Kamis, 31 Juli 2014

13 Puisi Ramadan - Idul Fitri 2014

13 PUISI RAMADAN - IDUL FITRI

Catatan: Selama Ramadan hingga Idul Fitri 2014 berhasil ditulis 13 puisi. Berikut ini puisi-puisi tersebut, silahkan simak, dan semoga bermakna.

(1)
JALAN TUHAN

Kutemukan jalan menuju Tuhan
Tapi kumelangkah pelan perlahan
Kidung lirih mendesirkan jiwaku
Aku pun berjalan sambil menoleh

Tuan Putri, di mana engkau berada?
Kutunggu engkau. Kunanti dirimu
Di sini. Di persimpangan senja ini
Mari kita bergandeng tangan. Mari

Tuan Putri,
Segeralah mendekat, dekap diriku
Inilah jalan lurus itu. Jalanku. Jalanmu.
Jalan keabadian cinta

(Jakarta, Ramadan 2014)

ANWARI WMK

(2)
MAKRIFAT SEEKOR BURUNG

Seekor burung terbang dari ketinggian bukit
Di pucuk pohon pelataran rumah, ia hinggap
Aku menatapnya dengan takzim
Karena burung itu lantang berkata-kata:

"Mengapa ada kenabian di Bumi?
Sebab Tuhan tak pernah rela
Bumi kosong, melompong sepi
Dari keagungan argumentasi"

Mendengar itu,
Secepat kilat kubertanya:
"Argumentasi apa?"
Dan burung itu kembali berkata:

"Argumentasi ihwal Tuhan nan esa
Agar manusia purna seutuhnya paham
Bahwa baka adalah baka
Bahwa fana adalah fana
Bahwa hakikat adalah hakikat
Bahwa duplikat adalah duplikat
Dan agar manusia tahu
Bahwa Tuhan tak berbatas waktu"

Sejenak kemudian. Seorang kawan datang
Kusambut dia, dengan jabat tangan
Saat kembali kutatap pohon di pelataran
Burung itu telah pergi, menyisakan teka-teki

Jakarta-Bandung, Ramadan 2014

ANWARI WMK

(3)
MUNAJAT RAMADAN

Menjejak selasar Ramadan
Kuhibahkan jiwa raga
Bermusafir dari kota ke kota
Dan seuntai rahasia, terkuak

Dulu kutanya diri sendiri
Di manakah belahan jiwa
Saksi tumpahan airmata
Dari sujud ke sujud?

Langit bisu tanpa kata
Hanya di penghujung senja
Menjelang Ramadan tiba
Tersulam indah tatapan mata

Doa-doa lantas membahana
Demi merengkuh selamanya
Tatapan mata itu
Dalam tatapan mataku

Di selasar Ramadan kini,
Tuhan begitu dekat
Saat kukenang kembali
Sorot tatapan mata itu

Oh Tuhan,
Keindahan-Mu terpercik
Pada elok tatapan mata itu
Izinkan aku memilikinya
Seutuhnya

Bandung-Jakarta, Ramadan 2014

ANWARI WMK

(4)
HAI KEKASIH

Hai kekasih
Semoga engkau bahagia
Dalam keterbekuan rindu
Bersama nyanyian cintaku

Jiwaku kini kembali terseok
Oleh lumat dingin malam
Aku gagal memejamkan mata
Saat pikiran tersita nista manusia

Ternyata kita hanya saksi
Kuasa politik penuh sengkarut
Orang-orang berdebat tanpa arah
Tak bertujuan. Tak bermakrifat

Kucoba paham segala ocehan
Tapi isinya hanya caci maki
Argumentasi sontak mati
Tertusuk duri kata-kata

Engkau mungkin masih ingat
Ucapku dulu di kala senja
Bahwa politik adalah kemuliaan
Berubah menjadi kebinatangan

Akal sehatku kini tumpul
Memahami aneka kegusaran
Atas nama kekuasaan
Kata-kata bersulam logika setan

Seandainya engkau kini
Di sini bersamaku
Engkau kan menatap torehan
Tinta penaku berkesumba darah

Hai kekasih
Ingin kumemelukmu erat-erat
Saat airmataku kembali tumpah
Untuk Indonesia yang kian nista

Hai kekasih
Hai . . . . .

