluruh kisruh yang terjadi dalam tubuh Partai Demokrat kini. Anas dieksplisitkan sebagai perancang skenario agar rantai korupsi yang melibatkan elite-elite Partai Demokrat berhenti cukup di Nazaruddin saja pengusutannya. Atas dasar skenario itu pula Anas meminta Nazaruddin menyingkir sementara waktu ke luar negeri hingga tiga tahun kemudian, saat publik mulai melupakannya.

Dentuman kata-kata yang dikemukakan Nazarudin melalui wawancara Metro TV itu, bisa dengan sangat mudah dibantah oleh pihak Anas. Tetapi sulit dielakkan, bahwa setiap ucap kata yang menghablur ke ruang publik memiliki arkeologinya tersendiri. Apalagi, jika ucap kata yang menghablur ke ruang publik itu dicermati banyak orang dan dikomentari kalangan pengamat. Personalitas politik sang Ketua Umum Partai Demokrat sungguh coreng-moreng karenanya.

Kisruh dalam tubuh Partai Demokrat sejauh ini terkait erat dengan posisi Nazaruddin sebagai tersangka dalam kasus korupsi pembangunan wisma atlet SEA Games XXVI di Palembang. Nazaruddin lalu membeberkan posisi sejumlah elite Partai Demokrat yang turut kecipratan korupsi proyek tersebut. Dan sebagaimana kemudian mencuat di media massa, elite-elite Partai Demokrat menyangkal fakta korupsi yang dibeberkan Nazaruddin itu. Masalahnya, pernyataan dan penyangkalan secara telak meruntuhnya citra Partai Demokrat.

Sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, sesungguhnya Anas kini berada dalam satu titik pertaruhan yang tak sederhana. Seperti umumnya elite Partai Demokrat, ia bisa menggunakan segala macam argumentasi penyangkalan terhadap semua cerita buruk versi Nazaruddin. Tetapi berbeda dari elite Partai Demokrat yang lain, Anas kini tengah tercabik integritas pribadinya. Nazaruddin justru mengonfirmasi, bahwa Anas pun merupakan sosok politikus yang turut pula berlepotan suap dan korupsi.

Ketika pada 2010 memenangi pertarungan merebut posisi Ketua Umum dalam konggres Partai Demokrat di Bandung, Anas ditengarai sebagai tokoh muda fenomenal. Kegagalan tokoh-tokoh muda sebelumnya mencalonkan diri sebagai presiden (Rizal Malarangeng), merebut pucuk kepemimpinan Golkar (Yuddy Chrisnandi), merebut pucuk kepemimpinan NU (Ulil Abshar-Abdalla), telah mencetuskan pesimisme terhadap posisi kaum muda dalam kancah kepemimpinan nasional pasca-Orde Baru.

Melalui kemenangannya merebut posisi Ketua Umum Partai Demokrat, tak pelak lagi, Anas dipersepsi banyak orang sebagai figur yang mampu membuka lanskap kepemimpinan politik kaum muda pada kurun waktu pasca-Orde Baru. Anas lalu tampil sebagai ikon berkenaan dengan adanya bobot tertentu kaum muda untuk turut serta mengendalikan kepempimpinan, bahkan kepemimpinan partai politik terbesar hasil Pemilu 2009. Maka, Anas mengukuhkan sebuah personalitas politik yang sepenuhnya mengekspresikan relevansi kehadiran kaum muda dalam kepemimpinan politik kontemporer di Indonesia.

Tetapi bombardir kata-kata M. Nazaruddin di media massa telah memporak-poranda personalitas Anas Urbaningrum. Bersuara dari negara lain melalui medium komunikasi dan penyiaran, Nazaruddin membeberkan ke hadapan publik Indonesia sisi kelam personalitas Anas Urbaningrum. Dalam diri seorang Anas ternyata tidak termaktub otentisitas kejujuran melalui purifikasi diri dari dana-dana suap dan korupsi. Ucap kata penuh sopan santun, bukanlah refleksi sesungguhnya terbebaskannya Anas Urbaningrum dari dana-dana haram hasil suap dan korupsi.

Apa lalu yang penting digarisbawahi dari sosok Anas Urbaningrum yang ternyata tidak steril dari dana-dana suap dan korupsi? Bagaimana pula memahami pembeberan fakta oleh Nazaruddin bahwa Anas menggelontorkan uang hingga US$ 20 juta [dari hasil suap dan korupsi] untuk menguasai tampuk kepemimpinan Partai Demokrat?

Diakui atau tidak, kaum muda masih tergagap-gagap saat diharapkan mampu mengonstruksi suatu model kepemimpinan politik yang sepenuhnya steril dari suap dan korupsi. Dengan personalitas politiknya yang semula tampak anggun, Anas Urbaningrum toh sama saja dengan para seniornya pada kancah kepemimpinan politik nasional. Anas tidak cukup berkarakter untuk sungguh-sungguh meneguhkan dirinya sebagai pemimpin politik yang bukan saja muncul dari keharibaan kaum muda, tapi sekaligus bebas suap dan korupsi.

Tak pelak lagi, personalitas politik semacam ini justru kian mengentalkan pesimisme publik terhadap makna kepemimpinan kaum muda dalam kancah politik Indonesia kontemporer untuk sepenuhnya mengamputasi karma suap dan korupsi. Memang, masih terbersit harap di benak publik agar segera hadir pemimpin politik yang sungguh-sungguh jujur dan berintegritas dari kalangan kaum muda. Tapi sang pemimpin yang didamba itu, belum tersedia untuk saat ini. Belum.[]

Artikel ini dimuat di harian Media Indonesia, 22 Juli 2011, hlm. 26.

Selasa, 19 Juli 2011

Puisi "DURI MAWAR MERAH" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

DURI MAWAR MERAH

Seorang lelaki terkapar
setelah tertusuk duri
bunga mawar merah
pada suatu senja
yang jingga
saat tanah
rekah menganga
terlumatkan musim
sepenuhnya kemarau

Kawanan elang
terbang rendah
demi menatap
duka bergemuruh
pada batin
lelaki tertusuk
duri mawar merah.

Dan inilah kesaksian
kawanan elang:

Bunga mawar itu,
ternyata,
prasasti untuk
keabadian cinta
bunga mawar itu,
ternyata,
ditanam oleh
seorang Putri Kedaton.

Ooh Tuan Putri,
lelaki itu terkapar
menetes darah
terancap nyeri,
tergores perih

Ooh .......

Juli 2011

Senin, 18 Juli 2011

Ciganjur School for Philosophy | Anotasi, 19 Juli 2011

CIGANJUR SCHOOL FOR PHILOSOPHY
Anotasi, Selasa, 19 Juli 2011

DEMOKRASI TANPA SUKMA KERAKYATAN
>>> Keuangan Negara Terbebani - Banyak Lembaga Tidak Efektif (Kompas, 19 Juli 2011: 1 & 15).
>>> Perimbangan Keuangan - Daerah Cenderung Memperbesar Belanja Pegawai (Kompas, 19 Juli 2011: 19).
>>> Pembahasan Berlanjut - Pemerintah Memilih Membahas RUU BPJS dengan Cermat (Kompas, 19 Juli 2011: 17).
>>> RUU Rumah Susun - Badan Pelaksana Rumah Susun Buntu (Kompas, 19 Juli 2011: 28).

MENYOAL POLITIK ENERGI
>>> Kebijakan - Antrean Masih Tetap Berlanjut (Kompas, 19 Juli 2011: 1 & 15).
>>> Distribusi - Antrean BBM, Rugi Waktu Rugi Harta (Kompas, 19 Juli 2011: 1 & 15).

TATA KELOLA TAMAN NASIONAL
>>> Taman Nasional - Pagar Berlistrik Berpotensi Memicu Masalah Baru (Kompas, 19 Juli 2011: 1).
>>> Taman Nasional Ujung Kulon - Zona Inti Sudah Diubah (Kompas, 19 Juli 2011: 13).

BASIS DAYA SAING BANGSA
>>> Tanamkan Toleransi Sejak Dini - Ajak Siswa untuk Berperilaku Adil dan Menghormati Sesama Anak (Kompas, 19 Juli 2011: 2).
>>> Riset - 22 Program Utama untuk Tingkatkan Daya Saing (Kompas, 19 Juli 2011: 12).
Pelatihan - Berdayakan Pemuda Jadi Teknopreneur (Kompas, 19 Juli 2011: 12).

PERUSAHAAN ASING DAN KEMAKMURAN RAKYAT
>>> Prioritaskan Soal Pajak - KPK Desak Direktorat Jenderal Pajak Menagih (Kompas, 19 Juli 2011: 19).

GURU TANPA KOMPETENSI
>>> Tajuk Rencana - Benahi Birokrasi Pendidikan (Kompas, 19 Juli 2011: 6).
>>> 873.650 Guru Tak Cocok - Tempatkan Guru Sesuai Kebutuhan (Kompas, 19 Juli 2011: 12).

REFORMASI TANPA FILOSOFI
>>> Tajuk Rencana - Reformasi Mesir Tak Menentu (Kompas, 19 Juli 2011: 7).

ILUSI KOMUNITAS ASEAN
>>> Komunitas ASEAN - Indonesia Bisa Kembali Berperan (Kompas, 19 Juli 2011: 9).

KEPAHLAWANAN ABAD XXI
>>> Pahlawan Kemerdekaan Myanmar - Pemerintah Mengenang Aung San (Kompas, 19 Juli 2011: 11).

PUASA DAN LONJAKAN HARGA
>>> Harga Bahan Pokok Mulai Naik - Ptesiden Minta Dilakukan Operasi Pasar (Kompas, 19 Juli 2011: 15).

POLITIK KETAHANAN PANGAN
>>> Pergulaan - Program Swasembada Gula Terkendala Lahan (Kompas, 19 Juli 2011: 18).
>>> Waspadai Pabrik Gula - Soekarwo: Bangun Kebun Terlebih Dahulu Baru Pabrik (Kompas, 19 Juli 2011: 21).

KEDAULATAN PUBLIK PENUMPANG
>>> Menhub: Ambil Harga Tengah - Tiket Mudik KA H-5 Sudah Habis, Cegah Percaloan Perlu Cek Nama di Tiket (Kompas, 19 Juli 2011: 26).

MORALITAS INFRASTRUKTUR
>>> Infrastruktur - Jalur Pantura Minim Lampu Penerangan Jalan (Kompas, 19 Juli 2011: 21).
>>> Pemerintah Bisa Digugat - Dinas Teknis Bisa Dipidana karena Lalai Memperbaiki Jalan (Kompas, 19 Juli 2011: 27).

Jakarta, 19 Juli 2011

Anwari WMK

Minggu, 17 Juli 2011

Puisi "GELAP" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

GELAP

Setiap gelap datang
Bersama perkasa kekaisaran malam
Lelaki itu pejamkan mata
Dan lalu lelap
Hingga binatang-binatang malam
Gagal membangunkannya

Dalam tidur itu
Ia merengkuh damai
Berjalan menelusuri taman
Menggandeng tangan bidadari
Terjelma dari gadis kecil
Ia kenal sejak remaja

Dalam tidur itu
Ia sepenuhnya hidup
Sesungguhnya hidup

Hanya saat gelap terusir terang
Ia membuka mata
Dan lalu memandang
Segala rupa dunia
Dengan keindahan makna
Hingga setiap pohon ia tanam
Berbuah sajak dan puisi

Juli 2011

Catatan Kebudayaan | Nomor 3, Tahun 2011 | "Universitas Neoliberalistik"

UNIVERSITAS NEOLIBERALISTIK

Oleh
Anwari WMK

Di lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM) muncul nomenklatur berkenaan dengan tanggung jawab finansial kalangan mahasiswa baru. Nomenklatur dimaksud adalah "Sumbangan Pengembangan Potensi Akademik". Dengan nomenklatur semacam ini seakan muncul hal positif. Bahwa setiap mahasiswa diperlakukan memiliki potensi akademik. UGM sebagai institusi pendidikan tinggi lalu mengemban tugas mengukuhkan potensi akademik tersebut melaui beragam proses perkuliahan. Sehingga setiap mahasiswa diskenariokan sedemikian rupa tertransformasi menjadi sosok mumpuni sesuai dengan disiplin ilmu yang dipilih. Atas dasar itu, UGM mendapatkan pembayaran dari kalangan mahasiswa baru. Inilah sebuah model pembayaran yang manakala ditilik sepintas lalu tampak elegan.

Tetapi manakala dicermati dengan sungguh-sungguh, UGM sebenarnya tengah merajut suatu model relasi bercorak neoliberalistik. Publik dalam maknanya sebagai mahasiswa baru dikondisikan menjadi tumbal pengorbanan yang tak terelakkan dari terbentuknya relasi berorientasi neoliberalistik. Atas dasar itu pula, UGM pun turut bermetamorfosis menjadi universitas negeri yang komersialistik. Mahasiswa baru ilmu-ilmu sosial, misalnya, dikenakan kewajiban membayar Sumbangan Pengembangan Potensi Akademik sebesar Rp 20.000.000 hingga Rp 50.000.000. Bahkan, Sumbangan Pengembangan Potensi Akademik untuk mahasiswa baru kedokteran, hingga berada pada kisaran Rp 100.000.000 (Tempo Interaktif, 15 Juli 2011).

Memang, dibandingkan Universitas Indonesia (UI) atau Universitas Diponegoro (Undip), UGM tidak terlampau mahal menetapkan Sumbangan Pengembangan Potensi Akademik. Mahasiswa baru Fakultas Kedokteran di UI diharuskan membayar hingga di atas Rp 500.000.000. Sementara, mahasiswa baru kedokteran di Undip membayar hingga Rp 300.000.0000. Dengan demikian, semuanya menetapkan volume pembayaran jauh melampaui ketetapan yang diberlakukan UGM. Tetapi UGM merupakan referensi untuk melihat gradasi atau derajat kemerosotan universitas-universitas negeri ke dalam kubangan neoliberalistik. Jika UGM saja telah terperosok ke dalam kubangan neoliberalistik, apatah lagi universitas negeri terkemuka lainnya.

Orientasi neoliberalistik yang dimaksudkan dalam tulisan ini berhubungan erat dengan dua dimensi penting, yaitu modal kultural dan modal sosial yang melekat pada totalitas eksistensi universitas-universitas negeri. Modal kultural adalah seluruh potensi intelektual yang inherent ke dalam orang per orang kalangan mahasiswa diri berbagai macam latar belakang. Sedangkankan modal sosial adalah segenap pengalaman universitas negeri dalam hal memperkuat cadangan ilmu. Baik pengembangan modal kultural maupun pengembangan modal sosial mempersyaratkan diberlakukannya pendekatan-pendekatan humanistik yang steril dari desakan-desakan komersialistik. Manifestasi paling kongkret dari pendekatan humanistik itu ialah masyarakat memikul biaya rendah saat mengenyam pendidikan di universitas-universitas negeri.

Orientasi neoliberalistik yang kini bergulir kencang di universitas-universitas negeri memunculkan banyak persoalan.

Pertama, terjadi keruntuhan modal kultural di universitas-universitas negeri oleh tak terakomodasinya anak-anak pandai dari kalangan keluarga miskin. Padahal, anak-anak pandai dari kalangan keluarga miskin telah meninggalkan jejak elan vital kerja keras berkenaan dengan proses penguasaan ilmu. Cadangan ilmu yang makin akumulatif di universitas-universitas negeri selama ini tak dapat dilepaskan dari "arkeologi" kerja keras mahasiswa-mahasiswa miskin dalam pergumulan menguasai ilmu. Jika ternyata semakin berorientasi neoliberalistik, maka universitas-universitas negeri akan kehilangan modal kulturalnya.

Kedua, orientasi neoliberalistik hanya menjadikan universitas-universitas negeri komersialistik dalam pengertiaannya yang absurd. Sebab, sepenuhnya terobsesi meraih uang dalam jumlah besar dari kalangan mahasiswa berlandaskan model pengerukan profit seperti halnya korporasi-korporasi bisnis. Pada akhirnya, universitas-universitas negeri bergeser menjadi semacam trading house yang mengetalasekan puspa ragam ilmu pengetahuan untuk sekadar diperjual belikan layaknya komoditas. Univetsitas-universitas negeri lalu menjadi supermarket yang memperdagangkan segala macam ilmu.

Ketiga, substansi keilmuan yang tercakup dalam proses pembelajaran di universitas-universitas negeri kehilangan misi profetiknya dan punah dimensi otentisitasnya. Mengingat telah diturunkan derajatnya sekadar menjadi komoditas, maka ilmu pengetahuan kehilangan sukma emansipatorisnya. Ilmu pengetahuan lalu berhenti sebagai pedagogi untuk mendorong manusia menghargai manusia lain justru agar tercipta kebebasan dan kebahagiaan hakiki. Lantaran sedemikian jauh diberlakukan sebagai komoditas, maka ilmu pengetahuan bermetamorfosis menjadi alat pemukul bagi seseorang untuk meluluhlantakkan orang lain. Ilmu pengetahuan berubah menjadi killing machine.

Keempat, orientasi neoliberalistik menjerumuskan universitas negeri ke dalam titik nadir relasi dengan elemen-elemen kaum marginal pada bangsa ini. Bukan saja kian menjauh dari jangkauan kaum marginal, lebih dari itu universitas negeri kian teralienasi dari segenap spektrum yang melingkupi keberadaan kaum marginal. Melalui pelaksanaan tanggung jawab kemanusiaan, universitas negeri semestinya berfungsi sebagai wahana pemberdayaan untuk tujuan pokok mengikis segenap keadaan agar tak tercipta kelas sosial marginal. Ternyata, universitas negeri abai terhadap situasi pencetus terciptanya kaum marginal. Seakan abadi dalam nestapa, kaum marginal terus berada dalam situasi tanpa peluang mendapatkan akses masuk universitas negeri.

Masihkah akan terus berasyik masuk dengan orientasi neoliberalistik? Silahkan saja kalau memang itu opsinya. Tetapi, jika opsi tersebut yang dipilih maka penguatan struktur finansial universitas negeri semakin tak bersentuhan dengan kegiatan penelitian yang begitu terbuka dikerjasamakan dengan masyarakat industri. Ekonomi pendidikan dalam konteks universitas negeri lalu semakin menjauh dari peluang terbentuknya research university.[]

Jumat, 15 Juli 2011

Puisi "PURNAMA DATANG" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

PURNAMA DATANG

Bila purnama datang
Cahayanya kian menyingkap
Betapa puisi-puisi tertanam
Di halaman
Sungguh meneteskan airmata

Dulu
Saat perempuan bergaun
Putih-coklat
Bertanam puisi di halaman
Ia meminta semua puisi
Agar tumbuh bermekaran
Tanpa tetes airmata

Ternyata,
Bila purnama datang
Tersingkap disangatkan jelas
Puisi-puisi itu meneteskan
Airmata
Tanpa henti
Tanpa jedah

Pernah di suatu purnama
Seekor kelinci bertanya:
"Mengapa puisi mekar di halaman
Musti harus
Meneteskan airmata?"

Puisi-puisi lalu menjawab:
"Aku tak menangisi diriku sendiri
Aku menangisi perempuan
Bergaun putih-coklat.
Sebab ia sabar
Merawat rindu kepada lelaki
Sementara lelaki itu
Pemilik segenap puisi
Tiada pernah ia miliki"

Kelinci kini terpana
Tiada sadar
Turut pula meneteskan
Airmata

Surabaya, 16 Juli 2011

Puisi "SEKERAT DEMI SEKERAT" | Karya Anwari WMK

Puisi Karya
Anwari WMK

SEKERAT DEMI SEKERAT

Seekor burung terbang di atas
Bentangan sepotong Nusantara
Berteman hening sepi
Senandungkan lagu syukur

Pura dan dedaunan pohon
Bertukar senyum bersama burung
Dan di kejauhan sana
Langit masih mesra
Menciumi lautan

Lalu seekor kepiting di pantai
Berbagi kisah tentang
Malam-malam panjang
Bersama mimpi-mimpi buruk
Tentang Nusantara punah
Sekerat demi sekerat

Esok atau lusa
Burung itu masih akan
Terbang di atas bentangan
Sepotong Nusantara
Tapi bersama jiwa gundah
Membayang Nusantara punah
Sekerat demi sekerat

Sekerat demi sekerat

Jakarta, Juli 2011

Rabu, 13 Juli 2011

Catatan Kebudayaan | Nomor 2, Tahun 2011 | "Dekadensi Pemerintahan"

DEKADENSI PEMERINTAHAN

Oleh
Anwari WMK

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi (13 Juli 2011) mengakui adanya suatu fakta yang secara kasat mata menggambarkan terjadinya dekadensi pemerintahan di Indonesia. Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di 116 kabupaten/kota, belanja aparaturnya mencapai lebih 60%. Dengan demikian berarti, beban pengeluaran APBD untuk membayar aparatur daerah berada dalam outstanding lebih besar dibandingkan dengan anggaran pembangunan. Sebagai elemen penyerap anggaran, aparatur pemerintahan di daerah mengambil porsi paling besar dari APBD.

Konsekuensi logis yang secara langsung dirasakan sebagai problema ekonomi politik ialah tidak signifikannya APBD berperan sebagai instrumen terciptanya kesejahteraan rakyat. APBD malah hanya memperbesar pundi-pundi aparatur pemerintahan daerah. Kehendak untuk membebaskan rakyat dari belenggu kemiskinan berlandaskan kerangka kerja sistem fiskal lalu tak dapat disandarkan pada APBD. Bahkan APBD merupakan wujud kongkret dari terjadinya dekadensi pemerintahan di daerah.

Sebuah kesimpulan menyebutkan, terus bertambahmya jumlah pegawai di jajaran pemerintahan daerah merupakan sebab pokok timbulnya persoalan lebih besarnya belanja APBD untuk membayar aparatur ketimbang untuk mendukung program pembangunan. Tragisnya, besarnya jumlah pegawai tidak berbanding lurus dengan tingginya kinerja. Pegawai tanpa keahlian, miskin kompetensi serta tak memiliki keterampilan justru hadir memenuhi jejaring pemerintahan daerah.

Rakyat lalu merasakan, betapa jejaring pemerintahan di daerah merupakan sumber pokok timbulnya ketidakadilan. APBD bahkan berkembang menjadi faktor tercetusnya antagonisme antara rakyat dan pemerintahan di daerah. Apa yang kemudian mendesak dilakukan adalah reformulasi pemerintahan daerah. Otonomi dan desentralisasi pemerintahan yang berjalan sejak era pasca-Orde Baru harus ditinjau secara kritis. Selama rakyat tidak mendapatkan manfaat dari otonomi dan desentralisasi, maka selama itu pula otonomi dan desentralisasi dimengerti sebagai persoalan yang harus dipecahkan.

Agenda yang kemudian niscaya dilakukan adalah menciptakan dan lalu mengukuhkan kultur pelayanan pada keseluruhan jejaring pemerintahan daerah. Penanda paling fundamental dari adanya kultur pelayanan itu adalah lebih besarnya belanja modal ketimbang belanja rutin dalam totalitas APBD. Filosofi yang kemudian niscaya hadir mendasari agenda tersebut adalah menghapus tendensi yang hanya menjadikan jejaring pemerintahan daerah ranah yang sepenuhnya terdegradasikan sebagai lapangan kerja. Pemerintahan daerah mutlak diarahkan menjadi lapangan pengabdian untuk sepenuhnya melayani rakyat.[]

Jumat, 08 Juli 2011

Puisi "DUA SAHABAT" | Kara Anwari WMK

Puisi Kara
Anwari WMK

DUA SAHABAT

Dua sahabat menelusuri
jalan berlainan,
demi memburu hakikat makrifat.
Seorang bergerak ke arah barat,
seorang lagi ke arah timur.
Waktu lantas bertakik-takik,
dari hari ke minggu,
dari minggu ke bulan,
dari bulan ke tahun.

Pada musim kemarau ke-12,
mereka pulang kembali ke
kampung halaman,
dan lalu saling berbagi
kisah cerita.
Mereka saling membeber makna
ihwal hakikat makrifat,
hasil mengais dari
timur dan barat.

Dia
yang datang dari arah barat
berkata;
hakikat makrifat adalah kulminasi
pencapaian dari kesabaran
yang metodologis.
Kesabaran bukan kedunguan.
Kesabaran bersenyawa dengan
kecerdasan, kearifan, kebijaksanaan.

Dia
yang datang dari arah timur
berkata:
hakikat makrifat merupakan
muara dari keikhlasan otentik.
Keikhlasan untuk
sungai-sungai kehidupan,
agar mengalir air bening
kemanusian.
Keikhlasan yang bermula dari
besarnya kehendak
memberi pada kehidupan,
melampaui kehendak
mengambil dari kehidupan.

Dua sahabat itu lantas
membentangkan sujud untuk
sebuah syukur yang dihamparkan.

Juli 2011

Kamis, 07 Juli 2011

Catatan Kebudayaan | Nomor 1, Tahun 2011 | "Masa Depan PPP"

MASA DEPAN PPP

Oleh
Anwari WMK

Dalam Muktamar ke-7 di Bandung, Juli 2011, Suryadharma Ali kembali terpilih menjadi Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), untuk periode kepengurusan 2011-2016. Seperti diprediksi sebelumnya, Suryadharma Ali memenangkan pertarungan dan kembali berada di tampuk pimpinan PPP. Dengan realitas ini berarti, orientasi politik PPP untuk jangka waktu lima tahun ke depan takkan banyak bergeser jauh dari situasi dan perkembangan PPP selama kurun waktu lima tahun sebelumnya. Itulah mengapa, diskusi tentang masa depan PPP dapat mengambil titik tolak dari analisis terhadap keberadaan PPP selama jangka waktu lima tahun terakhir. Pada titik ini pula tak berlebihan manakala disimpulkan, bahwa lima tahun ke depan merupakan periode konservatif bagi PPP di bawah kepemimpinan Suryadharma Ali. Artinya, takkan terjadi terobosan politik yang bersifat spektakuler dari keberadaan PPP dalam orkestrasi kepemimpinan Suryadharma Ali.

Sebagai partai politik, PPP sesungguhnya memiliki faktor kesejarahan yang menarik untuk disimak secara saksama. Pada kelembagaan politik PPP termaktub arkeologi politik yang diwarnai oleh aura pergumulan kekuasaan dalam jangka panjang. Bersama Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), PPP lahir dan mengukuhkan eksistensinya pada kurun waktu kekuasaan Orde Baru. Tiga partai politik yang secara riil berfungsi sebagai pilar penopang kekuasaan Orde Baru sejak paruh pertama dekade 1970-an adalah Golkar, PPP dan PDI. Ketika rezim kekuasaan Orde Baru tumbang oleh gerakan reformasi nasional pada 1998, PPP masih tetap bertahan hidup sebagai kekuatan politik. Secara demikian, PPP merupakan partai politik lama di belantika kekuasaan Indonesia kontemporer.

Selama kurun waktu Orde Baru, PPP diskenariokan sedemikian rupa menjadi partai politik yang berfungsi penampung aspirasi umat Islam di Indonesia. Sekali pun diharuskan berazas Pancasila sejak medio 1980-an, ternyata PPP mendedahkan dirinya [dan mendapatkan restu dari rezim kekuasaan Orde Baru] untuk tampil sebagai satu-satunya partai politik Islam. Sangat bisa dimengerti jika kelahiran PPP pada tahun 1973 berlatar-belakang fusi partai-partai Islam ke dalam partai tunggal yang kemudian berlambang Ka'bah. Kelahiran PPP tak dapat dilepaskan dari korporatisme rezim kekusaan Orde Baru hingga kemudian bersinggungan secara langsung dengan rekayasa politik menuju terjadinya penciutan jumlah partai politik Islam. Mengacu pada pandangan tentang bahaya polarisasi politik yang pada giliran selanjutnya diasumsikan mengganggu proses pembangunan ekonomi nasional, maka rezim kekuasaan Orde Baru hanya membolehkan adanya satu partai politik Islam. Di situlah lalu PPP mendapatkan momentum untuk lahir dan mempertahankan eksistensinya, bahkan hingga dewasa ini.

Tetapi selama perjalanan historisnya sebagai partai Islam, PPP berada dalam situasi krusial. Hubungan antara PPP dan aspirasi Islam merupakan hubungan yang cair, bahkan cenderung pragmatis dan tidak berpijak pada fundamen ideologis yang clear and distinct. Islam dalam perspektif PPP tidak melahirkan kesadaran emansipatoris pada keseluruhan kerja-kerja politik. PPP pun tidak memiliki spirit dan mekanisme untuk merefleksikan secara kritis segenap kepelikan umat Islam dalam menjalani kehidupan yang senantiasa berhadapan dengan negara. Sejalan dengan tradisi politik yang dijalankan, PPP hanya memahami umat Islam semata dalam pengertian statistik demografis, bukan umat Islam yang tercabik eksistensinya dan lantaran itu harus diselamatkan melalui kerja-kerja polilk. Umat Islam dalam perspektif PPP adalah penduduk beragama Islam yang memiliki hak suara dalam pemilihan umum. Apakah umat Islam sebagai konstituen itu diperhadapkan pada tantangan hidup berdimensi struktural, tidaklah penting bagi PPP.

Tradisi politik itulah yang dapat menjelaskan, mengapa saat Orde Baru tumbang dan berdampak serius pada munculnya partai-partai politik baru berlabel Islam, pelan tapi pasti PPP mulai ditinggal pemilihnya. Dengan tradisi politik semacam itu pula, PPP merupakan partai politik berumur tua tetapi tak memiliki figur ideolog yang berwibawa dan sekaligus otoritatif mengarahkan perjalanan PPP ke depan berdasarkan kerangka ideologis pembelaan terhadap kaum tertindas. PPP juga mengembangkan tradisi politik merangkul kiai dari kalangan pesantren. Tetapi, tidak ada visi transformatif dengan mengedepankan peran kiai sebagai agen perubahan sosial. Kalangan kiai dirangkul oleh PPP semata dalam kedudukannya sebagai vote gatter. Peran sosiologis kiai direduksi sekadar sebagai penggiring umat agar mencoblos PPP saat berlangsung perhelatan lima tahunan Pemilihan Umum.

Pada era kepemimpinan Suryadharma Ali dalam kurun waktu lima tahun terakhir, PPP tidak beranjak jauh dari establishment tadisi politik sebagaimana digambarkan di atas. PPP Tidak memiliki corak responsi yang relevan dengan keniscayaan transformasi sosio-kultural kehidupan umat Islam Indonesia [dengan institusi partai politik sebagai pengawalnya]. Keterbelakangan dan ketertinggalan umat Islam dalam berbagai sektor kehidupan tidak mendapatkan penanganan secara memadai dari institusi politik PPP. Padahal, ketika sejak lima tahun lalu Suryadharma Ali tampil mengendalikan pucuk pimpinan PPP, sesungguhnya telah hadir serangkaian model tata kelola kemasyarakatan Islam yang berwatak terbuka dan fleksibel untuk melakukan terobosan. Dengan ditopang oleh lompatan kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi, sistem kemasyarakatan Islam bukan saja terbuka menerima ide-ide kemajuan, tetapi juga siap berperan sebagai domain berlangsungnya inovasi sosial. Peluang emas ini diterbengkalaikan oleh PPP selama lima tahun terakhir ini.

Apa yang lalu penting dikatakan dalam konteks masa depan PPP, terkait dengan empat hal.

Pertama, PPP akan membangkitkan memorabilia kiai dalam politik. Suryadharma Ali bakal kian mengukuhkan setting PPP sebagai rumah besar bagi kalangan kiai. Diaspora kiai ke berbagai partai politik Islam yang terjadi sejak munculnya sistem politik multipartai pada era pasca Orde Baru, akan diupayakan sedemikian rupa memasuki fase titik balik melalui pengkondisian PPP sebagai rumah besar bagi kalangan kiai. Sungguh pun demikian, kiai akan tetap dikotakkan ke dalam banalitas peran politik, yaitu semata didudukkan sebagai vote gater. PPP takkan mengawal terjadinya perubahan secara fundamental peran sosiologis kiai menjadi agen perubahan sosial. Dengan demikian berarti, tetap tak ada garansi bahwa kehidupan umat Islam akan menjadi lebih baik di bawah panji-panji perpolitikan PPP dalam kurun waktu lima tahun ke depan.

Kedua, klaim PPP sebagai representasi Islam di Indonesia masih akan terdedahkan ke atas permukaan semata sebagai gelembung-gelembung retorika tanpa makna. Hingga kini PPP belum memiliki kapasitas yang memadai untuk mengobyektivikasi secara jernih problema-problema mendasar yang dihadapi umat Islam. Ketiadaan kapasitas inilah yang tak memungkinkan PPP mampu menditeksi secara cepat mana dari tumpukan masalah yang dihadapi umat Islam berdimensi struktural lantaran berasal muasal dari salah kelola negara. Kerja-kerja politik PPP untuk lima tahun ke depan masih belum memungkinkan terciptanya solusi masalah secara konkret. Umat Islam masih akan dihantam oleh masalah kemiskinan, keterbelakangan dan kebodohan, sekali pun PPP tak pernah surut dari klaim sebagai saluran aspirasi umat Islam.

Ketiga, PPP ternyata rentan untuk terseret masuk ke dalam rezim kekuasaan neoliberalistik. Terakomodasinya kader-kader PPP ke dalam rezim kekuasaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merupakan fakta yang terang benderang betapa PPP begitu mudahnya terseret ke dalam pusaran neoliberalisme. Tak dapat dibantah, rezim kekuasaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bercorak neoliberalistik. PPP semestinya menegasikan keberadaan rezim kekuasaan neoliberalistik, sebab rezim kekuasaan semacam itu merupakan mesin yang terus-menerus mereproduksi ketidak-adilan oleh terlampau besarnya keberpihakan kepada perekonomian pasar bebas. Berkaca pada kenyataan ini, maka tak berlebihan manakala disimpulkan bahwa ke depan PPP sangat mudah diringkus secara politis menjadi pilar menyokong rezim kekuasaan neoliberalistik. Dengan kata lain, PPP potensial masuk ke dalam pusaran rezim kekuasaan antikerakyatan. Sebagai partai Islam, PPP membeku sebagai ironi dan paradoks.

Keempat, PPP akan menapaki perjalanan lima tahun ke depan sebagai partai pragmatis namun tampil dengan wajah Islam. Perpolitikan PPP ke depan takkan membawa otentisitas perjuangan dan pengorbanan demi terwujudnya kesehteraan umat. Seperti partai politik yang lain, PPP merupakan tempat bersemayam para pemburu kekuasaan yang kosong dari kepedulian terhadap amanat penderitaan rakyat. PPP sama pragmatisnya dengan partai-partai sekuler.

Demikianlah panorama PPP di masa depan. Panorama yang sesungguhnya menyedihkan.[]