Puisi Karya
Anwari WMK
LANGIT MERAH
Hanya melalui jalanan panjang
menggapai langit merah
Kadang lurus
kadang berliku
kadang menanjak
kadang menurun
jalanan itu bertabur harapan
Pada penghujungnya
menganga gerbang bundar
warna putih
pelintasan menuju langit merah
Jiwa berbaris-baris
sukma berdesak-desakan
roh berduyun-duyun
menggapai langit merah
Wahai engkau yang bertahta
di pucuk-pucuk ilalang
mari menggapai langit merah
bersama jiwa
bersama sukma
bersama roh
[2011]
Selasa, 29 November 2011
Minggu, 27 November 2011
Puisi "JEMBATAN MAHAKAM" | Karya Anwari WMK
Puisi Karya
Anwari WMK
JEMBATAN MAHAKAM
Pada akhir pekan nan permai
perempuan itu bersepeda motor
bersama suami
bersama puteri terkasihnya
berumur lima tahun
Dari Tenggarong,
keluarga kecil itu
menempuh perjalanan
menuju Samarinda
Belum jua tuntas melintas
Jembatan Mahakam
musibah datang menyergap
bersama pilu lara jiwa
Jembatan Mahakam ambruk
keluarga kecil itu pun terjatuh
ke tengah kancah arus
nan deras
Perempuan itu
diselamatkan suaminya
hingga mampu menggapai
tubir sungai
tapi puteri terkasih mereka
tertinggal di tengah sungai
Sontak sang suami terjun
kembali ke tengah sungai
hingga berjam kemudian
hingga berhari kemudian
suami itu pun
tak pernah muncul lagi
Bersama sang puteri
suami itu pun
hilang diterkam
arus Sungai Mahakam
Ooh takdir
mengapa begitu pilu warnamu
Perempuan itu kini
meratapi kepergian
dua mutiara cinta
Ooh Jembatan Mahakam
ooh Sungai Mahakam
mengapa cinta
harus berkalang duka?
mengapa?
mengapa?
[2011]
Anwari WMK
JEMBATAN MAHAKAM
Pada akhir pekan nan permai
perempuan itu bersepeda motor
bersama suami
bersama puteri terkasihnya
berumur lima tahun
Dari Tenggarong,
keluarga kecil itu
menempuh perjalanan
menuju Samarinda
Belum jua tuntas melintas
Jembatan Mahakam
musibah datang menyergap
bersama pilu lara jiwa
Jembatan Mahakam ambruk
keluarga kecil itu pun terjatuh
ke tengah kancah arus
nan deras
Perempuan itu
diselamatkan suaminya
hingga mampu menggapai
tubir sungai
tapi puteri terkasih mereka
tertinggal di tengah sungai
Sontak sang suami terjun
kembali ke tengah sungai
hingga berjam kemudian
hingga berhari kemudian
suami itu pun
tak pernah muncul lagi
Bersama sang puteri
suami itu pun
hilang diterkam
arus Sungai Mahakam
Ooh takdir
mengapa begitu pilu warnamu
Perempuan itu kini
meratapi kepergian
dua mutiara cinta
Ooh Jembatan Mahakam
ooh Sungai Mahakam
mengapa cinta
harus berkalang duka?
mengapa?
mengapa?
[2011]
Jumat, 25 November 2011
Puisi "FIRMAN" | Karya Anwari WMK
Puisi Karya
Anwari WMK
FIRMAN
Hewan dan binatang
Bermusyawarah dalam habitatnya
Mengupas firman Tuhan yang suci
Pohon dan tumbuhan
Bermusyawarah dalam himpunannya
Menelaah firman Tuhan yang sakral
Pasir dan bebatuan
Bermusyawarah dalam kumpulannya
Membedah firman Tuhan yang agung
Hewan dan binatang
Pohon dan tumbuhan
Pasir dan bebatuan
Telah memberi pengakuan
Firman terkumandangkan
Untuk setiap takdir kehidupan
Musyawarah demi musyawarah
Lalu riuh redah oleh kesimpulan:
"Manusia hanya paham
Firman untuk dirinya sendiri
Tertera dalam kitab-kitab suci
Manusia abai
Hewan dan binatang bersama firman
Pohon dan tumbuhan bersama firman
Pasir dan bebatuan bersama firman
Sambil terbahak
Atas nama firman yang kitab
Manusia pongah
Menista hewan dan binatang
Menghinakan pohon dan tumbuhan
Melecehkan pasir dan bebatuan"
Hingga alam meradang
Bersama bencana
Manusia belum jua paham
Firman telah berkumandang
Untuk hewan dan binatang
Firman telah berkumandang
Untuk pohon dan tumbuhan
Firman telah berkumandang
Untuk pasir dan bebatuan
[2011]
Anwari WMK
FIRMAN
Hewan dan binatang
Bermusyawarah dalam habitatnya
Mengupas firman Tuhan yang suci
Pohon dan tumbuhan
Bermusyawarah dalam himpunannya
Menelaah firman Tuhan yang sakral
Pasir dan bebatuan
Bermusyawarah dalam kumpulannya
Membedah firman Tuhan yang agung
Hewan dan binatang
Pohon dan tumbuhan
Pasir dan bebatuan
Telah memberi pengakuan
Firman terkumandangkan
Untuk setiap takdir kehidupan
Musyawarah demi musyawarah
Lalu riuh redah oleh kesimpulan:
"Manusia hanya paham
Firman untuk dirinya sendiri
Tertera dalam kitab-kitab suci
Manusia abai
Hewan dan binatang bersama firman
Pohon dan tumbuhan bersama firman
Pasir dan bebatuan bersama firman
Sambil terbahak
Atas nama firman yang kitab
Manusia pongah
Menista hewan dan binatang
Menghinakan pohon dan tumbuhan
Melecehkan pasir dan bebatuan"
Hingga alam meradang
Bersama bencana
Manusia belum jua paham
Firman telah berkumandang
Untuk hewan dan binatang
Firman telah berkumandang
Untuk pohon dan tumbuhan
Firman telah berkumandang
Untuk pasir dan bebatuan
[2011]
Senin, 21 November 2011
Puisi "BUIH" | Karya Anwari WMK
Puisi Karya
Anwari WMK
BUIH
pada pinggiran pantai
seorang anak muda
menatap buih
ia lantas teringat
kata-kata purba
termaktub dalam kitab tua:
"jangan pernah menjadi
himpunan manusia
serupa kumpulan buih
berserakan hilang arah
saat terhempas ombak
ke pantai"
sembari menarik nafas panjang,
anak muda itu bersikeras
masuk ke relung kesadaran
hingga jiwanya menapaki
tonggak-tonggak kesimpulan
bahwa bangsanya kini buih
tak lebih hanyalah buih
pada ruap elegi pilu
kemunafikan mencipta genangan
untuk para pemimpin
berenang dengan riang
surat kabar radio televisi
hanyalah etalase bagi
semak belukar kata-kata
sembari menjauhi pantai
anak muda itu mengeja
segala mungkin
segenap muskil
merawat bangsanya
agar tak kian berbuih
sekadar buih
[2011]
Anwari WMK
BUIH
pada pinggiran pantai
seorang anak muda
menatap buih
ia lantas teringat
kata-kata purba
termaktub dalam kitab tua:
"jangan pernah menjadi
himpunan manusia
serupa kumpulan buih
berserakan hilang arah
saat terhempas ombak
ke pantai"
sembari menarik nafas panjang,
anak muda itu bersikeras
masuk ke relung kesadaran
hingga jiwanya menapaki
tonggak-tonggak kesimpulan
bahwa bangsanya kini buih
tak lebih hanyalah buih
pada ruap elegi pilu
kemunafikan mencipta genangan
untuk para pemimpin
berenang dengan riang
surat kabar radio televisi
hanyalah etalase bagi
semak belukar kata-kata
sembari menjauhi pantai
anak muda itu mengeja
segala mungkin
segenap muskil
merawat bangsanya
agar tak kian berbuih
sekadar buih
[2011]
Jumat, 18 November 2011
Puisi "SAMPAI TIBA" | Karya Anwari WMK
Puisi Karya
Anwari WMK
SAMPAI TIBA
sampai telah tiba
tiba telah sampai
sampai tiba telah
tiba sampai telah
telah sampai tiba
telah tiba sampai
sampai sampai sampai
telah telah telah
tiba tiba tiba
sampai.
telah.
tiba.
untukMu
kehadiratMu
ooh sampai
oooh telah
ooh tiba
untukMu
kehadiratMu
ooh . . . . . .
[2011]
Anwari WMK
SAMPAI TIBA
sampai telah tiba
tiba telah sampai
sampai tiba telah
tiba sampai telah
telah sampai tiba
telah tiba sampai
sampai sampai sampai
telah telah telah
tiba tiba tiba
sampai.
telah.
tiba.
untukMu
kehadiratMu
ooh sampai
oooh telah
ooh tiba
untukMu
kehadiratMu
ooh . . . . . .
[2011]
Kamis, 17 November 2011
Puisi "PENDULUM WAKTU" | Karya Anwari WMK
Puisi Karya
Anwari WMK
PENDULUM WAKTU
Dari satu pendulum waktu
Ke pendulum waktu lain
Dalam dekap cahaya rindu
Kupasrahkan diriku fana
Tenggelam hingga jauh
Dalam samudera sujud
Tafakur tak bertepi
KepadaMu
Duhai Cinta
Cahaya kasihMu abadi
Walau pendulum waktu
Akhirnya runtuh satu-satu
Dan pada segenap punah
Demi menggapai diriMu
Aku tak berarti apa-apa
Sekadar debu tanah
Nista oleh elok
Keindahan pualam
Wahai Kekasih, duhai Cinta
Engkau masih terlampau
Agung
Meski kubiarkan punah
Melumatkan diriku
Dalam nisbi
Selamanya
[2011]
Anwari WMK
PENDULUM WAKTU
Dari satu pendulum waktu
Ke pendulum waktu lain
Dalam dekap cahaya rindu
Kupasrahkan diriku fana
Tenggelam hingga jauh
Dalam samudera sujud
Tafakur tak bertepi
KepadaMu
Duhai Cinta
Cahaya kasihMu abadi
Walau pendulum waktu
Akhirnya runtuh satu-satu
Dan pada segenap punah
Demi menggapai diriMu
Aku tak berarti apa-apa
Sekadar debu tanah
Nista oleh elok
Keindahan pualam
Wahai Kekasih, duhai Cinta
Engkau masih terlampau
Agung
Meski kubiarkan punah
Melumatkan diriku
Dalam nisbi
Selamanya
[2011]
Rabu, 16 November 2011
Puisi "PANAH MATAHARI" | Karya Anwari WMK
Puisi Karya
Anwari WMK
PANAH MATAHARI
Binatang-binatang berlarian
Memburu keselamatan diri
Menggapai rongga relung teduh
Saat berkas-berkas cahaya matahari
Menjelma jutaan anak panah
Kekaisaran binatang heboh
Tak ada lagi waktu syahdu
Bermandikan cahaya matahari
Raja diraja binatang terpaksa
Maklumatkan sebuah titah:
"Jauhi cahaya matahari
Zaman sudah akhir
Tak lagi serentak seiring
Bersama matahari"
Tapi pada kemarau yang puncak
Pada siang yang terik
Seorang lelaki dan perempuan
Melintasi padang luas belantara
Jutaan panah matahari
Putus patah terkulai
Tiada mampu menyentuh
Tubuh mereka
Kekaisaran binatang heboh
Menyoal jati diri:
Siapa sesungguhnya
Dua manusia itu?
Kata sebongkah batu
Di kaki gunung:
"Mereka bukan siapa-siapa
Hanya manusia biasa
Pada jiwa batin mereka
Bersemayam hakikat Tuhan"
Binatang-binatang kini tertunduk
Mengeja segenap simpul
Kedunguan
Kelancungan
[2011]
Anwari WMK
PANAH MATAHARI
Binatang-binatang berlarian
Memburu keselamatan diri
Menggapai rongga relung teduh
Saat berkas-berkas cahaya matahari
Menjelma jutaan anak panah
Kekaisaran binatang heboh
Tak ada lagi waktu syahdu
Bermandikan cahaya matahari
Raja diraja binatang terpaksa
Maklumatkan sebuah titah:
"Jauhi cahaya matahari
Zaman sudah akhir
Tak lagi serentak seiring
Bersama matahari"
Tapi pada kemarau yang puncak
Pada siang yang terik
Seorang lelaki dan perempuan
Melintasi padang luas belantara
Jutaan panah matahari
Putus patah terkulai
Tiada mampu menyentuh
Tubuh mereka
Kekaisaran binatang heboh
Menyoal jati diri:
Siapa sesungguhnya
Dua manusia itu?
Kata sebongkah batu
Di kaki gunung:
"Mereka bukan siapa-siapa
Hanya manusia biasa
Pada jiwa batin mereka
Bersemayam hakikat Tuhan"
Binatang-binatang kini tertunduk
Mengeja segenap simpul
Kedunguan
Kelancungan
[2011]
Selasa, 15 November 2011
Puisi "PENGENDARA WAKTU" | Karya Anwari WMK
Puisi Karya
Anwari WMK
PENGENDARA WAKTU
Dia duduk di punggung waktu
Hingga waktu dia bayangkan
Sama serupa seekor kuda
Dia lalu mengendarai waktu
Berjalan terbang
Melampaui pucuk-pucuk pohon
Suatu hari dia memberi titah
Agar waktu menyusur masa lampau
Saat waktu sungguh membawanya
Ke masa nan lampau
Dia lalu bertatap pandang
Wajah-wajah bening kerabatnya
Telah lama berkalang tanah
Sang kerabat tersenyum
Sembari berkata-kata:
"Tanamlah pohon-pohon kebajikan
Agar zamanmu jangan kian berpilin
Sekadar menjadi labirin gundah-gulana"
Pada hari lain, dia memberi titah
Agar waktu menelusur masa depan
Saat waktu sungguh membawanya
Ke masa depan
Dia lalu bertatap muka
Wajah-wajah pemimpin cerdas
Sambil tersenyum
Para pemimpin itu berkata:
"Segeralah engkau bertanam
Pohon-pohon kebajikan
Agar zamanmu tak kian ringkih
Selamatkanlah zamanmu
Segerakanlah bertanam
Pohon-pohon kebajikan"
Kini,
Sang pengendara waktu paham
Masa lampau dan masa depan
Mengumandangkan
Kesamaan nubuah
Bertanam pohon-pohon kebajikan.
[2011]
Puisi ini bisa juga disimak di sini:
* http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150458662166468
Anwari WMK
PENGENDARA WAKTU
Dia duduk di punggung waktu
Hingga waktu dia bayangkan
Sama serupa seekor kuda
Dia lalu mengendarai waktu
Berjalan terbang
Melampaui pucuk-pucuk pohon
Suatu hari dia memberi titah
Agar waktu menyusur masa lampau
Saat waktu sungguh membawanya
Ke masa nan lampau
Dia lalu bertatap pandang
Wajah-wajah bening kerabatnya
Telah lama berkalang tanah
Sang kerabat tersenyum
Sembari berkata-kata:
"Tanamlah pohon-pohon kebajikan
Agar zamanmu jangan kian berpilin
Sekadar menjadi labirin gundah-gulana"
Pada hari lain, dia memberi titah
Agar waktu menelusur masa depan
Saat waktu sungguh membawanya
Ke masa depan
Dia lalu bertatap muka
Wajah-wajah pemimpin cerdas
Sambil tersenyum
Para pemimpin itu berkata:
"Segeralah engkau bertanam
Pohon-pohon kebajikan
Agar zamanmu tak kian ringkih
Selamatkanlah zamanmu
Segerakanlah bertanam
Pohon-pohon kebajikan"
Kini,
Sang pengendara waktu paham
Masa lampau dan masa depan
Mengumandangkan
Kesamaan nubuah
Bertanam pohon-pohon kebajikan.
[2011]
Puisi ini bisa juga disimak di sini:
* http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150458662166468
Senin, 14 November 2011
Puisi "MENJADI CAHAYA" | Karya Anwari WMK
Puisi Karya
Anwari WMK
MENJADI CAHAYA
Cahaya senantiasa datang
Untuk semua pepohonan
Tapi, hanya sebatang pohon
Bercahaya diterpa cahaya
Saat hati mati
Dalam semak belukar jiwa
Cahaya datang bersambut
Sia-sia.
Senandung burung nuri
Lalu berseru:
"Mengapa kita
Tak berubah saja
Menjadi cahaya,
Dan lebur dengan
Cahaya Maha Cahaya"
[2011]
Anwari WMK
MENJADI CAHAYA
Cahaya senantiasa datang
Untuk semua pepohonan
Tapi, hanya sebatang pohon
Bercahaya diterpa cahaya
Saat hati mati
Dalam semak belukar jiwa
Cahaya datang bersambut
Sia-sia.
Senandung burung nuri
Lalu berseru:
"Mengapa kita
Tak berubah saja
Menjadi cahaya,
Dan lebur dengan
Cahaya Maha Cahaya"
[2011]
Selasa, 08 November 2011
Puisi "LELAKI MENATAP CAHAYA" | Karya Anwari WMK
Puisi Karya
Anwari WMK
LELAKI MENATAP CAHAYA
[. . . . .pada mulanya: . . . . .]
Malam itu
Dari seberang jalan itu
Lelaki muda berkacamata itu
Menatap terang benderang
Cahaya
Sudah ribuan kali dia
Berlalu lalang
Di pertokoan itu
Bahkan saat malam
Menebarkan jubah hitamnya
Ia berulang kali
Melintasi trotoar pertokoan itu
Tapi pada malam nan hening itu
Sendirian dari seberang jalan
Dia menatap etalase sebuah toko
Sepenuhnya bertabir kaca
Sempurna dalam terang benderang
Cahaya
Dia lalu mendekat, mendekat,
Terus . . . . mendekat
Lantas, ia pun
Sepenuhnya terperangah
Perempuan berwajah bening
Bermata jernih nan elok
Bergaun seputih salju
Dari tubuhnya terpancar
Terang cahaya benderang
Di malam itu
Toko itu
Tak berlampu
Lelaki muda itu pun linglung
Jiwanya teraduk bingung
Mengapa seorang manusia
Seluruh tubuhnya cahaya
Lelaki muda itu
Berulang kali membuka pasang
Kacamatanya
Demi menatap terang benderang
Cahaya
Pandangannya lalu berubah nanar
Tak kuasa berlama waktu
Menatap terang benderang
Cahaya
Perlahan ia mundur
Menjauhi itu toko
Kembali melangkahkan kaki
Bersama karut-marut pikiran
Pada taman yang mulai sepi
Ia hempaskan tubuhnya
Di sebuah kursi panjang
Walau terbungkus jaket tebal
Tubuhnya super menggigil
Tas dan buku-buku
Dia peluk erat-erat
Ia terus
Menarik napas dalam-dalam
Merasa diintip rembulan
Terselip di balik awan
Dia tengadahkan wajah
Ke lazuardi malam
Dengan bibir tergetar
Dan lidah penuh kelu
Dia pun berkata:
"Oh rembulan,
Kuasa langit memuktabarkan
Aku menatap
Cahaya Maha Cahaya"
[. . . . .pada akhirnya: . . . . .]
Sejak malam itu
Lelaki muda itu
Menyulam sajak dan puisi
Bersama diam sunyi sepi
Lelaki itu
Tak pernah menulis dengan
Pikirannya
Dia hanya menulis dengan
Hatinya
Hingga bertahun kemudian
Saat umurnya tergerus tua
Ia masih menyulam sajak dan puisi
Penanya tak pernah kering
Menorehkan aneka narasi
Keagungan
Cahaya Maha Cahaya
[Idul Adha, 2011]
Anwari WMK
LELAKI MENATAP CAHAYA
[. . . . .pada mulanya: . . . . .]
Malam itu
Dari seberang jalan itu
Lelaki muda berkacamata itu
Menatap terang benderang
Cahaya
Sudah ribuan kali dia
Berlalu lalang
Di pertokoan itu
Bahkan saat malam
Menebarkan jubah hitamnya
Ia berulang kali
Melintasi trotoar pertokoan itu
Tapi pada malam nan hening itu
Sendirian dari seberang jalan
Dia menatap etalase sebuah toko
Sepenuhnya bertabir kaca
Sempurna dalam terang benderang
Cahaya
Dia lalu mendekat, mendekat,
Terus . . . . mendekat
Lantas, ia pun
Sepenuhnya terperangah
Perempuan berwajah bening
Bermata jernih nan elok
Bergaun seputih salju
Dari tubuhnya terpancar
Terang cahaya benderang
Di malam itu
Toko itu
Tak berlampu
Lelaki muda itu pun linglung
Jiwanya teraduk bingung
Mengapa seorang manusia
Seluruh tubuhnya cahaya
Lelaki muda itu
Berulang kali membuka pasang
Kacamatanya
Demi menatap terang benderang
Cahaya
Pandangannya lalu berubah nanar
Tak kuasa berlama waktu
Menatap terang benderang
Cahaya
Perlahan ia mundur
Menjauhi itu toko
Kembali melangkahkan kaki
Bersama karut-marut pikiran
Pada taman yang mulai sepi
Ia hempaskan tubuhnya
Di sebuah kursi panjang
Walau terbungkus jaket tebal
Tubuhnya super menggigil
Tas dan buku-buku
Dia peluk erat-erat
Ia terus
Menarik napas dalam-dalam
Merasa diintip rembulan
Terselip di balik awan
Dia tengadahkan wajah
Ke lazuardi malam
Dengan bibir tergetar
Dan lidah penuh kelu
Dia pun berkata:
"Oh rembulan,
Kuasa langit memuktabarkan
Aku menatap
Cahaya Maha Cahaya"
[. . . . .pada akhirnya: . . . . .]
Sejak malam itu
Lelaki muda itu
Menyulam sajak dan puisi
Bersama diam sunyi sepi
Lelaki itu
Tak pernah menulis dengan
Pikirannya
Dia hanya menulis dengan
Hatinya
Hingga bertahun kemudian
Saat umurnya tergerus tua
Ia masih menyulam sajak dan puisi
Penanya tak pernah kering
Menorehkan aneka narasi
Keagungan
Cahaya Maha Cahaya
[Idul Adha, 2011]
Senin, 07 November 2011
Puisi "BINATANG" | Karya Anwari WMK
Puisi Karya
Anwari WMK
BINATANG
Meski dalam himpunannya
Binatang-binatang itu
Takkan pernah paham ideologi
Juga tak mengerti kuasa politik
Binatang-binatang itu
Terlampau sibuk meraih cinta
Agar sepenuhnya harmoni
Bersama alam
Binatang-binatang itu cuma paham
Alam adalah firman
Maka,
Langit kini turut tersenyum bahagia
Menatap semesta kehidupan bumi
Betapa binatang abadi dalam
Pencarian cinta
Untuk harmoni bersama alam
Alam yang firman
Firman yang Tuhan
[2011]
Anwari WMK
BINATANG
Meski dalam himpunannya
Binatang-binatang itu
Takkan pernah paham ideologi
Juga tak mengerti kuasa politik
Binatang-binatang itu
Terlampau sibuk meraih cinta
Agar sepenuhnya harmoni
Bersama alam
Binatang-binatang itu cuma paham
Alam adalah firman
Maka,
Langit kini turut tersenyum bahagia
Menatap semesta kehidupan bumi
Betapa binatang abadi dalam
Pencarian cinta
Untuk harmoni bersama alam
Alam yang firman
Firman yang Tuhan
[2011]
Minggu, 06 November 2011
Puisi "SELEMBAR DAUN KERING" | Karya Anwari WMK
Puisi Karya
Anwari WMK
SELEMBAR DAUN KERING
Seandainya manusia sepenuhnya paham
Betapa selembar daun kering disangatkan pedih
Terjepit terhimpit di antara bebatuan
Maka batin manusia merasakan deritanya
Dan manusia tergopoh memberi penyelamatan
Untuk setiap lembar daun kering
Bebas dari jepitan himpitan bebatuan
Tapi nyanyian seruling anak gembala
Telah lama mengisahkan ihwal
Kepasrahan daun-daun kering
Dalam jepitan himpitan bebatuan
Kata nyanyian seruling anak gembala:
"Daun kering dan bebatuan
Telah sama-sama mendengar
Titah takdir Sang Penguasa Waktu
Bahwa daun kering terjepit bebatuan
Dan lalu menjadi secuil ornamen keindahan
Planet Bumi
Selembar daun memang terjepit bebatuan
Namun dipenuhi pesona keindahan
Hingga para pujangga terbelalak takjub
Tiada tara"
Oh daun kering
Engkau ikhlash menyambut takdir
Rida bersama takdir
[2011]
Anwari WMK
SELEMBAR DAUN KERING
Seandainya manusia sepenuhnya paham
Betapa selembar daun kering disangatkan pedih
Terjepit terhimpit di antara bebatuan
Maka batin manusia merasakan deritanya
Dan manusia tergopoh memberi penyelamatan
Untuk setiap lembar daun kering
Bebas dari jepitan himpitan bebatuan
Tapi nyanyian seruling anak gembala
Telah lama mengisahkan ihwal
Kepasrahan daun-daun kering
Dalam jepitan himpitan bebatuan
Kata nyanyian seruling anak gembala:
"Daun kering dan bebatuan
Telah sama-sama mendengar
Titah takdir Sang Penguasa Waktu
Bahwa daun kering terjepit bebatuan
Dan lalu menjadi secuil ornamen keindahan
Planet Bumi
Selembar daun memang terjepit bebatuan
Namun dipenuhi pesona keindahan
Hingga para pujangga terbelalak takjub
Tiada tara"
Oh daun kering
Engkau ikhlash menyambut takdir
Rida bersama takdir
[2011]
Kamis, 03 November 2011
Puisi "PENGAKUANKU" | Karya Anwari WMK
Puisi Karya
Anwari WMK
PENGAKUANKU
Berdiri di atas ketinggian bukit
Kusaksikan matahari sore
Tersungkur perlahan
Ke bawah telapak
Kaki langit senja
Lalu kupandangi
Seluruh penjuru arah
Mata angin
Aku kini bersorot mata tajam
Setajam mata elang
Tiba-tiba kulihat WajahMu
Kutatap WajahMu
Kutergetar oleh WajahMu
Tergigil aku, menyimak WajahMu
Wahai Engkau
Inilah pengakuanku
Pada setiap hempasan musim
Pada setiap semilir tiupan angin
Kupasrahkan diriku
Teringkus meringkuk di atas
Pelataran sujud tafakur
Hingga kemudian adaku
Berjingkrat berlompatan
Dari fana ke fana
Di bawah kanopi KeagunganMu
Tak terlukiskan oleh
Semesta kalimat
Dan kata-kata
Wahai Engkau
Inilah pengakuanku
Pada ketinggian bukit ini
Kembali kuminum
Berkendi-kendi
Anggur CintaMu
Maka,
Biarlah matahari itu
Sepenuhnya tersungkur
Di kaki langit senja
Aku sungguh tak peduli
Sebab, di bukit ini
Terus aku memabukkan
Diriku
Bersama gelas-gelas
Anggur CintaMu
Terus. Terus. Terus. . . . . .
Hingga perguliran massa
Sesak oleh tiupan sangkakala
Bertanda dunia tamat
Khatam dalam remuk redam
[Jakarta, awal November 2011]
Anwari WMK
PENGAKUANKU
Berdiri di atas ketinggian bukit
Kusaksikan matahari sore
Tersungkur perlahan
Ke bawah telapak
Kaki langit senja
Lalu kupandangi
Seluruh penjuru arah
Mata angin
Aku kini bersorot mata tajam
Setajam mata elang
Tiba-tiba kulihat WajahMu
Kutatap WajahMu
Kutergetar oleh WajahMu
Tergigil aku, menyimak WajahMu
Wahai Engkau
Inilah pengakuanku
Pada setiap hempasan musim
Pada setiap semilir tiupan angin
Kupasrahkan diriku
Teringkus meringkuk di atas
Pelataran sujud tafakur
Hingga kemudian adaku
Berjingkrat berlompatan
Dari fana ke fana
Di bawah kanopi KeagunganMu
Tak terlukiskan oleh
Semesta kalimat
Dan kata-kata
Wahai Engkau
Inilah pengakuanku
Pada ketinggian bukit ini
Kembali kuminum
Berkendi-kendi
Anggur CintaMu
Maka,
Biarlah matahari itu
Sepenuhnya tersungkur
Di kaki langit senja
Aku sungguh tak peduli
Sebab, di bukit ini
Terus aku memabukkan
Diriku
Bersama gelas-gelas
Anggur CintaMu
Terus. Terus. Terus. . . . . .
Hingga perguliran massa
Sesak oleh tiupan sangkakala
Bertanda dunia tamat
Khatam dalam remuk redam
[Jakarta, awal November 2011]
Rabu, 02 November 2011
Puisi "LIPATAN KERTAS" | Karya Anwari WMK
Puisi Karya
Anwari WMK
LIPATAN KERTAS
Pada setiap lipatan kertas
Terlipat pula rahasiaMu
Kian terkuat lipatan kertas itu
Kian pula tampak semburat
CintaMu
Manusia selalu
Menyederhanakan makrifat
Bahwa di tiap lipatan kertas
Tertimbun ribuan tahun
Berjibun berlaksa
Ilmu pengetahuan
Dan kertas itu pun dicium
Dari generasi ke generasi
Serupa sekuntum kembang
Mekar mewangi di pekarangan
Hari ini kami sampai
Di pusar terdalam makrifat
Bahwa pada lipatan-lipatan kertas itu
Terpapar menyeruak CintaMu
Hanya CintaMu
Cuma CintaMu
[2011]
Anwari WMK
LIPATAN KERTAS
Pada setiap lipatan kertas
Terlipat pula rahasiaMu
Kian terkuat lipatan kertas itu
Kian pula tampak semburat
CintaMu
Manusia selalu
Menyederhanakan makrifat
Bahwa di tiap lipatan kertas
Tertimbun ribuan tahun
Berjibun berlaksa
Ilmu pengetahuan
Dan kertas itu pun dicium
Dari generasi ke generasi
Serupa sekuntum kembang
Mekar mewangi di pekarangan
Hari ini kami sampai
Di pusar terdalam makrifat
Bahwa pada lipatan-lipatan kertas itu
Terpapar menyeruak CintaMu
Hanya CintaMu
Cuma CintaMu
[2011]
Puisi "RAMBUT DARI SURGA" | Karya Anwari WMK
Puisi Karya
Anwari WMK
RAMBUT DARI SURGA
Pada rambutnya yang panjang
Angin cemburu tiada tara
Hingga angin kemudian
Memburu perempuan itu
Agar rambutnya tercerabut
Sepenuhnya
Tiada tahan menatap nestapa
Bianglala turun menuju bumi
Bertarung sepenuh sukma
Memberi perlindungan
Angin pun bersusah payah
Hanya sekadar mampu
Mencerabut satu persatu
Rambut perempuan itu
Tapi
Setiap helai rambut terjatuh
Di hamparan bumi
Tiba-tiba berubah menjadi
Sebatang pohon bunga
Hingga sepanjang bumi
Tercecer rambut
Tumbuh berbatang-batang bunga
Saat senja mulai semburat jingga
Elang dan rajawali berkata:
"Bunga itu bermuasal
Di taman-taman surga
Dan rambut panjang
Perempuan itu
Kelak abadi dalam
Kehidupan surga"
Mendengar pengakuan itu
Angin kini salah tingkah
Tersodok tanda tanya besar
Siapa sesungguhnya
Perempuan itu
[2011]
Anwari WMK
RAMBUT DARI SURGA
Pada rambutnya yang panjang
Angin cemburu tiada tara
Hingga angin kemudian
Memburu perempuan itu
Agar rambutnya tercerabut
Sepenuhnya
Tiada tahan menatap nestapa
Bianglala turun menuju bumi
Bertarung sepenuh sukma
Memberi perlindungan
Angin pun bersusah payah
Hanya sekadar mampu
Mencerabut satu persatu
Rambut perempuan itu
Tapi
Setiap helai rambut terjatuh
Di hamparan bumi
Tiba-tiba berubah menjadi
Sebatang pohon bunga
Hingga sepanjang bumi
Tercecer rambut
Tumbuh berbatang-batang bunga
Saat senja mulai semburat jingga
Elang dan rajawali berkata:
"Bunga itu bermuasal
Di taman-taman surga
Dan rambut panjang
Perempuan itu
Kelak abadi dalam
Kehidupan surga"
Mendengar pengakuan itu
Angin kini salah tingkah
Tersodok tanda tanya besar
Siapa sesungguhnya
Perempuan itu
[2011]
Selasa, 01 November 2011
Puisi "PELUH" | Karya Anwari WMK
Puisi Karya
Anwari WMK
PELUH
Setiap jiwa raganya memasuki
rumah-rumah ibadah,
ia tafakurkan hatinya
dalam kehendak total
penyerahan diri kepada Ilahi.
Di rumah-rumah ibadah itu,
ia menghampakan dirinya
lepas dari belenggu waktu,
hingga doa dan munajatnya
sepenuhnya melampaui
segala keperkasaan waktu.
Antara duduk dan berdiri,
antara diam dan bergerak,
ia lalu mendapati dirinya
berpeluh,
merajut eksistensi jiwa
bersama peluh,
dan peluhnya lalu menetes
membasahi pelataran
rumah ibadah.
Bertahun-tahun,
dari satu rumah ibadah
ke rumah ibadah lain,
dari satu titik bumi
ke titik bumi lain
ia seru Ilahi dengan
puncak keyakinan jiwa
seorang hamba,
bersama peluh terus menetes,
hingga tetesan peluh itu terhimpun
membentuk sebuah danau.
Pada suatu gema tak meruang
dan tak mewaktu,
Tuhan bertitah agar peluh itu
memadamkan bara api neraka.
[2011]
Anwari WMK
PELUH
Setiap jiwa raganya memasuki
rumah-rumah ibadah,
ia tafakurkan hatinya
dalam kehendak total
penyerahan diri kepada Ilahi.
Di rumah-rumah ibadah itu,
ia menghampakan dirinya
lepas dari belenggu waktu,
hingga doa dan munajatnya
sepenuhnya melampaui
segala keperkasaan waktu.
Antara duduk dan berdiri,
antara diam dan bergerak,
ia lalu mendapati dirinya
berpeluh,
merajut eksistensi jiwa
bersama peluh,
dan peluhnya lalu menetes
membasahi pelataran
rumah ibadah.
Bertahun-tahun,
dari satu rumah ibadah
ke rumah ibadah lain,
dari satu titik bumi
ke titik bumi lain
ia seru Ilahi dengan
puncak keyakinan jiwa
seorang hamba,
bersama peluh terus menetes,
hingga tetesan peluh itu terhimpun
membentuk sebuah danau.
Pada suatu gema tak meruang
dan tak mewaktu,
Tuhan bertitah agar peluh itu
memadamkan bara api neraka.
[2011]
Puisi "WAHAI ENGKAU" | Karya Anwari WMK
Puisi Karya
Anwari WMK
WAHAI ENGKAU
Wahai Engkau,
Biarkan aku berbagi kisah
Kepada manusia
Ihwal keagungan CintaMu
Biarkan aku bercerita
Melalui pesona keindahan kata-kata
Wahai Engkau
Bagaimana aku bisa
Diam membisu tak berkisah
Kepada manusia
Ihwal keagungan CintaMu
Bagaimana aku bisa diam
Bagaimana bisa diam
Tak mengisahkan keagungan
CintaMu
Padahal, keagungan
CintaMu
Melebihi matahari bintang rembulan
Melampaui bentangan alam semesta
Wahai Engkau,
Aku kian mabuk, kian kepayang
Menenggak dari beribu tempayan
Anggur CintaMu itu
Hingga inginku sepenuhnya membuncah
Agar setiap sungai
Hanya mengalir deraskan
Anggur CintaMu
Agar genangan samudera
Seluruhnya anggur CintaMu
Wahai Engkau
Wahai Engkau
[2011]
Anwari WMK
WAHAI ENGKAU
Wahai Engkau,
Biarkan aku berbagi kisah
Kepada manusia
Ihwal keagungan CintaMu
Biarkan aku bercerita
Melalui pesona keindahan kata-kata
Wahai Engkau
Bagaimana aku bisa
Diam membisu tak berkisah
Kepada manusia
Ihwal keagungan CintaMu
Bagaimana aku bisa diam
Bagaimana bisa diam
Tak mengisahkan keagungan
CintaMu
Padahal, keagungan
CintaMu
Melebihi matahari bintang rembulan
Melampaui bentangan alam semesta
Wahai Engkau,
Aku kian mabuk, kian kepayang
Menenggak dari beribu tempayan
Anggur CintaMu itu
Hingga inginku sepenuhnya membuncah
Agar setiap sungai
Hanya mengalir deraskan
Anggur CintaMu
Agar genangan samudera
Seluruhnya anggur CintaMu
Wahai Engkau
Wahai Engkau
[2011]
Langganan:
Postingan (Atom)