Ramadan 2014

ANWARI WMK

(5)
TEKUK LUTUT

Malam-malam Ramadan berlalu
Bersama dingin terkoyak sepi
Hanya ada satu pengakuan:
Tekuk lutut jiwa pada keindahan

Engkaulah pemilik keindahan itu
Dan akulah pengangum sejatinya
Biarlah kurawat tekuk lutut ini
Di hadapan-Mu terhampar pasrah

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

(6)
BILA TIBA SAAT

Bila tiba saat menghadap-Mu
Hangatkan tubuh kami
Dengan selimut Rahmat-Mu
Dengan selimut Berkah-Mu
Dengan selimut Ampunan-Mu

Bila tiba saat menghadap-Mu
Putihkanlah wajah kami
Tatkala wajah-wajah berubah
Menjadi hitam
Dan jangan hitamkan wajah kami
Tatkala wajah-wajah memutih

Bila tiba saat menghadap-Mu
Jangan Engkau berikan
Catatan amal kami di tangan kiri
Juga jangan dari belakang kami
Jangan pula di leher kami
Melingkar-lingkar rangkaian dosa

Bila tiba saat menghadap-Mu
Berikanlah catatan amal kami
Hanya di tangan kanan
Mudahkan segala kalkulasi kebijakan
Dan segerakan kami berjalan
Menuju rumah keabadian
Di semesta keindahan surga

Walau tanpa keindahan kata-kata
Meski tanpa keelokan narasi
Hanya kepada-Mu kami berucap
Tentang jiwa yang berjuta harap

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

(7)
MENEMBUS MALAM

Kini kugandeng tanganmu
Terbang tinggi menembus malam
Merapal semesta keindahan
Galaksi dan bintang-gemintang

Engkau lalu bersenandung
Tentang kesejatian cinta
Ihwal keagungan rindu
Kita yang sungguh fana

Engkau berbisik pelan:
"Apa musti kuucap lagi
Sajak liris cintamu
Kau tulis hanya untukku?"

Sajak yang mana, tanyaku
"Sajakmu yang berkisah
Tentang JALAN AIRMATA"
Jawabmu

Sontak aku menjawab:
Jangan kau baca lagi sajak itu
Sebab, kutulis itu untukmu
Bersama tumpah airmata lara

Engkau diam, lantas tersenyum
Di antara kilatan cahaya bintang
Kutatap dalam-dalam wajahmu
Engkau sangat cantik, Tuan Putri

Menjelang subuh
Aku kembali duduk
Di antara pena dan kertas-kertas
Di Bumi, tanpa dirimu

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

(8)
IJINKANLAH KAMI

Kami kini menyulam hidup
Bersama air dan tanah
Segenap penjuru cumalah gelap
Berseliput kabut kelam

Maka, ijinkan kami hidup
Berkawan makrifat diri
Agar segera kami sampai
Menjangkau berderang cahaya

Lalu, ijinkan kami hidup
Di keharibaan jiwa dan ruh
Serta hanya di jalan-Mu
Ijinkan kami, gegas berangkat

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

(9)
PEREMPUAN TERINDAH

Seorang lelaki menulis di buku hariannya:
"Bila kelak engkau bersandar di bahuku
Berucap amien untuk senandung
Doa-doaku berpilin airmata
Maka kan kukatakan pada Tuhan
Engkaulah sesungguhnya
Perempuan terindah di alam semesta
Bila kelak masa itu datang
Takkan ada lagi puncak keagungan
Romantika sukma dan jiwa
Seindah romatika antara
Diriku dan dirimu
Juga kukatakan pada Tuhan
Tiap tetes airmataku untuk seuntai doa
Adalah deklarasi cinta untuk dirimu
Perempuan terindah di alam semesta"

Menjelang Ramadan berlaku
Perempuan berwajah sendu
Berdiri di tubir pusara
Membaca buku harian itu
Ia lantas berucap:
"Cinta kita memang tak sampai
Tapi antara hatiku dan hatimu
Terikat tali merah keabadian rindu"

Perempuan itu lalu diam membisu
Hanya air matanya jatuh luruh
Di pelataran pusara
Burung-burung di reranting pohon
Turut diam membisu

Oh Ramadan luka
Oh Ramadan lara

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

(10)
TONGGAK TAKDIR

Pada kesederhanaan bahasa prosa
Pada keindahan bahasa puisi
Pada keagungan bahasa cinta
Jiwaku terpasung pesona makna

Pada bening tatap matamu
Kutemukan kesederhanaan bahasa prosa
Pada elok senyumanmu
Kutemukan keindahan bahasa puisi
Pada renyah kata dan tawamu
Kutemukan keagungan bahasa cinta

Dalam selarik doa
Terlantun di malam dingin
Aku berkata:
"Terima kasih Tuhan
Telah tertancap tonggak takdir
Perjumpaan demi perjumpaan
Maka izinkan kami seirama
Menapak di jalan lurus
Menggapai kerajaan-Mu
Cahaya Maha Cahaya"

(Ramadhan 2014)

ANWARI WMK

(11)
JEJAK-JEJAK AIRMATA

Setiap doa berpilin-pilin
Menjadi tetes airmata
Sebab, Ramadan adalah momentum
Pengakuan fana diri

Malam-malam punah bertumbangan
Dalam alunan doa tak berdawai
Benderang siang berterbangan
Dalam narasi suci tak bertitik
Segalanya hanya memperderas
Tetes demi tetes runtuh airmata

Bila lalu Ramadan hanyut
Di ruas lipat arus waktu
Hanya larik-larik tangis
Turut pergi bersamanya

Ya Allah,
Betapa agung Engkau
Menjedah naluri hayat
Mengoreksi lumut debu tanah
Dengan senarai untai
Syahdu Ramadan Karim

Bila boleh kami meminta
Kembalikan pada perjumpaan
Dengan Ramadan baru
Meski harus tersambut
Jejak-jejak airmata

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

(12)
INILAH AKU

Akulah kaisar kerajaan sunyi
Menanggung sendiri luka perih
Hanya sajak dan puisi
Seutuhnya paham segala pedih

Akulah rajadiraja istana sepi
Membalut sendiri bilur luka
Hanya doa yang bernyanyi
Tentang jiwa yang nestapa

Oh sunyi
Oh sepi
Inilah aku
Lumat semampu kau mau

(Kalisat, Ramadan 2014)

ANWARI WMK

(13)
GAZA

Secuil luka perih
Kian menganga lebar
Saat pena menoreh kata:
Gaza

Kita cuma saksi bisu
Di depan layar televisi
Saat bocah-bocah berdarah
Tercabik ledakan bom

Segores luka
Melebar seluas telaga
Sebab pada akhirnya
Gaza adalah kita

(Idul Fitri 2014)

ANWARI WMK

Sabtu, 26 Juli 2014

Puisi "JEJAK-JEJAK AIRMATA"| Karya Anwari WMK

JEJAK-JEJAK AIRMATA

Setiap doa berpilin-pilin
Menjadi tetes airmata
Sebab, Ramadan adalah momentum
Pengakuan fana diri

Malam-malam punah bertumbangan
Dalam alunan doa tak berdawai
Benderang siang berterbangan
Dalam narasi suci tak bertitik
Segalanya hanya memperderas
Tetes demi tetes runtuh airmata

Bila lalu Ramadan hanyut
Di ruas lipat arus waktu
Hanya larik-larik tangis
Turut pergi bersamanya

Ya Allah,
Betapa agung Engkau
Menjedah naluri hayat
Mengoreksi lumut debu tanah
Dengan senarai untai
Syahdu Ramadan Karim

Bila boleh kami meminta
Kembalikan pada perjumpaan
Dengan Ramadan baru
Meski harus tersambut
Jejak-jejak airmata

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

Senin, 21 Juli 2014

Puisi "PEREMPUAN TERINDAH" | Karya Anwari WMK

PEREMPUAN TERINDAH

Seorang lelaki menulis di buku hariannya:
"Bila kelak engkau bersandar di bahuku
Berucap amien untuk senandung
Doa-doaku berpilin airmata
Maka kan kukatakan pada Tuhan
Engkaulah sesungguhnya
Perempuan terindah di alam semesta
Bila kelak masa itu datang
Takkan ada lagi puncak keagungan
Romantika sukma dan jiwa
Seindah romatika antara
Diriku dan dirimu
Juga kukatakan pada Tuhan
Tiap tetes airmataku untuk seuntai doa
Adalah deklarasi cinta untuk dirimu
Perempuan terindah di alam semesta"

Menjelang Ramadan berlaku
Perempuan berwajah sendu
Berdiri di tubir pusara
Membaca buku harian itu
Ia lantas berucap:
"Cinta kita memang tak sampai
Tapi antara hatiku dan hatimu
Terikat tali merah keabadian rindu"

Perempuan itu lalu diam membisu
Hanya air matanya jatuh luruh
Di pelataran pusara
Burung-burung di reranting pohon
Turut diam membisu

Oh Ramadan luka
Oh Ramadan lara

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

Minggu, 20 Juli 2014

Puisi "IJINKAN KAMI" | Karya Anwari WMK

IJINKANLAH KAMI

Kami kini menyulam hidup
Bersama air dan tanah
Segenap penjuru cumalah gelap
Berseliput kabut kelam

Maka, ijinkan kami hidup
Berkawan makrifat diri
Agar segera kami sampai
Menjangkau berderang cahaya

Lalu, ijinkan kami hidup
Di keharibaan jiwa dan ruh
Serta hanya di jalan-Mu
Ijinkan kami, gegas berangkat

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

Sabtu, 19 Juli 2014

Puisi "MENEMBUS MALAM" | Karya Anwari WMK

MENEMBUS MALAM

Kini kugandeng tanganmu
Terbang tinggi menembus malam
Merapal semesta keindahan
Galaksi dan bintang-gemintang

Engkau lalu bersenandung
Tentang kesejatian cinta
Ihwal keagungan rindu
Kita yang sungguh fana

Engkau berbisik pelan:
"Apa musti kuucap lagi
Sajak liris cintamu
Kau tulis hanya untukku?"

Sajak yang mana, tanyaku
"Sajakmu yang berkisah
Tentang JALAN AIRMATA"
Jawabmu

Sontak aku menjawab:
Jangan kau baca lagi sajak itu
Sebab, kutulis itu untukmu
Bersama tumpah airmata lara

Engkau diam, lantas tersenyum
Di antara kilatan cahaya bintang
Kutatap dalam-dalam wajahmu
Engkau sangat cantik, Tuan Putri

Menjelang subuh
Aku kembali duduk
Di antara pena dan kertas-kertas
Di Bumi, tanpa dirimu

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

Jumat, 18 Juli 2014

Puisi "BILA TIBA SAAT" | Karya Anwari WMK

BILA TIBA SAAT

Bila tiba saat menghadap-Mu
Hangatkan tubuh kami
Dengan selimut Rahmat-Mu
Dengan selimut Berkah-Mu
Dengan selimut Ampunan-Mu

Bila tiba saat menghadap-Mu
Putihkanlah wajah kami
Tatkala wajah-wajah berubah
Menjadi hitam
Dan jangan hitamkan wajah kami
Tatkala wajah-wajah memutih

Bila tiba saat menghadap-Mu
Jangan Engkau berikan
Catatan amal kami di tangan kiri
Juga jangan dari belakang kami
Jangan pula di leher kami
Melingkar-lingkar rangkaian dosa

Bila tiba saat menghadap-Mu
Berikanlah catatan amal kami
Hanya di tangan kanan
Mudahkan segala kalkulasi kebijakan
Dan segerakan kami berjalan
Menuju rumah keabadian
Di semesta keindahan surga

Walau tanpa keindahan kata-kata
Meski tanpa keelokan narasi
Hanya kepada-Mu kami berucap
Tentang jiwa yang berjuta harap

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

Selasa, 15 Juli 2014

Puisi "TEKUK LUTUT" | Karya Anwari WMK

TEKUK LUTUT

Malam-malam Ramadan berlalu
Bersama dingin terkoyak sepi
Hanya ada satu pengakuan:
Tekuk lutut jiwa pada keindahan

Engkaulah pemilik keindahan itu
Dan akulah pengangum sejatinya
Biarlah kurawat tekuk lutut ini
Di hadapan-Mu terhampar pasrah

(Ramadan 2014)

ANWARI WMK

Puisi "HAI KEKASIH" | Karya Anwari WMK

HAI KEKASIH

Hai kekasih
Semoga engkau bahagia
Dalam keterbekuan rindu
Bersama nyanyian cintaku

Jiwaku kini kembali terseok
Oleh lumat dingin malam
Aku gagal memejamkan mata
Saat pikiran tersita nista manusia

Ternyata kita hanya saksi
Kuasa politik penuh sengkarut
Orang-orang berdebat tanpa arah
Tak bertujuan. Tak bermakrifat

Kucoba paham segala ocehan
Tapi isinya hanya caci maki
Argumentasi sontak mati
Tertusuk duri kata-kata

Engkau mungkin masih ingat
Ucapku dulu di kala senja
Bahwa politik adalah kemuliaan
Berubah menjadi kebinatangan

Akal sehatku kini tumpul
Memahami aneka kegusaran
Atas nama kekuasaan
Kata-kata bersulam logika setan

Seandainya engkau kini
Di sini bersamaku
Engkau kan menatap torehan
Tinta penaku berkesumba darah

Hai kekasih
Ingin kumemelukmu erat-erat
Saat airmataku kembali tumpah
Untuk Indonesia yang kian nista

Hai kekasih
Hai . . . . .

Ramadan 2014

ANWARI WMK

Minggu, 13 Juli 2014

Puisi "MUNAJAT RAMADAN" | Karya Anwari WMK

MUNAJAT RAMADAN

Menjejak selasar Ramadan
Kuhibahkan jiwa raga
Bermusafir dari kota ke kota
Dan seuntai rahasia, terkuak

Dulu kutanya diri sendiri
Di manakah belahan jiwa
Saksi tumpahan airmata
Dari sujud ke sujud?

Langit bisu tanpa kata
Hanya di penghujung senja
Menjelang Ramadan tiba
Tersulam indah tatapan mata

Doa-doa lantas membahana
Demi merengkuh selamanya
Tatapan mata itu
Dalam tatapan mataku

Di selasar Ramadan kini,
Tuhan begitu dekat
Saat kukenang kembali
Sorot tatapan mata itu

Oh Tuhan,
Keindahan-Mu terpercik
Pada elok tatapan mata itu
Izinkan aku memilikinya
Seutuhnya

Bandung-Jakarta, Ramadan 2014

ANWARI WMK

"TIGA PUISI GORONTALO" | Karya Anwari WMK

TIGA PUISI GORONTALO

Catatan: Selama melakukan perjalanan ke Gorontalo dan beberapa kawasan sekitarnya, 18-23 Juni 2014, berhasil ditulis tiga buah puisi. Semoga bermakna, berikut puisi-puisi dimaksud:

(1)
KEKASIHKU

Setiap perjumpaan adalah
Anugerah tiada tara
Maka aku mensyukuri
Perjumpaan demi perjumpaan
Dengan dirimu

Betapa indah perjumpaan
Dengan dirimu itu
Seutuhnya tersuar pada
Senyummu
Sorot matamu
Aku memetik sekuntum sajak
Bila menatap senyummu
Aku menuai puisi rindu
Dari sorot indah matamu

Sekarang aku berjalan tanpa dirimu
Menggapai sebagian sudut Nusantara
Kucari mutiara-mutiara makna
Di antara tumpukan riwayat
Pergolakan hidup rakyat
Sebagai hamba sahaya

Di tikungan sejarah
Ketemukan nama-nama
Para pengibar panji
Kemuliaan manusia
Bahwa rakyat bukanlah
Hamba sahaya

Di kaki gunung aku bicara
Dengan anak-anak muda
Tentang masa depan kehidupan
Mereka mengeraskan kepal
Sebab sepenuhnya tahu
Telah dan terus diabaikan

Malam ini aku lelah
Sengkarut Nusantara
Bertumpuk menjibun
Di kepalaku
Ingin aku lelap
Tapi mataku nanar
Menatap catatan-catatan

Lalu, kukenang kembali
Senyum dan indah bola matamu
Sambil menatap keremangan waktu
Lewat tengah malam

Kekasih,
Seandainya engkau kini di sini
Menemaniku tercekam sepi
Engkau akan tahu
Aku menangis. Menangis
Menangis untuk
Indonesia yang compang-camping

Jakarta-Makassar-Gorontalo, 18 Juni 2014

ANWARI WMK

(2)
PADA SEBUAH PALKA

Pada sebuah palka
Kurenungi kembali Indonesia
Malam telah sungguh larut
Saat pelayaran ini membelah laut

Di dek tingkat dua
Aku lelap tanpa mimpi
Terbangun oleh tangis bocah
Kupandangi segala arah

Aku kini secuil dari himpunan
Rakyat yang lelah terlelap
Di dek tingkat dua itu
Kami serupa kaum proletar

Pagi di atas palka
Kupandangi wajah-wajah
Oh proletar
Himpunan yang proletar

Walau terpancar harap
Hanya sukma yang purna
Merdeka masih sebatas jiwa
Belum merambah menggapai raga

Di atas palka
Kurenungi kembali Indonesia

Teluk Tomini, 20 Juni 2014

ANWARI WMK

(3)
BALADA TELUK TOMINI

Antara Gorontalo dan Pagimana
Antara Pagimana dan Bunta
Terentang selarik balada
Bersama batin yang bertanya

Pada bentangan garis antara
Gorontolo-Pagimana
Tercetus tanya tentang Teluk Tomini
Adakah peradaban dapat diwujudkan?

Pada segala lekuk liku
Jalanan mulus bopeng Pagimana-Bunta
Tergelegak tanya tentang gembur tanah subur
Sudahkah terkelola rapih?

Kutatap langit, laut dan bukit-bukit
Tersimpul arti tentang rakyat
Paham alfabeta kemerdekaan
Tapi etos, entah terselip di mana?

Oh Teluk Tomini
Engkau mutiara peradaban
Tapi tak dimengerti seutuhnya
Sekadar cerita dalam serpihan riwayat

Bunta-Pagimana-Gorontalo, 20-21 Juni 2014

ANWARI WMK

Puisi "MAKRIFAT SEEKOR BURUNG" | Karya Anwari WMK

MAKRIFAT SEEKOR BURUNG

Seekor burung terbang dari ketinggian bukit
Di pucuk pohon pelataran rumah, ia hinggap
Aku menatapnya dengan takzim
Karena burung itu lantang berkata-kata:

"Mengapa ada kenabian di Bumi?
Sebab Tuhan tak pernah rela
Bumi kosong, melompong sepi
Dari keagungan argumentasi"

Mendengar itu,
Secepat kilat kubertanya:
"Argumentasi apa?"
Dan burung itu kembali berkata:

"Argumentasi ihwal Tuhan nan esa
Agar manusia purna seutuhnya paham
Bahwa baka adalah baka
Bahwa fana adalah fana
Bahwa hakikat adalah hakikat
Bahwa duplikat adalah duplikat
Dan agar manusia tahu
Bahwa Tuhan tak berbatas waktu"

Sejenak kemudian. Seorang kawan datang
Kusambut dia, dengan jabat tangan
Saat kembali kutatap pohon di pelataran
Burung itu telah pergi, menyisakan teka-teki

Jakarta-Bandung, Ramadan 2014

ANWARI WMK

Rabu, 09 Juli 2014

Puisi "BALADA CINTA" | Karya Anwari WMK

BALADA CINTA

Dari kejauhan geografi
Engkau bersuar tanya:
"Buka puasa di mana?
Menunya apa?"

Sontak. Baladaku bersemburat
Puncak keindahan sukma
Hingga semesta jiwaku
Tergetar menggeletar

Kembali kucerna wajahmu
Kukenang sorot matamu
Seperti sajak dan puisi
Engkau, kubaca kembali

Di pelataran malam
Pada liku kembara sunyi
Batinku perih
Lirih berkata-kata:

"Terima kasih cinta
Dalam tikam belati rindu
Terima kasih cinta
Dalam kebermaknaan airmata"

(Manggarai, Ramadan 2014)

ANWARI WMK

Minggu, 06 Juli 2014

Puisi "SANG PENGELANA" | Karya Anwari WMK

SANG PENGELANA

Hingga malam kian menua
Pengelana itu lebur dalam
Pesona cahaya hijau lumut
Ia lalu mereguk sejuk
Kesyahduan wangi aroma Ramadan

Esok paginya di pucuk pohon
Burung-burung pipit serentak
Mengalunkan senandung doa:
"Oh Tuhan Maha Pengasih
Betapa tak bertepi karunia-Mu
Sudilah Engkau terima
Bulir kristal airmata
Munajat rindu sang pengelana
Di atas hamparan sajadah."

Teriring doa burung-burung pipit
Pengelana itu kembali
Menjejak balada panjang
Berliku dan mendaki

Oh . . . . .
Ramadan karim
Ramadan karim

Ramadan 2014

AWM Kamandanu

Puisi " JALAN TUHAN" | Karya Anwari WMK

JALAN TUHAN

Kutemukan jalan menuju Tuhan
Tapi kumelangkah pelan perlahan
Kidung lirih mendesirkan jiwaku
Aku pun berjalan sambil menoleh

Tuan Putri, di mana engkau berada?
Kutunggu engkau. Kunanti dirimu
Di sini. Di persimpangan senja ini
Mari kita bergandeng tangan. Mari

Tuan Putri,
Segeralah mendekat, dekap diriku
Inilah jalan lurus itu. Jalanku. Jalanmu.
Jalan keabadian cinta

Jakarta, 6 Juli 2014

ANWARI WMK

Puisi "TWO MOMENTOES" | Karya Anwari WMK

TWO MOMENTOES

A poem for Anira
Written with sincerity
In the desolate life
In bleak time

Anira, a man poet staring you
Two momentoes in your heart
How serene your love
How  lovely your lonesome

(2014)

ANWARI WMK

Puisi "KERETA KENCANA" | Karya Anwari WMK

KERETA KENCANA

Pagi hari di dermaga
Seorang Pangeran berlabuh
Saat kakinya menjejak Bumi
Ia menatap pandang segala arah

Tuan Putri, ternyata
Tak datang menjemputnya
Hanya kereta kencana
Menyambut Sang Pangeran tiba

Duduk di kereta kencana
Bersama pendar batin cahaya
Untuk jiwa Tuan Putri
Sang Pangeran bersyair:

"Telah terpancang keagungan cinta
Untuk jiwa yang kembara
Engkau memang tak bersamaku
Tapi hatiku dan hatimu satu"

Pada laju kereta kencana
Cinta kian berderai-derai
Tanpa titik. Tanpa koma
Begitulah takdir, keindahan rindu

Surabaya, 25 Juni 2014

ANWARI WMK

Puisi "KEKASIHKU" | Karya Anwari WMK

KEKASIHKU

Setiap perjumpaan adalah
Anugerah tiada tara
Maka aku mensyukuri
Perjumpaan demi perjumpaan
Dengan dirimu

Betapa indah perjumpaan
Dengan dirimu itu
Seutuhnya tersuar pada
Senyummu
Sorot matamu
Aku memetik sekuntum sajak
Bila menatap senyummu
Aku menuai puisi rindu
Dari sorot indah matamu

Sekarang aku berjalan tanpa dirimu
Menggapai sebagian sudut Nusantara
Kucari mutiara-mutiara makna
Di antara tumpukan riwayat
Pergolakan hidup rakyat
Sebagai hamba sahaya

Di tikungan sejarah
Ketemukan nama-nama
Para pengibar panji
Kemuliaan manusia
Bahwa rakyat bukanlah
Hamba sahaya

Di kaki gunung aku bicara
Dengan anak-anak muda
Tentang masa depan kehidupan
Mereka mengeraskan kepal
Sebab sepenuhnya tahu
Telah dan terus diabaikan

Malam ini aku lelah
Sengkarut Nusantara
Bertumpuk menjibun
Di kepalaku
Ingin aku lelap
Tapi mataku nanar
Menatap catatan-catatan

Lalu, kukenang kembali
Senyum dan indah bola matamu
Sambil menatap keremangan waktu
Lewat tengah malam

Kekasih,
Seandainya engkau kini di sini
Menemaniku tercekam sepi
Engkau akan tahu
Aku menangis. Menangis
Menangis untuk
Indonesia yang compang-camping

Jakarta-Makassar-Gorontalo, 18 Juni 2014

ANWARI WMK

Puisi "DI KOTAMU" | Karya Anwari WMK

DI KOTAMU

Meninggalkan kotamu,
Berarti membiarkan rinduku
Tercecer di antara
Tidur dan jagamu

Bila aku pergi
Dan rinduku tertinggal
Di kotamu
Sudilah engkau membawa
Rinduku itu kembali
Ke hatiku

Jika engkau kelak
Meninggalkan kotamu
Dan lalu berjumpa dengaku
Maka bawalah senyum dan tawamu
Sebagai pemadam atas kobaran
Rinduku

Penerbangan Surabaya - Jakarta, 4 Juli 2014

ANWARI WMK