Minggu, 29 Mei 2011

Enam Puisi Makkah-Madinah | Karya Anwari WMK

Pengantar: Saat melaksanakan ibadah umrah di Makkah dan Madina, berhasil ditulis enam puisi. Enam puisi tersebut pernah dipublikasikan secara tersendiri di facebook. Kali ini enam puisi itu dipublikasikan secara bersama-sama.

Semoga bermakna bagi publik pencinta puisi.

Salam,
Anwari WMK

(1)

Puisi Karya
Anwari WMK

MULTAZAM

Di Multasam itu
Kubawakan resahku padaMu

Bertahun lamanya
Kubawakan pohon-pohon filsafat
KepadaMu
Engkau tersenyum

Bertahun lamanya
Kubawakan bercawan-cawan ilmu
KepadaMu
Engkau pun tersenyum

Bertahun lamanya
Kubawakan bertangkai-tangkai puisi
KepadaMu
Engkau juga tersenyum

Sekarang di Multazam
Kubawakan resahku padaMu
Negeri tempat aku dilahirkan
Tercabik kuasa angkara murka

Sudah terlalu lama
Kuasa angkara murka itu
Bercokol melumat
Bentangan langit kekuasaan
Hingga tak ada lagi matahari cinta

Kini, di Multazam
Segalanya kuadukan padaMu

Makkah, 7 Mei 2011

Catatan:
Multazam: wilayah antara Hjar Aswad dan pintu Ka'bah.

(2)

Puisi Karya
Anwari WMK

BURUNG-BURUNG DI ATAS KABAH

Di sini waktu berhenti mengalir, burung-burung berterbangan di atas Ka'bah mengiringi ribuan manusia bertawaf sepanjang saat. Burung-burung itu senandungkan keindahan lagu tentang manusia yang musti sampai di tapal batas pencarian: menemukan jalan pulang kembali kepada dirinya yang hakiki.

Segenap tapal batas waktu lalu meleleh. Siang meleleh. Malam meleleh. Di Ka'bah itu manusia mengalir, berputar, sepanjang waktu bersama burung-burung yang terus bersiul, tiada henti. Waktu sungguh telah meleleh.

Tapi tiba-tiba seekor jangkrik merayap di pinggiran jauh pelataran Ka'bah sejurus arah Multazam, berjingkrak di antara hamparan sujud yang sempit. Dua orang jamaah mengusir jangkrik itu agar tak mengganggu sujud yang hendak dihamparkan segera.

Jangkrik itu lalu berlalu dari pandangan manusia. Tapi ia segera ceritakan kepada burung-burung yang tiada lelah terbang di atas Ka'bah. Berkatalah jangkrik itu: "Tak setiap manusia yang lebur dalam tawaf menemukan jalan dalam dirinya, jalan pulang mencapai kesejatiannya yang hakiki."

Dan burung-burung takzim mendengar cerita jangkrik itu.

Mekkah, 8 Mei 2011

(3)

Puisi Karya
Anwari WMK

PUALAM

Mahluk debu tanah
Terseret siklus
Dari profan ke profan
Menampik setiap rindu
Bergemuruh dari sakral ke sakral

Manusia adalah
Mahluk debu tanah itu
Tatkala sakralitas didamba
Profanitas justru terengkuh

Semestinya hadir tanpa akhir
Ruang waktu sakralitas
Agar jiwa manusia sepenuhnya
Seindah pualam

Makkah, 8 Mei 2011

(4)

Puisi Karya
Anwari WMK

KOTA SUCI

Seorang lelaki bercerita tentang
Kekagumannya terhadap
Keindahan masjid di sebuah kota suci

Di pelataran depan masjid itu
Payung-payung raksasa
Mekar saat siang tiba
Kuncup saat malam tiba
Masjid itu sungguh memesona.

Seorang penyair
Saksama mencerna cerita itu
Namun tiba-tiba, sukma mereka
Sama-sama tergetar pilu

Kepada sang penyair,
Lelaki itu berkata:
"Dari dulu aku mengagumi keindahan
Masjid kota suci ini.
Tapi, begitu kuresapi keindahannya
Hatiku kian teriris perih
Sebab, di kota suci ini semestinya
Kugenggam jemari kekasihku
Lalu mata kami saling menatap penuh cinta
Sambil berceloteh tentang
Tahun-tahun mendatang kembali
Dan kembali lagi ke kota suci ini"

Mendengar kisah itu
Sang penyair menundukkan kepala
Matanya menatap tajam pelataran pualam
Di mana ribuan pasang kaki berlalu lalang

Di kota suci itu, pena sang penyair lalu
Terguncang menggeletar
Siap kembali menorehkan puisi tentang
Kasih tak sampai dua orang manusia

Ooh ......

Madinah, 10 Mei 2011

(5)

Puisi Karya
Anwari WMK

POHON AIRMATA

Di dua kota suci
Pohon-pohon filsafat
Masih tumbuh bermekaran
Menghijau di kebon-kebon kesadaran

Semula, nubuah tertoreh
Di atas hamparan pasir pantai
Bahwa mungkin
Pohon-pohon filsafat
Di kebon kesadaran
Pada dua kota suci itu
Bakal bertumbangan
Tiada mampu menatap silau
Pijar kegaiban menggeletar

Di dua kota suci itu, ternyata
Pohon-pohon filsafat
Masih tumbuh bermekaran
Tapi, daun-daunnya berubah
Menjadi airmata
Menangisi masa lalu sia-sia
Buah-buahnya berubah
Menjadi airmata
Untuk tiap resah tak terjawab

Kesadaran filsafat
Di dua kota suci itu.
Telah meruntuhkan
Airmata fana

Maka, filsafat masih akan
Mengalirkan kebeningan jiwa
Mengapai jalan-jalan makrifat
Meraih jalan-jalan hakikat

Madinah, 10 Mei 2011

(6)

Puisi Karya
Anwari WMK

GUNUNG UHUD

Dalam sekerat waktu
Nabi datang ke puncak
Gunung Uhud
Sontak,
Sekujur gunung bergetar

"Gempa bumi,"
Ucap dua orang sahabat

Kata Nabi:
"Ini bukan gempa bumi
Gunung Uhud bergembira
Menyambut kehadiranku"

Gunung Uhud terus bergetar
Terus dan terus bergetar
Hingga Nabi pun berkata:
"Gunung Uhud,
Berhentilah bergetar
Sebab aku telah paham
Engkau sangat bergembira"

Gunung Uhud lantas
Berhenti bergetar
Takzim pada ucap kata
Sang Nabi

Madinah, 12 Mei 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar