SETOREH SENDU
Menyibak riuh stasiun kereta
Dia menjauhi gerbong
Menapak liku megapolitan
Disambut langit jingga
Jiwa raganya seutuhnya sampai
Pada titik pusar kehidupan
Tempayan bagi segenap ucap
Tergerigi sukma renta
Maka sontak dia terkenang
Gunung-gunung dan rerumputan
Gemericik air pancuran bambu
Lambaian daun-daun tembakau
Pada lengang kampung halaman
Dia tinggalkan setoreh sendu
Sesendu bunga-bunga tembakau
Terpetik dari tangkainya
Oktober 88 adalah
Tonggak waktu jiwa lara
Prolog musim semi rindu
Untuk pedih setoreh rindu
Desember 88
Jiwanya tercekik ngilu
Hanya paham frasa cinta
Nyala lilin ulang tahun
Pagi ini dia kembali menyulut lilin
Bukan untuk ulang tahun dirinya
Hanya untuk kekasih sendu
Tak dimiliki. Tak memiliki.
(Jakarta, Medio Desember 2014)
Anwari WMK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar