TIGA PUISI GORONTALO
Catatan: Selama melakukan perjalanan ke Gorontalo dan beberapa kawasan sekitarnya, 18-23 Juni 2014, berhasil ditulis tiga buah puisi. Semoga bermakna, berikut puisi-puisi dimaksud:
(1)
KEKASIHKU
Setiap perjumpaan adalah
Anugerah tiada tara
Maka aku mensyukuri
Perjumpaan demi perjumpaan
Dengan dirimu
Betapa indah perjumpaan
Dengan dirimu itu
Seutuhnya tersuar pada
Senyummu
Sorot matamu
Aku memetik sekuntum sajak
Bila menatap senyummu
Aku menuai puisi rindu
Dari sorot indah matamu
Sekarang aku berjalan tanpa dirimu
Menggapai sebagian sudut Nusantara
Kucari mutiara-mutiara makna
Di antara tumpukan riwayat
Pergolakan hidup rakyat
Sebagai hamba sahaya
Di tikungan sejarah
Ketemukan nama-nama
Para pengibar panji
Kemuliaan manusia
Bahwa rakyat bukanlah
Hamba sahaya
Di kaki gunung aku bicara
Dengan anak-anak muda
Tentang masa depan kehidupan
Mereka mengeraskan kepal
Sebab sepenuhnya tahu
Telah dan terus diabaikan
Malam ini aku lelah
Sengkarut Nusantara
Bertumpuk menjibun
Di kepalaku
Ingin aku lelap
Tapi mataku nanar
Menatap catatan-catatan
Lalu, kukenang kembali
Senyum dan indah bola matamu
Sambil menatap keremangan waktu
Lewat tengah malam
Kekasih,
Seandainya engkau kini di sini
Menemaniku tercekam sepi
Engkau akan tahu
Aku menangis. Menangis
Menangis untuk
Indonesia yang compang-camping
Jakarta-Makassar-Gorontalo, 18 Juni 2014
ANWARI WMK
(2)
PADA SEBUAH PALKA
Pada sebuah palka
Kurenungi kembali Indonesia
Malam telah sungguh larut
Saat pelayaran ini membelah laut
Di dek tingkat dua
Aku lelap tanpa mimpi
Terbangun oleh tangis bocah
Kupandangi segala arah
Aku kini secuil dari himpunan
Rakyat yang lelah terlelap
Di dek tingkat dua itu
Kami serupa kaum proletar
Pagi di atas palka
Kupandangi wajah-wajah
Oh proletar
Himpunan yang proletar
Walau terpancar harap
Hanya sukma yang purna
Merdeka masih sebatas jiwa
Belum merambah menggapai raga
Di atas palka
Kurenungi kembali Indonesia
Teluk Tomini, 20 Juni 2014
ANWARI WMK
(3)
BALADA TELUK TOMINI
Antara Gorontalo dan Pagimana
Antara Pagimana dan Bunta
Terentang selarik balada
Bersama batin yang bertanya
Pada bentangan garis antara
Gorontolo-Pagimana
Tercetus tanya tentang Teluk Tomini
Adakah peradaban dapat diwujudkan?
Pada segala lekuk liku
Jalanan mulus bopeng Pagimana-Bunta
Tergelegak tanya tentang gembur tanah subur
Sudahkah terkelola rapih?
Kutatap langit, laut dan bukit-bukit
Tersimpul arti tentang rakyat
Paham alfabeta kemerdekaan
Tapi etos, entah terselip di mana?
Oh Teluk Tomini
Engkau mutiara peradaban
Tapi tak dimengerti seutuhnya
Sekadar cerita dalam serpihan riwayat
Bunta-Pagimana-Gorontalo, 20-21 Juni 2014
ANWARI WMK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar