13 PUISI RAMADAN - IDUL FITRI
Catatan: Selama Ramadan hingga Idul Fitri 2014 berhasil ditulis 13 puisi. Berikut ini puisi-puisi tersebut, silahkan simak, dan semoga bermakna.
(1)
JALAN TUHAN
Kutemukan jalan menuju Tuhan
Tapi kumelangkah pelan perlahan
Kidung lirih mendesirkan jiwaku
Aku pun berjalan sambil menoleh
Tuan Putri, di mana engkau berada?
Kutunggu engkau. Kunanti dirimu
Di sini. Di persimpangan senja ini
Mari kita bergandeng tangan. Mari
Tuan Putri,
Segeralah mendekat, dekap diriku
Inilah jalan lurus itu. Jalanku. Jalanmu.
Jalan keabadian cinta
(Jakarta, Ramadan 2014)
ANWARI WMK
(2)
MAKRIFAT SEEKOR BURUNG
Seekor burung terbang dari ketinggian bukit
Di pucuk pohon pelataran rumah, ia hinggap
Aku menatapnya dengan takzim
Karena burung itu lantang berkata-kata:
"Mengapa ada kenabian di Bumi?
Sebab Tuhan tak pernah rela
Bumi kosong, melompong sepi
Dari keagungan argumentasi"
Mendengar itu,
Secepat kilat kubertanya:
"Argumentasi apa?"
Dan burung itu kembali berkata:
"Argumentasi ihwal Tuhan nan esa
Agar manusia purna seutuhnya paham
Bahwa baka adalah baka
Bahwa fana adalah fana
Bahwa hakikat adalah hakikat
Bahwa duplikat adalah duplikat
Dan agar manusia tahu
Bahwa Tuhan tak berbatas waktu"
Sejenak kemudian. Seorang kawan datang
Kusambut dia, dengan jabat tangan
Saat kembali kutatap pohon di pelataran
Burung itu telah pergi, menyisakan teka-teki
Jakarta-Bandung, Ramadan 2014
ANWARI WMK
(3)
MUNAJAT RAMADAN
Menjejak selasar Ramadan
Kuhibahkan jiwa raga
Bermusafir dari kota ke kota
Dan seuntai rahasia, terkuak
Dulu kutanya diri sendiri
Di manakah belahan jiwa
Saksi tumpahan airmata
Dari sujud ke sujud?
Langit bisu tanpa kata
Hanya di penghujung senja
Menjelang Ramadan tiba
Tersulam indah tatapan mata
Doa-doa lantas membahana
Demi merengkuh selamanya
Tatapan mata itu
Dalam tatapan mataku
Di selasar Ramadan kini,
Tuhan begitu dekat
Saat kukenang kembali
Sorot tatapan mata itu
Oh Tuhan,
Keindahan-Mu terpercik
Pada elok tatapan mata itu
Izinkan aku memilikinya
Seutuhnya
Bandung-Jakarta, Ramadan 2014
ANWARI WMK
(4)
HAI KEKASIH
Hai kekasih
Semoga engkau bahagia
Dalam keterbekuan rindu
Bersama nyanyian cintaku
Jiwaku kini kembali terseok
Oleh lumat dingin malam
Aku gagal memejamkan mata
Saat pikiran tersita nista manusia
Ternyata kita hanya saksi
Kuasa politik penuh sengkarut
Orang-orang berdebat tanpa arah
Tak bertujuan. Tak bermakrifat
Kucoba paham segala ocehan
Tapi isinya hanya caci maki
Argumentasi sontak mati
Tertusuk duri kata-kata
Engkau mungkin masih ingat
Ucapku dulu di kala senja
Bahwa politik adalah kemuliaan
Berubah menjadi kebinatangan
Akal sehatku kini tumpul
Memahami aneka kegusaran
Atas nama kekuasaan
Kata-kata bersulam logika setan
Seandainya engkau kini
Di sini bersamaku
Engkau kan menatap torehan
Tinta penaku berkesumba darah
Hai kekasih
Ingin kumemelukmu erat-erat
Saat airmataku kembali tumpah
Untuk Indonesia yang kian nista
Hai kekasih
Hai . . . . .
Ramadan 2014
ANWARI WMK
(5)
TEKUK LUTUT
Malam-malam Ramadan berlalu
Bersama dingin terkoyak sepi
Hanya ada satu pengakuan:
Tekuk lutut jiwa pada keindahan
Engkaulah pemilik keindahan itu
Dan akulah pengangum sejatinya
Biarlah kurawat tekuk lutut ini
Di hadapan-Mu terhampar pasrah
(Ramadan 2014)
ANWARI WMK
(6)
BILA TIBA SAAT
Bila tiba saat menghadap-Mu
Hangatkan tubuh kami
Dengan selimut Rahmat-Mu
Dengan selimut Berkah-Mu
Dengan selimut Ampunan-Mu
Bila tiba saat menghadap-Mu
Putihkanlah wajah kami
Tatkala wajah-wajah berubah
Menjadi hitam
Dan jangan hitamkan wajah kami
Tatkala wajah-wajah memutih
Bila tiba saat menghadap-Mu
Jangan Engkau berikan
Catatan amal kami di tangan kiri
Juga jangan dari belakang kami
Jangan pula di leher kami
Melingkar-lingkar rangkaian dosa
Bila tiba saat menghadap-Mu
Berikanlah catatan amal kami
Hanya di tangan kanan
Mudahkan segala kalkulasi kebijakan
Dan segerakan kami berjalan
Menuju rumah keabadian
Di semesta keindahan surga
Walau tanpa keindahan kata-kata
Meski tanpa keelokan narasi
Hanya kepada-Mu kami berucap
Tentang jiwa yang berjuta harap
(Ramadan 2014)
ANWARI WMK
(7)
MENEMBUS MALAM
Kini kugandeng tanganmu
Terbang tinggi menembus malam
Merapal semesta keindahan
Galaksi dan bintang-gemintang
Engkau lalu bersenandung
Tentang kesejatian cinta
Ihwal keagungan rindu
Kita yang sungguh fana
Engkau berbisik pelan:
"Apa musti kuucap lagi
Sajak liris cintamu
Kau tulis hanya untukku?"
Sajak yang mana, tanyaku
"Sajakmu yang berkisah
Tentang JALAN AIRMATA"
Jawabmu
Sontak aku menjawab:
Jangan kau baca lagi sajak itu
Sebab, kutulis itu untukmu
Bersama tumpah airmata lara
Engkau diam, lantas tersenyum
Di antara kilatan cahaya bintang
Kutatap dalam-dalam wajahmu
Engkau sangat cantik, Tuan Putri
Menjelang subuh
Aku kembali duduk
Di antara pena dan kertas-kertas
Di Bumi, tanpa dirimu
(Ramadan 2014)
ANWARI WMK
(8)
IJINKANLAH KAMI
Kami kini menyulam hidup
Bersama air dan tanah
Segenap penjuru cumalah gelap
Berseliput kabut kelam
Maka, ijinkan kami hidup
Berkawan makrifat diri
Agar segera kami sampai
Menjangkau berderang cahaya
Lalu, ijinkan kami hidup
Di keharibaan jiwa dan ruh
Serta hanya di jalan-Mu
Ijinkan kami, gegas berangkat
(Ramadan 2014)
ANWARI WMK
(9)
PEREMPUAN TERINDAH
Seorang lelaki menulis di buku hariannya:
"Bila kelak engkau bersandar di bahuku
Berucap amien untuk senandung
Doa-doaku berpilin airmata
Maka kan kukatakan pada Tuhan
Engkaulah sesungguhnya
Perempuan terindah di alam semesta
Bila kelak masa itu datang
Takkan ada lagi puncak keagungan
Romantika sukma dan jiwa
Seindah romatika antara
Diriku dan dirimu
Juga kukatakan pada Tuhan
Tiap tetes airmataku untuk seuntai doa
Adalah deklarasi cinta untuk dirimu
Perempuan terindah di alam semesta"
Menjelang Ramadan berlaku
Perempuan berwajah sendu
Berdiri di tubir pusara
Membaca buku harian itu
Ia lantas berucap:
"Cinta kita memang tak sampai
Tapi antara hatiku dan hatimu
Terikat tali merah keabadian rindu"
Perempuan itu lalu diam membisu
Hanya air matanya jatuh luruh
Di pelataran pusara
Burung-burung di reranting pohon
Turut diam membisu
Oh Ramadan luka
Oh Ramadan lara
(Ramadan 2014)
ANWARI WMK
(10)
TONGGAK TAKDIR
Pada kesederhanaan bahasa prosa
Pada keindahan bahasa puisi
Pada keagungan bahasa cinta
Jiwaku terpasung pesona makna
Pada bening tatap matamu
Kutemukan kesederhanaan bahasa prosa
Pada elok senyumanmu
Kutemukan keindahan bahasa puisi
Pada renyah kata dan tawamu
Kutemukan keagungan bahasa cinta
Dalam selarik doa
Terlantun di malam dingin
Aku berkata:
"Terima kasih Tuhan
Telah tertancap tonggak takdir
Perjumpaan demi perjumpaan
Maka izinkan kami seirama
Menapak di jalan lurus
Menggapai kerajaan-Mu
Cahaya Maha Cahaya"
(Ramadhan 2014)
ANWARI WMK
(11)
JEJAK-JEJAK AIRMATA
Setiap doa berpilin-pilin
Menjadi tetes airmata
Sebab, Ramadan adalah momentum
Pengakuan fana diri
Malam-malam punah bertumbangan
Dalam alunan doa tak berdawai
Benderang siang berterbangan
Dalam narasi suci tak bertitik
Segalanya hanya memperderas
Tetes demi tetes runtuh airmata
Bila lalu Ramadan hanyut
Di ruas lipat arus waktu
Hanya larik-larik tangis
Turut pergi bersamanya
Ya Allah,
Betapa agung Engkau
Menjedah naluri hayat
Mengoreksi lumut debu tanah
Dengan senarai untai
Syahdu Ramadan Karim
Bila boleh kami meminta
Kembalikan pada perjumpaan
Dengan Ramadan baru
Meski harus tersambut
Jejak-jejak airmata
(Ramadan 2014)
ANWARI WMK
(12)
INILAH AKU
Akulah kaisar kerajaan sunyi
Menanggung sendiri luka perih
Hanya sajak dan puisi
Seutuhnya paham segala pedih
Akulah rajadiraja istana sepi
Membalut sendiri bilur luka
Hanya doa yang bernyanyi
Tentang jiwa yang nestapa
Oh sunyi
Oh sepi
Inilah aku
Lumat semampu kau mau
(Kalisat, Ramadan 2014)
ANWARI WMK
(13)
GAZA
Secuil luka perih
Kian menganga lebar
Saat pena menoreh kata:
Gaza
Kita cuma saksi bisu
Di depan layar televisi
Saat bocah-bocah berdarah
Tercabik ledakan bom
Segores luka
Melebar seluas telaga
Sebab pada akhirnya
Gaza adalah kita
(Idul Fitri 2014)
ANWARI WMK