Rabu, 07 Januari 2015

22 Puisi Cinta 2014



22 PUISI CINTA 2014

Pengantar: Selama 2014 berhasil ditulis 22 puisi cinta. Berikut ini puisi-puisi tersebut, semoga bermakna dan salam sastra.

[1]
LINTANG KEMUKUS

Kala menatap Lintang Kemukus
di langit malam
pengelana itu selalu
berkaca-kaca matanya

Ia senantiasa terkenang
bulu-bulu lembut
berbaris-baris indah
di kening seorang gadis

Sudah entah berapa bait
sajak-sajak cinta ia tulis
karna tak kuasa melupa
bulu-bulu lembut di kening itu

Pesona bulu lembut di kening
pada Lintang Kemukus
adalah lipatan-lipatan memori
membakar abadi nyala api rindu
sejak bertahun-tahun lalu

(Januari 2014)

Anwari WMK

[2]
TAPAL BATAS KOTA

seorang lelaki membawa
sekuntum puisi jiwa
berkelopak rindu
berdaun cinta

di tapal batas kota
ia persembahkan puisi itu
kepada seorang perempuan
bergaun putih coklat

berpuluh tahun kemudian
lelaki itu, perempuan itu
merawat memori perjumpaan
di tapal batas kota

oh rindu
betapa syahdu hidup ini
oh cinta
alangkah elok hidup ini

(2014)

Anwari WMK

[3]
HUJAN DAN MATAHARI

Aku berdiri kaku
di antara
rintik hujan
dan cahaya matahari

Aku tak memilih
rintik hujan
juga tak memilih
cahaya matahari

Sebab,
ada sekuntum rindu
musti kupilih
rindu menggores perih

Wahai rintik hujan,
wahai cahaya matahari
Maafkan aku
Maafkan

(2014)

Anwari WMK

[4]
DIALOG BINTANG GEMINTANG

Ia pahat kata-kata
Dalam senarai bait-bait cinta
Agar paham segenap perih luka
Dalam setiap bulir tetes airmata

Kepada gugusan bintang gemintang
Ia mengabarkan riwayat rindu
Tertulis gores tinta airmata
Airmatanya. Airmata kekasihnya

Lalu, bintang gemintang bertanya
Segala makna puncak rindu
Ia sontak menjawab:
"Dalam pedih perih kasih tak sampai"

(2014)

Anwari WMK

[5]
PASIR PUTIH

bapak tua
dulu engkau berkata
pada jiwaku yang belia:

"kelak suatu masa
engkau berulang datang
menjejak ini pantai
menatap hamparan
pasir putih
setiap butirnya adalah
sebait sajak rindu
maka kelak, pungutlah
butiran-butiran pasir itu
bersama getar-gemetar sukma"

bapak tua
kini aku kembali datang
menatap perih
bebutiran pasir putih
cinta dan rinduku tersengal
di antara bebutiran
pasir putih ini

oh bapak tua
lihatlah jemariku kini
menjumput bebutiran
pasir putih
namun pasir putih itu
pelan perlahan meleleh

menjadi bulir-bulir airmata
airmata puteri kedaton
yang kumiliki cintanya
tapi tak kumiliki hayatnya

(2014)

Anwari WMK

[6]
KUNIKAHI ENGKAU

Bersama dawai keriuhan jiwa-jiwa
Di bawah naungan rindang
Pepohonan jambu dan kenitu
Kunikahi engkau dengan sahadah

Kuberi engkau sekotak rindu
Kau gengam dengan mesra
Kuciumi rona elok keningmu
Berbilas bait senyumanmu

Jilbabmu sayup hijau kebiruan
Lambai gemulai tertiup angin
Melambung tinggikan bening sukmaku
Mengapai luas cakrawala kalbu

Pagi ini sendiri aku
Berdiri di tubir pusaramu
Merapal memori keagungan cintamu
Berkesumba getar-gemetar syahdu

Pada liku selokan luka
Menggema perih senandung bisu
Sebab bulir-bulir airmataku
Menyeru-nyeru namamu

Telah sudah kita rajut takdir
Di bawah naungan rindang
Pepohonan jambu dan kenitu
Kunikahi engkau dengan sahadah

Sahadah duka.
Sahadah airmata.

(2014)

Anwari WMK

[7]
PERCAKAPAN DENGAN WAKTU

Malam-malam berlalu
Dalam percakapan dengan waktu
Lalu, kutanya waktu
Mengapa rindu bersenandung merdu?

Maka, berkatalah waktu:
"Rindu bersenyawa dengan dirimu
Menyatu dengan nafas sukmamu
Memulia indahkan harapanmu"

Kutanya lagi waktu
Untuk siapakah rinduku?

Sekali lagi, berkatalah waktu:
"Engkau telah bertatap pandang
Dan saling bertukar senyuman
Dengan seorang hamba Tuhan
Berbola mata keindahan pelangi
Goresan penamu kan terpahat abadi
Bila kau kasihi dia sepenuh hati
Seperti engkau kasih pada
Sajak dan puisi"

Malam-malam terus berlalu
Dalam percakapan dengan waktu
Kini aku seutuhnya tahu
Untuk siapa rindu itu

Jakarta, 16 Juni 2014

Anwari WMK

[8]
LORONG

Dia menapaki lorong-lorong kota besar
Dalam tasnya tergeletak harap cemas
Seandainya aku bisa memberinya payung
Tubuhnya merdeka dari hujan dan panas
Tapi, aku pun pengelana kota besar
Basah tubuhku tersiram air hujan
Tersengat sinaran cahaya matahari
Tergeliat sayat tanpa payung
Maka, kami pun sekufu meniti takdir
Di lorong-lorong panjang menderu debu
Pilu penaku turut terguncang
Getar-gemetar harap dan cemas

Saat lorong basah terturap gerimis
Di sebuah senja kami jumpa
Bertukar senyum dan tatapan mata
Dan lontaran kalam tentang keabadian
Setelah itu kami kembali berjalan
Beriring salam semoga masih ada perjumpaan
Kami kembali menapak langkah sendirian
Lorong demi lorong tak berkesudahan

Di kerajaan puisi aku berkata:
"Tuhan, izinkan kami bergandeng tangan
Dengan ridha-Mu, dengan berkah-Mu
Saling menguatkan dalam genggaman jemari
Tabah senafas menapaki lorong-lorong
Sabar menjejak balada takdir setara
Bila lorong-lorong itu bersimbah airmata
Maka itulah airmata cinta dalam deru kalbu
Tersenandung syahdu di keabadian rindu"

Jakarta, 13 Juni 2014

Anwari WMK

[9]
BOLA MATA SEKUNTUM KEMBANG

Sekuntum kembang kutatap mata indahnya
Seulas pelangi berkibaran tertiup angin senja
Oh betapa elok pelangi di bola mata itu
Hingga saat mendongakkan wajah
Ke hamparan langit malam
Sontak kubertanya:

"Tuhan, apakah pelangi di bola mata itu
Penyempurna sukma di sisa usiaku
Saat baladaku luka di belantara makna
Kala puncak hakikat belum terjejak?

Tuhan, apakah pelangi di bola mata itu
Suluh yang Engkau janjikan
Agar aku sepenuhnya pasrah
Merapal segenap perih
Sengal napas duniawi ringkih?

Tuhan, apakah Engkau tersenyum
Bila pada sebuah lipatan waktu kelak
Syahdu dalam getar-gemetar sukma
Kucium mesra bola mata itu?"

Beranda malam terkulai di kursi rotan
Menggelandang jiwaku kembali sampai
Pada kerinduan hasrat balada panjang
Bersama sekuntum kembang
Berbola mata keindahan pelangi

Jakarta, 11 Juni 2014

Anwari WMK

[10]
MENEMBUS MALAM

Kini kugandeng tanganmu
Terbang tinggi menembus malam
Merapal semesta keindahan
Galaksi dan bintang-gemintang

Engkau lalu bersenandung
Tentang kesejatian cinta
Ihwal keagungan rindu
Kita yang sungguh fana

Engkau berbisik pelan:
"Apa musti kuucap lagi
Sajak liris cintamu
Kau tulis hanya untukku?"

Sajak yang mana, tanyaku
"Sajakmu yang berkisah
Tentang JALAN AIRMATA"
Jawabmu

Sontak aku menjawab:
Jangan kau baca lagi sajak itu
Sebab, kutulis itu untukmu
Bersama tumpah airmata lara

Engkau diam, lantas tersenyum
Di antara kilatan cahaya bintang
Kutatap dalam-dalam wajahmu
Engkau sangat cantik, Tuan Putri

Menjelang subuh
Aku kembali duduk
Di antara pena dan kertas-kertas
Di Bumi, tanpa dirimu

(Ramadan 2014)

Anwari WMK

[11]
PEREMPUAN TERINDAH

Seorang lelaki menulis di buku hariannya:
"Bila kelak engkau bersandar di bahuku
Berucap amien untuk senandung
Doa-doaku berpilin airmata
Maka kan kukatakan pada Tuhan
Engkaulah sesungguhnya
Perempuan terindah di alam semesta
Bila kelak masa itu datang
Takkan ada lagi puncak keagungan
Romantika sukma dan jiwa
Seindah romatika antara
Diriku dan dirimu
Juga kukatakan pada Tuhan
Tiap tetes airmataku untuk seuntai doa
Adalah deklarasi cinta untuk dirimu
Perempuan terindah di alam semesta"

Menjelang Ramadan berlaku
Perempuan berwajah sendu
Berdiri di tubir pusara
Membaca buku harian itu
Ia lantas berucap:
"Cinta kita memang tak sampai
Tapi antara hatiku dan hatimu
Terikat tali merah keabadian rindu"

Perempuan itu lalu diam membisu
Hanya air matanya jatuh luruh
Di pelataran pusara
Burung-burung di reranting pohon
Turut diam membisu

Oh Ramadan luka
Oh Ramadan lara

(Ramadan 2014)

Anwari WMK

[12]
TONGGAK TAKDIR

Pada kesederhanaan bahasa prosa
Pada keindahan bahasa puisi
Pada keagungan bahasa cinta
Jiwaku terpasung pesona makna

Pada bening tatap matamu
Kutemukan kesederhanaan bahasa prosa
Pada elok senyumanmu
Kutemukan keindahan bahasa puisi
Pada renyah kata dan tawamu
Kutemukan keagungan bahasa cinta

Dalam selarik doa
Terlantun di malam dingin
Aku berkata:
"Terima kasih Tuhan
Telah tertancap tonggak takdir
Perjumpaan demi perjumpaan
Maka izinkan kami seirama
Menapak di jalan lurus
Menggapai kerajaan-Mu
Cahaya Maha Cahaya"

(Ramadhan 2014)

Anwari WMK

[13]
SENANDUNG RUMPUN MAWAR

Indah pesona mawar-mawar di halaman, menanti dia yang datang dari jauh membawa sekuntum rindu.

Kala yang ditunggu tiba, mawar-mawar pun berucap kata: "Selamat datang cinta. Selamat datang cinta. Selamat datang di rumah kesejatian makna."

Dia yang baru saja datang dari jauh, tak mampu berkata apa-apa. Hanya di sudut pelupuk matanya ada bulir tangis yang meleleh.

Oh rindu, oh cinta.

(2014)

Anwari WMK

[14]
TANGKAI RINDU

Di penghujung September
Saat waktu tercabik sunyi
Seorang lelaki menggenggam
Setangkai mawar merah
Bersama jiwa rona pesona
Berjalan tegap di antara
Teduh pepohonan rindang

Kala langkahnya sampai
Di stasiun kereta api
Ia menatap orang-orang
Berkerumun mengepung
Kertas ukuran jumbo
Tertempel di dinding kusam
Dan suara lantas terpekik
Demi menyibak kabar
Kereta api tercabik maut
Di antara liuk rel dan rangkaian

Lelaki itu lantas tertunduk
Membisu tanpa kata
Hati dan jiwanya koyak
Serupa serpihan kaca retak
Runtuh airmatanya
Sempurna membasahi
Setangkai mawar merah

Dalam lipatan tahun
Ia masih terkenang
Senyum perempuan bidadari
Berpayung merah jambu
Menggenapi segenap relung waktu
Meski kian mengiris pilu duka
Dalam cekak kemarau sukma
Perih pedih tak bertapal batas

Sebelum wafat,
Lelaki itu menulis sepotong sajak:
“Tentang bunga cintaku
Abadi selamanya
Bertangkai keindahan rindu”

(September 2014)

Anwari WMK

Catatan: Untuk seorang sahabat yang telah wafat. Kawan, menangis aku saat menulis sajak ini. Semoga bahagia engkau di dunia sana, bersama sang bidadari yang selalu engkau gambarkan: “senang berpayung merah jambu”.

[15]
PENYIRAM MAWAR MERAH

Lelaki itu berdiri kokoh
Di puncak ketinggian bukit hijau
Ia memandangi kejauhan lembah
Menatap sosok seorang perempuan
Menyiram berkuntum-kuntum
Kembang mawar merah

Seekor burung, terbang
Datang dari lembah
Menuju ketinggian puncak bukit
Untuk memberi mahkota pekabaran
Maka, berkatalah sang burung:

“Tahukah engkau, wahai lelaki
Saat perempuan itu menyiram
Kembang-kembang mawar merah
Dia menyiram bersama perih
Sambil bersenandung pedih
Menyanyikan puisi-puisi cinta
Puisi goresan penamu”

Demi mendengar kabar itu,
Tubuh sang lelaki bergetar
Wajahnya menunduk
Menatap tanah rerumputan
Tapi ia musti memenuhi takdir
Berjalan mengapai zona jauh
Menjejak pelataran panjang
Menerobos debu,
Menginjak lumpur,
Menentang angin
Dan halilintar
Ia terpilin kelana
Tak berujung akhir

Dan bila gerimis tiba
Sejenak ia menghentikan langkah
Berteduh secara sederhana
Lalu kembali menulis puisi cinta
Puisi untuk perempuan
Si penyiram mawar merah

[Gorontalo-Jakarta, 8 September 2014]

Anwari WMK

[16]
BENING SOROT MATAMU

Mengenal dirimu
Anugerah tiada tara bagiku
Meski luka mencabik hayat
Tersayat ngilu tanpa jedah

Kini aku menua dalam renta
Terdekap seliput sepi bisu
Tapi bening sorot matamu
Seuntai indah pelipur laraku

Pada senja ini kutatap tajam
Rontok gugur dedaunan kering
Serupa dengan hayatku
Bakal merapuh bersama ajal

Dan bila ajal sungguh tiba
Jiwa batinku sepenuhnya ikhlas
Sebab telah pernah menatap
Bening sorot matamu

(Condet, 27 Desember 2014)

Anwari WMK

[17]
PASIR DAN PANTAI

Kala aku datang ke kotamu
Waktu sontak menyeretku
Hadir ke hamparan pantai
Menoreh kata di atas pasir: “Rindu”

Wahai kekasih berselaput lara
Sesungguhnya namamu namaku masyhur
Dalam alunan senandung pantai
Hingga bebutiran pasir, kian memutih

Engkau telah sepenuhnya paham
Bahwa akulah pencinta sejati
Bebutiran pasir pantai saksi
Tentang kesempurnaan rinduku

Maka, cinta kita utuh
Meski tak saling memiliki
Sebab antara engkau dan aku
Adalah pasir dan pantai

(26 Desember 2014)

Anwari WMK

[18]
SETOREH SENDU

Menyibak riuh stasiun kereta
Dia menjauhi gerbong
Menapak liku megapolitan
Disambut langit jingga

Jiwa raganya seutuhnya sampai
Pada titik pusar kehidupan
Tempayan bagi segenap ucap
Tergerigi sukma renta

Maka sontak dia terkenang
Gunung-gunung dan rerumputan
Gemericik air pancuran bambu
Lambaian daun-daun tembakau

Pada lengang kampung halaman
Dia tinggalkan setoreh sendu
Sesendu bunga-bunga tembakau
Terpetik dari tangkainya

Oktober 88 adalah
Tonggak waktu jiwa lara
Prolog musim semi rindu
Untuk pedih setoreh rindu

Desember 88
Jiwanya tercekik ngilu
Hanya paham frasa cinta
Nyala lilin ulang tahun

Pagi ini dia kembali menyulut lilin
Bukan untuk ulang tahun dirinya
Hanya untuk kekasih sendu
Tak dimiliki. Tak memiliki.

(Jakarta, Medio Desember 2014)

Anwari WMK

[19]
PELAKON TAKDIR

Aku dan engkau hanyalah
Pelakon-pelakon takdir
Keindahan fana purnama

Aku lalu merintih
Bersama narasi
Keindahan kata-kata

Dan engkau pun membacanya
Bersama senandung syahdu
Runtuh airmata

(Oktober 2014)

Anwari WMK

[20]
MUNAJAT RAMADAN

Menjejak selasar Ramadan
Kuhibahkan jiwa raga
Bermusafir dari kota ke kota
Dan seuntai rahasia, terkuak

Dulu kutanya diri sendiri
Di manakah belahan jiwa
Saksi tumpahan airmata
Dari sujud ke sujud?

Langit bisu tanpa kata
Hanya di penghujung senja
Menjelang Ramadan tiba
Tersulam indah tatapan mata

Doa-doa lantas membahana
Demi merengkuh selamanya
Tatapan mata itu
Dalam tatapan mataku

Di selasar Ramadan kini,
Tuhan begitu dekat
Saat kukenang kembali
Sorot tatapan mata itu

Oh Tuhan,
Keindahan-Mu terpercik
Pada elok tatapan mata itu
Izinkan aku memilikinya
Seutuhnya

Bandung-Jakarta, Ramadan 2014

Anwari WMK

[21]
HAI KEKASIH

Hai kekasih
Semoga engkau bahagia
Dalam keterbekuan rindu
Bersama nyanyian cintaku

Jiwaku kini kembali terseok
Oleh lumat dingin malam
Aku gagal memejamkan mata
Saat pikiran tersita nista manusia

Ternyata kita hanya saksi
Kuasa politik penuh sengkarut
Orang-orang berdebat tanpa arah
Tak bertujuan. Tak bermakrifat

Kucoba paham segala ocehan
Tapi isinya hanya caci maki
Argumentasi sontak mati
Tertusuk duri kata-kata

Engkau mungkin masih ingat
Ucapku dulu di kala senja
Bahwa politik adalah kemuliaan
Berubah menjadi kebinatangan

Akal sehatku kini tumpul
Memahami aneka kegusaran
Atas nama kekuasaan
Kata-kata bersulam logika setan

Seandainya engkau kini
Di sini bersamaku
Engkau kan menatap torehan
Tinta penaku berkesumba darah

Hai kekasih
Ingin kumemelukmu erat-erat
Saat airmataku kembali tumpah
Untuk Indonesia yang kian nista

Hai kekasih
Hai . . . . .

Ramadan 2014

Anwari WMK

[22]
BALADA CINTA

Dari kejauhan geografi
Engkau bersuar tanya:
"Buka puasa di mana?
Menunya apa?"

Sontak. Baladaku bersemburat
Puncak keindahan sukma
Hingga semesta jiwaku
Tergetar menggeletar

Kembali kucerna wajahmu
Kukenang sorot matamu
Seperti sajak dan puisi
Engkau, kubaca kembali

Di pelataran malam
Pada liku kembara sunyi
Batinku perih
Lirih berkata-kata:

"Terima kasih cinta
Dalam tikam belati rindu
Terima kasih cinta
Dalam kebermaknaan airmata"

(Manggarai, Ramadan 2014)

Anwari WMK