AMARAH
Di radio, suara-suara amarah
Sengit saling bercabik ranah
Kritik bertabur-baur caci-maki
Menggugat laku kuasa nirnurani
Aku hanyalah pendengar sunyi
Retas tanpa selipat ucap
Hingga malam merebah bumi
Gagap berkawan gagasan pengap
Secangkir kopi telah pahitkan kelu
Saat lidah sepenuhnya pena
Resah merapal segenap pilu
Dalam genggam jemari gulana
Sungguh, aku pun terkobar amarah
Mencerna laku pemimpin pongah
Tapi pena terdekap jemari lemah
Memilih senandung sunyi tanah
Dan di radio itu
Suara-suara terus mengingau
Terpelanting di larik-larik jauh
Kian meruapi pusaran amarah
(2013)
ANWARI WMK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar