Puisi Karya
Anwari WMK
BUKU
dalam bangsal sunyi
tatkala angin sore semilir di antara
pilar-pilar bangunan gedung,
buku-buku setebal bantal
tergelar di atas meja bundar
yang besar
seorang berjubah putih
berambut putih
bermuka tua memucat
berkacamata tebal melorot
membuka segenap buku untuk
halaman-halaman yang jauh
ia lalu serupa penyihir
melompat baca dari buku ke buku
bangsal tiba-tiba serasa gaduh
oleh kalimat-kalimat
terlafal-ucapkan keras-keras
setiap kalimat menjadi
mendarah, mendaging
bangsal semula tercekik sepi
sontak riuh oleh gema
kalimat-kalimat terkutibkan
layaknya mantra-mantra
hingga senja meliuk temaram
masih tersisa satu buku
belum jua terbacakan
tapi, lelaki tua itu sontak
menutup pintu jendela
bergegas pergi
meninggalkan bangsal
tak berlentera
hingga kemudian,
malam datang menjelang
pada gulita malam dalam bangsal
hanya satu buku bercahaya terang:
itulah buku, yang belum terbacakan.
sekumpulan cecak lalu datang merubung
berhimpun di tubir-tubir buku
sekumpulan cecak berkerumun
di margin-margin halaman
memahamkan makna narasi dan kalimat
seekor cecak sigap membaca dengan
ucap kata melengking:
“manusia rela menipu dirinya sendiri
ia tinggalkan sumber kebahagiaan
yang rohani
lalu ia pilih sumber malapetaka
yang jasmani
manusia mengira dirinya
meniti jalan lurus
demi menggapai bahagia.
padahal, manusia menyusuri
jalan terjal berliku
di antara tapak-tapak langkah
membual tipu dan muslihat
puspa ragam ideologi dikonstruksikan
hanya untuk yang membual
hanya untuk yang menipu”
setelah halaman terbacakan
sekumpulan cecak justru saling pandang
satu sama lain
mereka ternyata, tak kuasa mencerna
makna kalimat demi kalimat
seekor cecak yang lain lantas berkata:
“hanya manusia yang paham
hanya manusia.
bangsa cecak takkan pernah paham
kalimat-kalimat itu”
kini, raja diraja cecak mencari
manusia hakiki,
dan seperti plato dulu bertanya
di zaman purba,
raja diraja cecak pun berkata:
“adakah manusia?
di manakah manusia?
adakah manusia?
di manakah manusia?”
raja diraja cecak, ternyata
hanya mampu
menemukan orang
gagal menemukan manusia
hingga kini.
hingga detik ini.
Jakarta, 12 Maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar